Tampilkan postingan dengan label KKN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KKN. Tampilkan semua postingan

Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana, KKN Tim I Undip Desa Timbangsari Menggandeng BPBD Kabupaten Pekalongan

0
 


Campusnesia.co.idKabupaten Pekalongan (02/2023) –  Desa Timbangsari adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan. Desa ini terletak pada ketinggian 700 MDPL dengan topografi berupa perbukitan. Memasuki musim penghujan ini, Desa Timbangsari kerap kali dilanda bencana alam. 

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 

Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang kerap terjadi di Desa Timbangsari akibat hujan lebat secara terus menerus serta kondisi topografi desa yang curam dan landai. Bencana ini tentu meresahkan warga sebab longsoran tanah dapat menutup akses jalan dan tentunya tanah longsor dapat mengancam keselamatan warga Desa Timbangsari.

Melihat permasalahan ini, Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I Universitas Diponegoro berinisiatif untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga apabila terjadi bencana melalui program Pelatihan Keluarga Tangguh Bencana yang diadakan di Balai Desa Timbangsari (06/02/2023). 

Bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan, kegiatan ini dihadiri oleh Bapak Paijal Imron S.IP selaku Camat Lebakbarang, perwakilan Babinsa dan Babinkamtibmas, serta masyarakat Timbangsari yang terdiri dari perangkat desa, kader PKK, siswa - siswi, serta Bapak – Ibu guru SMP Satu Atap Timbangsari.

Kegiatan ini diawali dengan penyampaian materi oleh Satgas Penanggulangan Bencana BPBD mengenai pengertian, macam – macam bencana alam, serta tindakan – tindakan yang sebaiknya dilakukan pada sebelum, sesaat, dan sesudah terjadinya  bencana. 

Dilanjutkan dengan pemaparan materi kedua terkait evakuasi korban kejadian bencana kemudian pemaparan materi ditutup dengan sesi tanya jawab bersama Satgas BPBD Kabupaten Pekalongan. Sesi Pemaparan materi ini berlangsung selama kurang lebih satu jam.
 

Tak hanya pemaparan materi saja, kegiatan ini juga meliputi praktik evakuasi korban bencana dan juga simulasi kejadian bencana gempa bumi dan tanah longsor. Simulasi kejadian bencana diikuti oleh seluruh peserta pelatihan dan diharapkan warga desa mampu memahami lebih baik materi yang sudah dipaparkan dengan cara simulasi langsung.

“Harapan kami dengan diadakannya acara ini, warga Desa Timbangsari menjadi lebih waspada terhadap bencana tanah longsor dan juga lebih sigap dalam menanggulangi bencana.” Ujar Joshua selaku ketua panitia acara.

Mahasiswa KKN Undip Teknik Mesin Merancang Desain Kandang Kelinci dengan Sistem Terintegrasi Sensor Untuk Peternak Kelinci Desa Karangkepoh

0
 


Campusnesia.co.idSemakin canggih perkembangan teknologi yang membuat manusia dimudahkan dalam pekerjaannya. Industri 4.0 berguna untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya dengan bantuan teknologi. Di Indonesia, perkembangan Industry 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian. 

Kelinci merupakan hewan mamalia dari familia Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Di Indonesia sendiri, sudah banyak orang yang beternak kelinci. Peternak Kelinci di Desa Karangkepoh, banyak mengeluh tentang bagaimana sulitnya dalam proses pembersihan dan pemantauan kandang kelinci membuat para peternak kelinci kesulitan dalam memantau dan membersihkan kotoran/feses kelinci. 

Hal tersebut dapat membuat lingkungan sekitar menjadi bau dan tidak nyaman. Keluhan tersebut langsung disampaikan sendiri oleh ketua kelompok tani-ternak Mulio Abadi Desa Karangkepoh.
 
Berawal dari permasalahan dan keluhan yang disampaikan oleh peternak kelinci tersebut, mahasiswa KKN Undip Teknik Mesin merancang kandang kelinci dilengkapi dengan sensor penghilang bau dan sensor yang memisahkan feses serta urine agar tidak meninggalkan bekas di kandang kelinci yang dapat menyebabkan bau pada kandang. 

Sensor MQ5 adalah sensor yang dapat mendeteksi gas Metana, dimana gas Metana terdapat pada kotoran hewani termasuk kelinci. Komponen dari rancangan alat sensor adalah 1. Arang aktif (CaCO3) 2. Blower 3. Alumunium 4. Pipa pvc 5. LCD 2X16 6. Sensor MQ-5 7. Saklar geser 8. Actuator relay 2 chanel 9. Arduino nano 10. Power supply DC 5V. 

