Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya peradaban. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya peradaban. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Griya Peradaban Gelar Kuliah Umum dengan Tema How to Develop A Growth Mindset

0
 



Campusnesia.co.id - Generasi muda Indonesia pada dasarnya selalu mengalami problematika pada setiap lini kehidupannya. Mulai dari masalah yang bersifat personal seperti bagaimana pemuda tersebut mampu mengembangkan kualitas dirinya, sampai masalah yang bersifat umum seperti tantangan yang dihadapi pemuda dalam berkontribusi untuk bangsa. 

Berangkat dari kompleksnya permasalahan personal yang dimiliki pemuda, Griya Peradaban menyelenggarakan Kuliah Umum yang dilaksanakan pada Sabtu (20/11/2021) melalui platform Zoom Cloud Meetings. 

Perkuliahan yang bertemakan "How to Develop a Growth Mindset" ini menghadirkan narasumber yang tidak kalah hebat dari narasumber sebelumnya, yaitu Hendi Pratama seorang praktisi pendidikan humanis. 

Founder Griya Peradaban, Ma'as Shobirin mengungkapkan bahwa adanya Kuliah Umum ini merupakan langkah awal sebelum menyongsong Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga. 

"Kuliah umum ini kami jadikan sebagai langkah awal sebelum kita nanti menyongsong kuliah alternatif. Harapannya, dengan adanya kuliah umum ini mampu menjadikan wadah bagi anak muda dalam berkolaborasi untuk kemajuan Bangsa Indonesia", tuturnya dalam sambutan pembukaan Kuliah Umum. 


Acara yang dimoderatori oleh Nailu Rohmatika ini kemudian berlanjut pada pemaparan materi yang disampaikan oleh Hendi Pratama. 

Pria yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rekotor Bagian Kerjasama ini memulai materinya dengan menyampaikan tentang pentingnya memiliki pola pikir yang berkembang. Ia juga menyampaikan bahwa salah satu indikator dalam mengembangkan pola pikir adalah dengan menciptakan personal branding, dimana personal branding sendiri dapat terbentuk melalui  cara pandang terhadap diri sendiri dan cara pandang orang lain terhadap diri kita.

"Setiap kali kita punya mimpi besar, pasti selalu ada yang melemahkan, untuk itu growth mindset adalah langkah yang tepat dalam menghadapi hal tersebut", kata Hendi. 

Pria kelahiran Kabupaten Semarang ini juga menyampaikan terkait perbedaan antara fix mindset (pola pikir stagnan) dan growth mindset (pola pikirnyang berkembang). Secara garis besar, fix mindset merupakan pola pikir yang memiliki karakteristik terlalu difensif, terlalu mudah menyerah, dan cenderung menghindari tantangan. Sedangkan growth mindset merupakan polabpikir yang memiliki karakteristik pantang menyerah dan cenderung menjadikan tantangan sebagai pembelajaran. 

Kuliah Umum yang diikuti oleh 150 orang ini kemudian berlanjut pada sesi tanya jawab. Salah satu penanya dalam sesi tersebut menanyakan terkait bagaimana menyikapi kritik negatif yang diberikan kepada kita. 


Narasumber yang memang memiliki gaya komunikasi yang baik tersebut kemudian mengatakan bahwa kritik negatif yang tidak membangun tidak perlu untuk didengarkan. 

"Apapun yang dikatakan orang lain tentang kita, ngga ada sangkut pautnya sama sekali, ngga ngefek", ujarnya. 

Sebagai penutup, pria yang saat ini menggeluti dunia stand up comedy ini menyampaikan bahwa dalam menumbuhkan pola pikir yang berkembang, harus dilakukan secara konsisten dan tidak boleh setengah-setengah. 

"Cara berpikir growth mindset harus dilakukan secara konsisten, tidak ada alasan untuk tidak konsisten", ujarnya. 

Ia juga berharap bahwa dengan adanya kuliah umum ini mampu menjadi langkah awal dalam menumbuhkan growth mindset pemuda.


Penulis: Feby Alfiana 

Belajar Creative Ideas on Social Media dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0


Campusnesia.co.id - Kuliah Alternatif angkatan III yang diinisiasi oleh Perkumpulan Griya Peradaban telah memasuki sesi ke V dengan mengangkat topik Creative Ideas on Social Media pada Sabtu (05/02) pukul 11.30 hingga selesai.

Kuliah yang pesertanya mayoritas milenial ini turur menghadirkan pemateri dari kalangan milenial pula, yaitu Nyimas An An Aminah (Pengelola PP Ar-Risalah Ciamis) dan Hasrish Ashfa El Hakim (CEO Aish Media Group) serta dipandu oleh Astuti Rahayu dari Aktivis Griya Peradaban.



Sebagai pemateri pertama dalam kegiatan tersebut, Aminah menyebutkan empat hal yang perlu diperhatikan oleh seseorang jika ingin kreatif dalam bersosial media. Diantaranya yaitu Social Communication, Personal Branding, Driving the Economy dan Dakwah and Opinion Public. 

Ia menjelaskan, setelah seseorang berhasil membranding diri dengan Self Knowledge, Personal Objective, Audience, Best Self dan Self Promotion maka akan mudah untuk Driving the Economy on Social Media. Artinya, sosial media dapat menjadi ruang untuk mengembangkan ekonomi.


Selain itu, ia juga menerangkan bahwa di sosial media adalah tempat yang potensial untuk berdakwah. "Dengan jangkauan yang lebih luas, seseorang dapat lebih leluasa menyebarkan opini publik." Jelas perempuan yang juga aktif di Instagram tersebut. 

Sementara pemateri kedua, Harish Ashfa lebih khusus menjelaskan mengenai teknik membuat konten yang baik dan menarik berangkat dari Personal Branding. 

Menurutnya, sebelum membuat konten di media sosial, seseorang perlu membranding personal terlebih dahulu. Untuk membranding personal, hal-hal yang harus ada di dalamnya ialah Personal Quality, Past Experience and Stories, Value, Expertise dan Communication with Others.

Lebih lanjut ia menerangkan bagaimana cara untuk membangun Personal Branding. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah menentukan niche atau ceruk pasar, membangun personal image, mengembangkan skill, membuat profil online, lalu membuat konten dengan menentukan target audience. 

"Setelah semua sudah dilakukan, maka konsistensi adalah kunci yang terkunci." Tegasnya. 

Kuliah Alternatif yang memiliki fokus menggugah soft skill pesertanya ini dilaksanakan setiap hari Sabtu dengan pemateri dan topik yang berbeda setiap pertemuan. Sebagai informasi, pendaftaran peserta dibuka kembali setelah angkatan III ini selesai. 


Penulis: Khozin

Kupas Tuntas Pentingnya Spiritual dan Emosional Intelligence bersama Brelyantika Duta Bahasa Jateng 2019

0

 



Campusnesia.co.idSemarang – Perkuliahan Alternatif sesi ketiga kembali dilaksanakan oleh perkumpulan Griya Peradaban pada Sabtu (30/01) dengan mengusung tema pentingnya Spiritual dan Emosional Intelligence bagi pemuda. 

Kuliah ini menghadirkan dua narasumber muda yaitu Mahmud Yunus Musthofa (Penggerak Komunitas Sosial sekaligus mentor Griya Peradaban) dan Brelyantika Indra Jesa (Duta Bahasa Jawa Tengah 2019) dengan moderator Khaerunnisa (aktivis Griya Peradaban). 

Yunus memaparkan tentang optimalisasi Spiritual Intelligence bagi generasi muda. Menurutnya, Spiritual Intelligence diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan segala kapasitas diri dalam memecahkan permasalahan. Ia juga menegaskan bahwa ada empat potensi manusia yaitu diantaranya adalah mental, spiritual, emotional, dan physical. 

Lebih lanjut Yunus menguraikan tentang bagaimana cara mengoptimalkan Spiritual Intelligence, yaitu dengan cara pengosongan jiwa (Takhali), pengisian jiwa dengan sesuatu yang mulia (Tahalli) dan pengaplikasian dalam kehidupan (Tajalli).

sementara itu Brelyantika menjelaskan soal Imosional Intelligence, dimana seseorang harus mampu mengenali diri sendiri tanpa terlebih dahulu melihat kelebihan orang lain. Ia menyampaikan bahwa salah satu aspek Emosional Intelligence adalah kemampuan untuk mengelola emosi, yaitu mampu menghargai suatu hal dengan cara menjadi pendengar yang baik bagi diri sendiri atau orang lain.

Brelyantika menguraikan bahwa setidaknya ada 6 cara meningkatkan Emosional Intelligence, yaitu mengakui emosi, membedakan dan menganalisi emosi, menerima dan mengapresiasi emosi, merenungkan darimana emosi itu berasal, mengatasi emosi pada diri sendiri dan menangani emosi orang lain. (Mega)

Kuliahan Alternatif Griya Peradaban Angkatan 1 Ditutup dengan Tema Collaboration and Community Development

0

 

 

Campusnesia.co.id - Semarang  –  Kuliah Alternatif angkatan I yang digelar oleh Griya Peradaban telah sampai pada sesi terakhir pada Sabtu (13/03).  Perkuliahan kali ini mengulas tentang Collaboration and Community Development dengan dua pemateri, yaitu Millatul Miskiyyah (Da’iyah Muda Indonesia) dan Dani Miftah Akhyar (Head of Community Development Smartfren).

Millatul Miskiyyah menyampaikan tentang pentingnya membangun kerja sama yang baik (Building The Right). “Tanpa kerja sama dan membaur dengan orang-orang sekitar, kita tidak bisa menjalankan kehidupan dengan baik." Ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa kemampuan kerja sama yang baik dengan orang lain akan membentuk sebuah kolaborasi yang baik. Ketika keduanya tercapai, maka akan memiliki pengaruh besar dalam menentukan keberhasilan. “Dalam menentukan keberhasilan tersebut bisa dilakukan dengan memilih organisasi yang baik." Imbuh khafidzoh muda tersebut.


Lebih lanjut ia menyebutkan poin-poin yang dapat membentuk kekuatan kerja sama. Pertama, melibatkan banyak orang. Kedua, memiliki banyak sudut pandang dan alternatif. Ketiga, memaksimalkan potensi pemimpin. Keempat, menyelesaiakan pekerjaan lebih banyak. Serta kelima, berbagi rasa kebersamaan dalam tim atau organisasi.

“Hari esok adalah untuk kolaborasi bukan lagi kompetisi, karena bersatu dalam perbedaan adalah kunci kesuksesan di masa depan." Ujarnya.

Tak kalah menarik, pemateri kedua Dani Miftah Akhyar, di awal pemaparannya mengutip puisi dari sastrawan kesohor  Indonesia, WS Rendra:

Sebuah sangkar besi tidak bisa mengubah burung rajawali menjadi burung nuri// Kesadaran adalah matahari/ Kesabaran adalah bumi/ Keberanian menjadi cakrawala dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata//


Mengutip puisi tersebut, Dani ingin mengatakan bahwa pemuda perlu memiliki kesadaran, kesabaran, keberanian, dan perjuangan dalam mengeksekusi sebuah ide atau gagasan. Ia juga menegaskan, yang perlu diperhatikan adalah kesabaran dalam berproses karena akan banyak hambatan.

Sebagai Head Community Smartfren, Ia menyampaikan hal dasar dalam Community Development, yaitu kompetensi dan karakter. Ia menegaskan, kunci dalam membentuk kompetensi diri yaitu belajar dengan bahagia. Artinya, dalam belajar seserorang harus menikmati proses demi prosesnya.

Di akhir penjelasan, Dani memberikan ciri-ciri gerakan kepemudaan zaman sekarang. Diantaranya ialah Spirit of Caring, Enthusiasm and Criticism, Fun, fokus pada dunia digital, Collaboration dan kreasi.

Perkuliahan yang dipandu oleh Putri Rizkiatul W (Aktivis Griya Peradaban), sekaligus menjadi penutup dari kegiatan Kuliah Alternatif Angkatan I yang telah berlangsung dari bulan Januari hingga Maret. Selanjutnya, akan hadir Perkuliahan Alternatif Angkatan II yang dilaksanakan pada bulan Juni mendatang. (Mega).

Ngomongin Pentingnya Leadership bersama Sindy Ajudan Milenial Gubernur Jabar

0



Campusnesia.co.idSemarang - Perkumpulan Griya Peradaban kembali  menggelar Kuliah Alternatif Sesi kedua pada Sabtu (23/01). Kali ini, tema yang diusung adalah materi seputar leadership yang dibawakan oleh dua narasumber perempuan muda berprestasi yaitu Sindy Setiawati, (Ajudan Milenial Gubernur Jawa Barat), Atin Anggraini, (Mentor Perkumpulan Griya Peradaban) dan dimoderatori oleh Ulfatun Qalimah (Aktivis Griya Peradaban).


Pada kesempatan ini, Sindy Setiawati menguraikan tentang pentingnya mengenali diri sendiri sebagai langkah awal untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan sekaligus menemukan potensi yang ada pada dalam diri. “Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kekuatan dan potensi masing-masing. Potensi tersebut sangat menunjang kesuksesan jika diasah dengan baik.” Papar calon dokter ini.


Sindy juga menyampaikan, setelah dapat mengenali diri dengan baik maka seseorang akan dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa untuk mengenal potensi diri, seseorang harus terlebih dahulu mengenal diri sendiri, menentukan tujuan hidup baik jangka pendek maupun panjang, serta mengetahui motivasi hidup.

Pada sesi berikutnya, Atin Anggraini menjelaskan bahwa leadership yang ideal adalah kepemimpinan yang mampu menjadi teladan terutama soal menjalin kerja sama dan komunikasi. Ia menambahkan, leadership itu merupakan proses penempaan, bukan dilahirkan begitu saja. Leadership itu skill bukannya bakat. Atin menutup sesinya dengan berkata, “hidup adalah tantangan. Manfaatkanlah semua tantangan menjadi sebuah kesempatan.” Ujarnya.

Kuliah yang dilaksanakan setiap Sabtu pada pukul 09:30 hingga 11:00 WIB ini, dihadiri secara daring oleh para peserta yang telah terdaftar sebelumnya. Peserta dijadwalkan mengikuti keseluruhan kegiatan Kuliah Alternatif Angkatan I Tahun 2021 hingga akhir pertemuan yaitu pada bulan Maret mendatang. (Khozin).

Belajar Pentingnya Peran Communication Skill bersama Kintansari Adhyna Putri dan Dito Alif Pratama dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0



Campusnesia.co.id - Perkumpulan Griya Peradaban kembali mengelar kuliah Alternatif Angkatan 1 pada Sabtu (13/02). Kali ini, perkuliahan memasuki sesi ke lima dengan mengusung tema Communication Skill. 

Perkuliahan diikuti oleh peserta pembelajar yang berasal dari berbagai daerah dengan pemateri dari kalangan pemuda, yaitu Kintansari Adhyna Putri, CEO Global Empowerment Steps Sekaligus Duta Muda ASEAN Indonesia Indonesia tahun 2019 dan Founder Yayasan Santri Menglobal Nusantara, Dito Alif Pratama. Kesempatan kali ini, acara perkuliahan dimoderatori oleh Nailu Rokhmatika (Aktivis Griya Peradaban).

Masing-masing pemateri menyampaikan penjelasan yang luar biasa dalam forum itu. Kintansari Adhyna Putri menyampaikan materi tentang public speaking yang meliputi lobbying, negotiation and networking. “Setidaknya ada lima model Public speaking menurut Aristoteles, yaitu pengumpulan topik serta pemahaman audience, penyusunan materi, pemilihan kata dan bahasa, poin penting materi yang akan disampaikan dan proses penyampaian materi, baik gerak anggota tubuh maupun olah suara”. Ujar Kintan.



Penjelasan lebih lanjut, ia memaparkan bahwa lobi sebagai bentuk komunikasi untuk mempengaruhi seseorang agar mau mendukung kepentingan yang diingikannya. Lobi menjadi pertimbangan khusus pada kegiatan advokasi.

Dalam pembahasan negosiasi, Kintan menjelaskan bahwa ada dua tipe negosiasi yang digunakan. Pertama, tipe negosiasi distributif, menekankan kepada orientasi menang-kalah, tekad untuk menang dan persaingan kompetitif. Kedua, tipe negosiasi integratif, menekankan kepada orientasi menang-menang, terbukam komunikatif, kreatif mau berubah dan persaingan kolaboratif.

Lebih lanjut, Kintan menjelaskan cara negosiasi efektif yang bisa diterapkan yakni scripting (menulis drafting), framing (membuat kerangka) dan managing (pengelolaan). 

Sementara pemateri kedua, Dito dalam pemaparannya membahas tentang bagaimana komunikasi efektif, jejaring produktif. “Komunikasi yang baik, tidak hanya sebatas ngobrol biasa tetapi khoirunnas anfauhum linnas, yakni mampu memberikan manfaat orang lain dan jangka panjang.” Tegasnya.

Beliau juga mengutip motivator asal Amerika, Les Brown, bahwa kemampuan dalam berkomunikasi merupakan alat yang penting dalam mencapai tujuan atau cita-cita yang diinginkan.

Kemudian disebutkannya tujuh etika berkomunikasi dalam Islam yang termaktub dalam Al quran, yakni qaulun ma’ruf (perkataan yang baik), qaulun tsabit (ucapan yang teguh), qaulun syadid (perkataan yang benar), qaulun baligh (ucapan yang efektif dan efisien), qaulun karim (perkataan yang mulia), qaulun maisur (ucapan yang layak dan mudah) dan qaulan layyina (perkataan yang lembut).

Dito juga menambahkan catatan penting dalam berkomunikasi yang efektif. Pertama, menjadi pendengar yang baik dan aktif. Kedua, bicara dengan cerita yang menarik dan mampu mencairkan suasana. Ketiga, respon lawan bicara dengan cerita yang menarik. keempat, fokus dengan tatapan mata dan prilakuk lawan bicara. “Kesalahan terbesar dalam berkomunikasi bahwa kita hanya sekedar mendengar untuk menjawab, tanpa mendengar untuk memahami.” Sambungnya.

Kuliah Alternatif Angkatan I ini akan berlangsung sampai bulan Maret kedepan. Insya Allah kegiatan ini masih menyisahkan 4 pertemuan lagi. (Mega)

Buka Kuliah Alternatif Angkatan IV, Griya Peradaban Angkat Tema Leadership and Social Transformation

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban gelar sesi perdana Kuliah Alternatif IV pada Sabtu (2/7/2022) melalui platform Google Meet dengan mengangkat tema “Leadership and Social Network”. Tema tersebut tentu saja berangkat dari permasalahan pemuda yang krisis identitas sehingga menimbulkan adanya stigma menakutkan ketika menjadi sosok pemimpin. 

Sejalan dengan itu, Ma’as Shobirin selaku Founder Griya Peradaban juga menyampaikan bahwa melalui serangkaian diskus pada Kuliah Alternatif, diharapkan mampu meningkatkan kapasitas pemuda dan sebagai acuan untuk terus menjadi orang baik.

“Melalui Kuliah Alternatif ini, besar harapan saya untuk teman-teman supaya terus berkontribusi aktif dan jangan berhenti untuk menjadi orang baik,” ungkapnya.

Sesi yang mengangkat tema tentang Leadership and Social Transformation tersebut menghadirkan Dimas Oky Nugroho selaku Founder Perkumpulan Kader Bangsa.

Pada diskusi tersebut, Dimas menyampaikan terkait dengan kiat-kiat untuk menjadi sosok pemimpin. Lebih jelasnya, ia mengatakan bahwa pemimpin yang baik dilahirkan dari guru/mentor yang baik, dan guru yang baik terbentuk dari sistem pendidikan yang baik.

“Kesatria yang baik terlahir dari brahmana yang baik, dan brahmana yang baik tercipta dari sistem pendidikan yang baik,” ungkap Dimas.

Selain itu, ia juga menyampaikan terkait dengan esensi dari sosok pemimpin. Menurutnya, pemimpin itu bukanlah suatu pekerjaan, namun berangkat dari suatu kesadaran.

Selain membahas tentang kepemimpinan, Dimas juga menyampaikan terkait dengan Social Transformation. Pembahasan yang diangkat antara lain terkait dengan Transformasi sosial secara umum, isu kesehatan, geopolitik, bonus demografi, dan perebutan ekonomi nasional.



Penulis
Feby Alfiana

Sesi 3 Kuliah Alternatif V Griya Peradaban Angkat Tema Manajemen Waktu di Era Diskrupsi

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban selenggarakan Kuliah Alternatif Angkatan V sesi 2 pada Sabtu (21/1/2022). Kegiatan tersebut diikuti oleh 60 peserta kuliah alternatif dan alumni. 

Layaknya kuliah alternatif sebelumnya, kuliah alternatif kali ini juga memiliki antusiasme yang tinggi dari para peserta. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta yang menghidupkan kamera saat jalannya diskusi dan aktif bertanya saat sesi perkuliahan akan ditutup.

Pegiat Griya Peradaban, Astuti Rahayu menyambut sesi perkuliahan ini dengan penuh ceria. Beliau menyampaikan banyak terimakasih kepada narasumber yang bisa meluangkan waktunya dan juga tidak terlupa bagi para peserta yang turut hadir perkuliahannya dari awal hingga akhir nanti. Selain itu , Kak Astuti juga memberikan arahan agar tetap mengikuti selalu perkuliahan alternatif ini "Harapannya kalian nanti (para peserta perkuliahan) tetap ikuti perkuliahannya ya sampai akhir karena banyak sekali hal hal yang bermanfaat." ucapnya dalam pembukaan Kuliah Alternatif V Sesi lll.

Sesi lll Kuliah Alternatif V mengangkat tema Change Management In Discruption Era. Tema tersebut tentu saja berangkat dari permasalahan perlunya solusi dalam menghadapi atau memanajemen waktu dan mental pada era diskrupsi.

Acara yang digelar melalui platform Zoom Meetings ini menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa, diantaranya adalah Maria Ulfa (Founder Neswa.Id) dan Mahmud Yunus Musthofa (Awardee Beasiswa LPDP dan Kemenag Republik Indonesia). 

Founder Neswa.Id, Maria Ulfa menyampaikan tentang bagaimana memanajemen waktu dan mental saat menghadapi era disrupsi. Menurutnya isu penting dalam menghadirkan hasil manajemen tersebut berpengaruh pada potret penggunaan aplikasi internet digital. Beliau menyimpulkan bahwa anak anak muda sekarang harus bisa memilah milih waktu dalam penggunaan internet agar lebih baik dalam keefisiennya. " Kenapa digital? karena dunia tersebut dapat menyatukan masyarakat dilanjut perubahan perilaku, Penggunaan data yang lebih baik dan Efisien waktu" ucapnya.

Tidak kalah menarik dengan narasumber pertama, Awardee beasiswa Kemenag RI, Mahmud Yunus Mustofa yang sekarang sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di UIN Walisongo selaku narasumber kedua menyampaikan terkait Aktualisasi manajemen perubahan diri. Beliau juga menyatakan bahwa terdapat 3 perubahan yaitu menurutnya Indikator penting dari perubahan tersebut adalah speed surprise dan sudden shift. "Kita tidak bisa merubah lingkungan, kalau kita belum merubah diri kita sendiri" ucapnya.

Pada akhir sesi, Mahmud Yunus Mushtofa juga memberikan saran agar bidang yang ditekuninya bisa maksimal."Fokus terhadap bidang masing masing, jangan membuang buang energi untuk hal yang tidak bermanfaat. Fokus ke bidang yang diminati dan yang nantinya akan berdampak maksimal ke perubahan" ucapnya dalam bahasa Indonesia.


Penulis: Muhammad Ridho
Editor: Feby Alfiana

Griya Peradaban Adakan Diskusi Communication Skill sebagai Solusi Maraknya Krisis Komunikasi di Media Sosial

0
 

 
 
Campusnesia.co.id - Masifnya peggunaan media sosial di kalangan masyarakat, tentu sangat berpengaruh pada kultur masyarakat tersebut dalam berkomunikasi. Misalnya saja seperti interview, sebelum masifnya penggunaan media sosial di masyarakat, interview banyak dilakukan secara langsung (tatap muka) antara yang menginterview dengan yang diinterview. Hal tersebut juga semakin banyak dilakukan seiring dengan diterapkannya Work From Home (WFH).

Sabtu (31/7/2021) Griya Peradaban kembali mengadakan diskusi pada Kuliah Alternatif II. Tema diskusi pada sesi ini sedikit berbeda dengan sesi-sesi sebelumnya. Jika tema sebelumnya membahas tentang Emotional dan Spiritual Quotient, pada sesi keempat ini tema yang diangkat adalah tentang Communication Skill. 

Acara yang dikomandoi oleh Nailu Rohmatika (Aktivis Griya Peradaban) ini, mendatangkan dua pembicara yang sangat luar biasa. Yaitu Brelyantika Indra Jesa selaku Founder Panti Carita dan Dani Akhyar selaku Head of Community Development & CSR, Smartfren Telecom.

Brelyantika yang dalam hal ini menjadi pembicara pertama, banyak membicarakan tentang bagaimana masyarakat Indonesia mampu cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial. 

Pada awal diskusi, perempuan yang akrab dipanggil Tika ini banyak membicarakan tentang perbedaan antara jejaring sosial dengan media sosial. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan mendasar antar keduanya.

“Media sosial itu adalah induknya jejaring sosial, sementara jejaring sosial itu adalah cabang dari media sosial” ujar Tika.

Kemudian, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Duta Bahasa Jeteng ini menjelaskan terkait pentingnya bahasa dalam berkomunikasi. Ia juga mengatakan bahwa kunci tercapainya komunikasi yang baik adalah dengan bahasa yang baik pula. Selain itu, ia juga menyampaikan tentang pentingnya menyampaikan informasi yang baik dalam bermedia sosial.

“Mulai dari sekarang, kita harus branding media sosial kita dengan membagikan hal-hal yang positif” kata Tika.    

Selain cantik, perempuan kelahiran Jepara ini juga kaya akan prestasi. Prestasi tersebut diantaranya adalah Juara III lomba Duta Genre Kota Bandung 2018, Juara III Duta Wisata Jepara 2018, Juara I duta Bahasa Jateng 2019, dan beberapa prestasi lain yang tentunya sangat luar biasa. Tidak hanya itu, saat ini ia telah diterima dalam program beasiswa Erasmus yang akan mengantarkannya di empat negara Eropa.

Sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua dalam sesi keempat ini lebih banyak membicarakan tentang teori komunikasi dan teknik negosiasi. Dani Akhyar yang dalam hal ini menjadi pembicara pada materi tersebut, memulai diskusinya dengan memaparkan fobia-fobia yang banyak dialami oleh setiap orang, salah satunya adalah fobia berbicara di depan umum.

Pria yang saat ini sedang menempuh pendidikan S-3 nya di Universitas Indonesia ini, kemudian menjelaskan tentang teori komunikasi yang efektif. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat dua teori yang dinilai efektif dalam berkomunikasi, yaitu Model Komunikasi Lasswell dan teori Komunikasi Albert Mehrabian. 
 
Model komunikasi Lasswel sendiri merupakan model komunikasi yang didaamnya mengandung unsur-unsur tertentu seperti siapa, berbicara apa, menggunakan media apa, kepada siapa, dan feedbacknya apa. 
 
Sedangkan teori komunikasi Albert Mehrabian lebih menekankan pada persentase dalam berkomunikasi, teori tersebut mengatakan bahwa persentase terbesar dalam berkomunikasi terletak pada body language, dan sisanya terdapat pada intonasi dan kata yang diucapkan.

Pada akhir sesi, ia mengatakan bahwa dalam komunikasi yang baik dan efektif, sangat dibutuhkan penguasaan terhadap body language itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan 80 % bahasa manusia dikeluarkan melalui body language.

“Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan” ujar Dani.  
 
 
Penulis: Alfiana F 

Pentingnya Critical Thinking dan Creative Thinking Bagi Generasi Muda

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang - Kuliah Alternatif angkatan I yang menjadi kegiatan rutin di Griya Peradaban telah memasuki sesi ke empat pada Sabtu (06/02). Kali ini tema yang diusung adalah Critical Thinking dan Creative Thinking. 

Masing-masing tema dibawakan oleh pemateri milenial, yaitu Agie Nugroho Sugieono (Alumni Kader Bangsa Fellowship Program) yang membawakan Critical Thinking dan Nadea Lathifah N (Duta Internasional Griya Peradaban) dengan materi Creative Thinking-nya.

Agie dalam presentasinya mengutip Psikolog Amerika Serikat, Daniel Kahneman, yang menglasifikasikan dua cara berpikir. Pertama yaitu sistem I, di mana seseorang cenderung berpikir secara pragmatis, emosional, dan inklusif dalam menghadapi persoalan. Sedangkan sistem II, merupakan cara berpikir kritis, metodologis, dan mendalam.




Dalam penjelasan lebih lanjut, ia menerangkan bagaimana cara melatih Critical Thinking (berpikir kritis). Pertama, seseorang harus memiliki rasa penasaran dan skeptis terhadap sesuatu yang masih bias faktanya. Kedua, memformulasikan pertanyaan-pertanyaan. Ketiga, mengumpulkan informasi. Keempat, mempertimbangkan implikasi serta yang terakhir yaitu membandingkan perbedaan-perbedaan pikiran atau pandangan. 

Menurutnya, jika seseorang melatih diri dengan poin-poin tersebut maka hambatan berpikir kritis seperti infodemic, logical fallacy, shock effect dan sebagainya bisa teratasi secara mandiri.

Tak kalah menarik, pemateri kedua, Nadhea Lathifah, mengemukakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk berlatih Creative Thinking. "Kunci dari berpikir kritis dan kreatif adalah aware terhadap lingkungan." Ucap dosen muda ini.

Menurutnya, selain peduli terhadap lingkungan, untuk melatih berpikir kreatif seseorang harus open minded, selalu mau tahu dan mau belajar, merancang mind map-nya sendiri, serta membiasakan diri untuk bertanya tentang banyak hal.

"Berpikir kritis dan kreatif merupakan hal yang penting bagi generasi muda. Dengan mengetahui dan terbiasa melakukannya, seseorang lebih bisa menghadapi masalah dan mencari solusinya." Tegasnya.

Kuliah yang dipandu oleh Zakiyyah Iffa ini  berjalan dengan lancar dan disambut antusias oleh para peserta hingga selesai. Turut hadir pula Ma'as Shobirin (founder Griya Peradaban) mendampingi jalannya perkuliahan. (Khozin).
Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga Ditutup dengan Diskusi tentang Entrepreneurship

Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga Ditutup dengan Diskusi tentang Entrepreneurship

0


Campusnesia.co.id - Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Griya Peradaban kembali selenggarakan diskusi menarik dalam serial Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga pada Sabtu (12/02/2022). 

Diskusi tersebut merupakan serial keenam dari Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga. Diskusi yang membahas tentang Entrepreneurship ini menghadirkan dua narasumber yang luar biasa, yaitu Infijarun Niam (Ketua Gerakan Kewirausahaan Nasional Indonesia) dan Nurul Khasanah (Mentor Griya Peradaban).

Materi pertama disampaikan oleh Infijarun Niam. Pria asal Demak Jawa Tengah ini lebih menekankan pada pembahasan tentang Entrepreneurship secara umum. 

Ia menyampaikan bahwa mindset yang membawa perubahan memiliki peran penting dalam berwirausaha.
"Perubahan belum tentu menjadikan kita lebih baik. Tapi tanpa perubahan, anda kehilangan kemajuan," ujarnya. 

Sedikit berbeda dengan pembahasan pada materi pertama, materi kedua disampaikan oleh Nurul Khasanah selaku Mentor Griya Peradaban. 

Perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Duta Santripreneurship Jateng 2019 ini menyampaikan tentang membangun jiwa dan membaca peluang usaha bagi anak muda.

Ia mengatakan bahwa wirausaha bukan sebuah pekerjaan, melainkan sebuah usaha atau cara seseorang untuk terus berpikir mandiri dan terus menerus. 

Diskusi yang dihadiri sekitar 50 peserta kuliah alternatif ini merupakan serial terakhir dari Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga.


Penulis: 
Feby Alfiana 

Lewat Entrepreneurship Education, Griya Peradaban Bangun Perilaku Entrepreneur Pada Generasi Milenial

0


Campusnesia.co.id - Griya Peradaban kembali hadir untuk menggelar diskusi Kuliah Alternatif IV pada sabtu (23/7/2022) melalui platform Zoom Meeting dengan mengusung tema “Entrepreneurship”. 

Tema kali ini berhasil dan sukses mengajak para peserta untuk membangun kontruksi berfikir dalam proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan dan mencari peluang dari masalah yang dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.


Nurul khasanah sebagai pemateri pertama sekaligus sebagai Duta Santripreneur mengatakan bahwa, mengapa seseorang menjadi Entrepreneur ?. “itu semua disebabkan oleh tiga faktor yang pertama ialah karena terpaksa dengan presentase sebesar 15%, lalu yang kedua ialah karena garis keturunan dengan presentase 25%, dan yan terakhir keinginan dan kemauan yang kuat memiliki presentase yang sangat besar yaitu 60% ,” ucapnya dengan pembawaan yang sangat semangat.


Terjadinya perkawinan antara sains dan teknologi membuat kemajuan yang sangat pesat dalam segala bidang. Perlunya manajement resiko dalam setiap pengambilan keputusan.

“Manajemen risiko itu proses mengindentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan dan serta berusaha untuk menekan sebanyak mungkin atau menghilangkan risiko yang dihadapi oleh pemilik perusahaan. Manajement risiko diterapkan oleh para penguasa untuk mencegah terjadinya kerugian pada usaha (perusahaan),” tuturnya. 

Pada forum tersebut ia menjelaskan tentang mengapa seseorang harus menjadi Entrepreneur, bagaimana melakukan manajement risiko, dan terobosan alternatif bisnis millennial. 
Dilanjutkan oleh pemateri kedua oleh Vania Indy Dhea Sylva selaku Mentor Griya Peradaban. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi milenial harus memiliki lima karakteristik yang diantaranya ialah melek teknologi, bergantung pada mesin pencari, learning by doing, tertarik pada multimedia dan membuat konten internet.

Di era yang terjadi pasar bebas kali ini generasi milenial harus jeli dalam melihat peluang membuka usaha. 

“Sebagai generasi milenial harus dapat menilai peluang membuka usaha dan itu terbagi menjadi tiga yaitu the opportunity (peluang), the entrepreneur (pengusaha), dan yang terakhir yaitu the resources needed to start the company and make it grow (sumber daya yang dibutuhkan untuk memulai perusahaan dan membuatnya tumbuh). 

Diskusi tersebut diakhiri dengan quotes yang sangat luar biasa “pada dasarnya setiap orang memiliki peluang yang sama untuk bisa menjadi pelaku usaha,” ucapnya diakhir materi. 


Penulis: Khavid Joni Nurvauzi
Editor: Feby Alfiana


Griya Peradaban Gelar Kuliah Alternatif dengan Topik Community Development and Social Network

Griya Peradaban Gelar Kuliah Alternatif dengan Topik Community Development and Social Network

0




Campusnesia.co.id - Manusia pada dasarnya selalu membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Tidak heran apabila kemudian manusia dijuluki sebagai makhluk sosial. 

Hubungan antara manusia dengan manusia lain disebut sebagai interaksi atau komunikasi, dimana kedua hal tersebut akan menjadi indikator dalam menentukan suksesnya suatu organisasi. 

Sabtu (22/01/2022) Griya Peradaban kembali menggelar Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga Sesi Ketiga dengan topik "Community Development and Social Network". 

Diskusi yang dinahkodai oleh Ifti Mukaromah ini setidaknya diikuti oleh 50 peserta kuliah alternatif angkatan ketiga.

Dengan topik "Community Development and Social Network", Griya Peradaban mengundang narasumber yang berpengalaman luas dalam bidang tersebut, yaitu Dani Akhyar (Head of Community Development Smartfren) dan Abdullah Hamid (Founder Santri Community). 

Dani Akhyar selaku narasumber pertama membahas terkait "The Power of Networking". Dalam diskusi tersebut, ia menyampaikan terkait bagaimana manusia mampu menjalin jaringan dengan sebaik dan seluas mungkin. 

Pria yang sekarang sedang menempuh pendidikan S3 nya di jurusan Komunikasi Universitas Indonesia ini juga mengatakan bahwa networking pada dasarnya adalah hubungan yang dibangun secara sukarela. 

"Networking itu sederhananya adalah hubungan yang dibangun secara sukarela," tuturnya. 
Ia juga menyampaikan terkait pelajaran penting yang perlu diperhatikan dalam menjalin networking, salah satunya adalah konsep networking yaitu networking itu tentang memberi, bukan menerima. 

Tidak kalah seru dengan narasumber pertama, Abdullah Hamid selaku narasumber kedua lebih menekankan pada materi tentang bagaimana pentingnya komunikasi dalam diri seorang pemimpin. 

Menurutnya, kata kunci menjadi seorang pemimpin adalah komunikasi. "Kata kunci menjadi seorang leader adalah komunikasi," ujarnya.

Pada akhir sesi, ia juga menyampaikan tentang pentingnya menulis, berbicara, dan bergerak bagi kehidupan manusia.

"Menulislah supaya dikenang, bicaralah supaya dikenal, dan bergeraklah supaya ditulis," tuturnya.



Penulis:
Feby Alfiana 

Griya Riset Indonesia Gelar Pelatihan Kiat Menulis Artikel bersama Wildan Hefni

0
 


Campusnesia.co.id -  Kelas akademi riset dan penulisan level I Griya Riset Indonesia(GRI) telah memasuki sesi IV yang merupakan sesi terakhir pada Sabtu, (30/10/2021) dengan  membahas materi kita menulis artikel.

Acara dipandu salah satu aktivis Griya Riset Indonesia (GRI), Laila Fajrin Rouf dan menghadirkan trainer yang berpengalaman dan berkompeten di bidang penulisan artikel, Wildan Hefni (Mentor Griya Peradaban). 

Direktur Griya Riset Indonesia, Amrizarois Ismail turut hadir dan memberi sambutan. Dalam sambutannya, ia mengucapkan terima kasih atas antusias dan konsistensi para peserta yang telah mengikuti kelas akademi riset dan penulisan hingga akhir sesi. Ia berharap setelah kelas level I selesai, para peserta mampu menerapkan ilmu yang telah didapat untuk menghasilkan sebuah karya tulisan. 

Wildan Hefni memulai kegiatan dengan menyampaikan apresiasinya pada Griya Riset Indonesia (GRI). Kemudian ia mulai memaparkan materi, membahas urgensi literasi dan imunitas bangsa. Menurutnya, tradisi riset dan menulis bisa mengokohkan bangsa. 

Ia menambahkan penjelasannya mengenai pentingnya literasi dengan memberikan pelajaran yang bisa diambil dari buku yang ditulis oleh Tom Nichols, The Death of Expertise. Dua hal tersebut ialah matinya para pakar, yaitu orang-orang yang memanfaatkan ilmu pengetahuan yang sehari-hari menekuni kapasitasnya sebagai scientist sebab munculnya teknologi yang masih masif yang dapat memporak porandakan masa depan.

“Nah dalam konteks Indonesia, The Death of Expertise ini kita butuhkan. Jangan sampai literasi yang ada di media online Indonesia berisi tulisan yang diskriminasi. Maka kemudian, saya ingin mengilustrasikan bahwa tulisan artikel ilmiah itu menjadi penting untuk mewarnai jagat literasi Indonesia agar tidak terjadi apa yang digambarkan oleh Tom Nichols, maka kalian yang bergabung di Griya Riset Indonesia (GRI) melalui karya ilmiah mampu menegaskan narasi keindonesiaan yang utuh,” imbuhnya.

Pria kelahiran Sumenep ini juga memberikan tiga kunci menyusun karya ilmiah. Pertama, istafti yadak yaitu membiasakan tangan untuk menulis. Kedua, istafti fikrak (memperbanyak bacaan, berpikir, menemukan ide) dan istafti qolbak yaitu fokus pada sisi spiritual, berdoa dengan menggunakan hati.

“Saya tidak ingin terjebak menjelaskan secara teoritis, saya ingin membaca nama-nama misalnya mbak Laila Fajrin, Muhammad Khozin berada di media Indonesia. Alumni Griya Riset Indonesia (GRI) harus ada bukti yang diberikan,” ucapnya.

Menurutnya, agar tulisan kita bisa dimuat oleh media tertentu maka harus mengikuti syarat dan ketentuan yang sudah diberlalukan oleh media tersebut. Ia juga menyampaikan bahwa salah satu tulisan yang bisa dimuat yaitu tulisan yang aktual, relevan dan merupakan isu yang berkembang di masyarakat.

Kelas akademi riset dan penulisan Griya Riset Indoneisa (GRI) berjalan dengan lancar dan kondusif. Peserta diharap untuk terus menjalin silaturrahim yang baik antarpeserta. 


Penulis: Afifatun Ni’mah

Kuliah Alternatif IV Sesi VI,  Kembali dengan Pembahasan Flexibelity dan Adabtability

0


Campusnesia.co.idGriya Peradaban kembali gelar sesi Kuliah Alternatif IV pada Sabtu (13/8/2022) melaui platfom zoom dengan tema "Flexibelity and Adabtability". Tema ini tentu saja diangkat karena permasalahan pemuda dan pemudi yang muncul sehingga menimbulkan adanya rasa gelisah dan ketakutan dalam menghadapi kegiatan sehari hari. 

Dengan menghadirkan Wildani Hefni selaku Mentor Griya Peradaban dengan membahas kemampuan flexibelitas dalam menyelesaikan masalah serta mampu mempertahankan keseimbangan keperluan pribadi dan pekerjaan. Serta bagaimana cara menyeimbangkan keperluan pribadi, perkerjaan dan aktivitas dalam kesehariannya. 

"Indikator utama yang ingin saya sampaikan untuk kemudian kita berbicara tentang aksesibilitas dan fleksibelitas adalah yang pertama adalah dengan intelektual fleksibelity, yaitu pemikiran kita atau konstruksi pemikiran kita untuk berpikir secara terbuka," ungkapnya. 

Membuka pikiran dapat diartikan dengan membuka pikiran secara seluas luasnya dan tidak berpikir secara dikotomis. 

"Yang kedua yaitu dengan aksesibilitas, sebenarnya jika kita berbica tentang aksesibilitas atau kita sedang berbicara tentang jalan tengah dalam konteks pemikiran," ungkapnya. 

Ia mengartinya hal tersebut sebagai tindakan yang tidak terpaku dalam sudut pandang yang terlalu konvensional dan juga tidak terlalu revisionalis. 

Ia juga menambahkan bahwa manusia itu membutuhkan motode coba-coba dan eksperimen untuk mendapatkan pengembangan dalam diri manusia tersebut.


Penulis
Nabilatun Nisa 

Kuliah Alternatif Griya Peradaban Angkat Tema Building Researh Mindset

0
 


Campusnesia.co.idSabtu (28/01/2023) Griya Peradaban kembali menggelar Kuliah Alternatif dengan mengangkat topik Building Researh Mindset. 

Building Research Mindset merupakan materi baru yang diangkat dalam Kuliah Alternatif. Hal tersebut tentu saja berangkat dari urgensi dari riset itu sendiri, dimana sekarang semuanya harus sesuai dengan data. 

Sesi 4 yang digelar melalui Zoom Meetings tersebut mendatangkan dua pembicara yang berkonsentrasi dalam bidang riset, yaitu Tedi Kholiludin (Ketua Yayasan Elsa) dan Fachrizal Afandi (President of ASSLESI). Diskusi yang dikomandoi oleh Frima Fiscal juga dihadiri oleh sekitar 70 peserta Kuliah Alternatif. 

Tedi Kholiludin selaku pembicara pertama mengangkat terkait pentingnya mentradisikan riset dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan riset sebagai gaya hidup. 

Pria kelahiran Kuningan Jawa Barat tersebut juga menyampaikan terkait dataisme. Menurutnya yang dikutip dari Homo Deus, "Dataisme mendeklarasikan bahwa alam semesta terdiri dari aliran data, dan nilai setiap fenomena atau entitas ditentukan oleh kontribusinya pada pemrosesan data," ungkapnya. 

Pembicara kedua, Fachrizal Afandi juga tidak kalah menarik dari pembicara pertama. Topik yang diangkat yaitu berkaitan dengan Ekosistem Riset di Kalangan Pemuda. Materi tersebut mengangkat terkait definisi, pokok-pokok, prinsip, dan tantangan dalam membangun riset di kalangan pemuda. Ia juga menyampaikan terkait struktur kelembagaan yang terdapat di Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (AlMI).


Penulis
Feby Alfiana 

Upaya Peningkatan Adaptifitas Generasi Muda dengan Spiritual and Emotional Intellegence

0




Campusnesia.co.id - Manusia pada dasarnya selalu dihadapkan pada sesuatu yang menjadikan kehidupan manusia tersebut menjadi kompleks atau penuh dengan dinamika. Namun, dinamika tersebutlah yang suatu saat akan menjadikan manusia mampu menjadi lebih adaptif atau tahan akan segala tantangan yang dihadapinya. 

Kecenderungan manusia dalam bertahan atas dinamika yang dihadapi, tidak terlepas dari spiritual and emotional intellegence (kecerdasan spiritual dan emosional) yang dimilikinya. Untuk itu, sudah barang penting bahwa manusia harus mampu mengendalikan kedua hal tersebut dalam kehidupannya. 

Sebagai upaya dalam memupuk kecerdasan spiritual dan emosional manusia khususnya generasi muda, Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga Griya Peradaban mengangkat tema diskusi yang berkaitan dengan "Spiritual and Emotional Intellegence" pada sesi kedua yang diselenggarakan pada Sabtu (15/01/2022). 

Yeni Puspitasari selaku Aktivis Griya Peradaban sekaligus host dalam acara tersebut, sukses menghantarkan jalannya diskusi dari awal sampai akhir. 

Seperti halnya pertemuan sebelumnya, pada sesi kedua ini juga turut menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa, yaitu Kaula Fahmi selaku Ketua PCI NU Tiongkok dan Sindy Setiawati selaku Ajudan Milenial Gubernur Jawa Barat 2020. 

Diskusi yang diikuti oleh 52 peserta ini, dimulai dengan perbincangan ringan yang disampaikan oleh Ketua PCI NU Tiongkok, Kaula Fahmi. Ia menyampaikan tentang bagaimana sinergitas yang harus dijalin antara kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. 

Menurutnya, kesuksesan atau kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai jika hanya mengandalkan kecerdasan intelektual saja, tetapi juga harus melibatkan kecerdasan spiritual dan emosional sehingga ketiganya mampu seimbang.

"Kecerdasan intektual saja tidak cukup, perlu adanya kecerdasan spiritual dan emosional dalam menciptakan kebahagiaan dalam diri manusia," tuturnya. 

Ia juga menyampaikan terkait kompetensi spiritual yang harus dimiliki manusia, diantaranya adalah kedisiplinan, dedikasi, integritas dan loyalitas, serta etos kerja. 

Sedikit berbeda dengan materi pertama, materi kedua yang disampaikan oleh Sindy  Setiawati (Ajudan Milenial Gubernur Jawa Barat 2020) lebih menekankan pada implementasi kecerdasan emosional dan cara pengendaliannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Perempuan kelahiran Bandung Jawa Barat ini menyampaikan bahwa kecerdasan emosional erat kaitannya dengan bagaimana manusia mampu berdamai dengan dirinya sendiri. Ia juga mengatakan bahwa untuk mencapai stabilitas dalam diri manusia, raga dan hati harus mampu berjalan beriringan.

"Dalam mencapai stabilitas dalam kehidupan manusia, raga dan hati harus berjalan secara beriringan," kata Sindy. 

Perempuan yang juga merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ini juga menyampaikan tentang perbedaan antara orang yang berkembang dengan orang yang tidak berkembang. Menurutnya, orang yang tidak berkembang biasanya cenderung untuk tidak mengasah kemampuan yang dimilikinya dan ketika bergabung dalam organisasi hanya sebatas sebagai anggota. 

Pada akhir sesi, Sindy juga menyampaikan tentang emosional yang seharusnya dimiliki manusia. Menurutnya, emosi tidak hanya sebatas emosi saja, melainkan juga di dalamnya harus mengandung intellegence (kecerdasan), dimana hal tersebut akan menjadikan manusia lebih berkembang dan lebih kuat dalam menjalani kehidupan.