Rancang bangun alat penyerap bau pada kandang kelinci merupakan inovasi alternatif penyerapan bau menggunakan prinsip sensor MQ-5 dan bantuan arang aktif. Desain alat ini bertujuan untuk mengurangi bau pada kandang ternak kelinci alat ini dapat dipastikan efesien karena dapat mengurangi bau akibat dari urin kelinci yang mengandung amonia. Dengan menggunakan prinsip deteksi dan absorben berbasis otomatis, karbon aktif yang ada pada alat dapat membantu menyerap bau tidak sedap pada kandang kelinci.




Beberapa tahapan kegiatan desain Kandang Kelinci dengan sensor MQ5 adalah pertama survei yang dilakukan ke beberapa peternak kelinci yang ada di Desa Karangkepoh pada minggu pertama setelah penerjunan KKN di desa Karangkepoh, kec. Karanggede, Kab. Boyolali. 

Selanjutnya, dilakukan pembuatan rancangan kandang kelinci dengan sensor. Lalu, dibuatkan modul bimbingan. Dan terakhir, diadakan kegiatan penyuluhan dan pembelajaran pembuatan kandang kelinci dengan sensor di tempat Bapak Purwanto dengan peternak – peternak kelinci Desa Karangkepoh pada tanggal 6 Februari 2023. 

Reporatse KKN Mahasiswa UNDIP Buat Sabun Organik dari Limbah Tahu

0
 


Campusnesia.co.idDesa Harjosari Lor, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal (27/01/2023), Harjosari Lor sebagai desa swakarya dikenal dengan home industri tahu dan kerupuk mi kuning. UMKM tahu yang beroperasi 6 hari dalam seminggu menghasilkan ampas tahu yang apabila sudah menumpuk akan membusuk dan mencemari udara. 

Ampas tahu biasanya digunakan sebagai pakan ternak memiliki nilai tambah yang kecil. Mahasiswa KKN Tim 1 Undip tahun 2022/2023 yang berkesempatan KKN di desa Harjosari Lor melihat potensi besar dari ampas tahu sebagai bahan baku sabun organik ramah lingkungan.

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Diponegoro yang berasal dari berbagai disiplin ilmu berkreasi dan berinovasi dengan menciptakan sabun organik dari ampas tahu. Ampas tahu yang tadinya memiliki nilai ekonomi rendah yang tadinya hanya dijual sebagai pakan ternak ternyata mampu diolah menjadi produk bernilai dengan bahan yang mudah ditemukan.

Mahasiswa KKN Tim 1 Undip tahun 2022/2023 melalui program “Pemberdayaan UMKM pembuat tahu dengan mengolah limbah ampas tahu mejadi sabun organik dari proses pembuatan hingga pemasarannya” mengundang pelaku UMKM,perangkat desa hingga warga setempat untuk menghadiri sosialisasi dan demonstrasi pembuatan sabun organic dari ampas tahu yang bertempat di balai desa Harjosari Lor pada Jumat, 27 Januari pukul 20:00 WIB. Peserta terlihat antusias dan aktif bertanya selama mengikuti demonstrasi.


Sabun Organik ini menggunakan bahan-bahan seperti : ampas tahu, soda api, minyak sawit, minyak kelapa, minyak zaitun, zat pewarna dan pewangi. Sabun organik yang dinamai dengan “Okara Soap” memiliki manfaat seperti melembutkan dan menjaga kelembapan kulit,tidak menimbulkan alergi dan cocok untuk kulit sensitive, sabun organik juga ramah lingkungan.

Dengan adanya inovasi ini diharapkan akan memberi alternatif pemanfaatan ampas tahu sehingga dapat dilirik sebagai peluang usaha baru yang nantinya akan lebih menyahterakan warga setempat.

Mahasiswa KKN UNDIP Kenalkan Budaya Jepang Atarimae untuk Mengajarkan Pentingnya Kebersihan

0
 


Campusnesia.co.id Batang (30/01/2023), melihat kurangnya kesadaran masyarakat desa Pretek, kecamatan Pecalungan, kabupaten Batang, Jawa Tengah mengenai pentingnya menjaga kebersihan, dimana masih banyak warga desa yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Selain itu, kondisi desa yang masih belum memiliki TPS juga memperparah keadaan sanitasi desa. 

Hal tersebut menjadi latar belakang dilaksanakannya program sosialisasi budaya menjaga kebersihan dengan konsep Atarimae. Atarimae memiliki arti “sudah seharusnya” dalam bahasa Jepang, dan di Jepang konsep “sudah seharusnya” atau Atarimae ini merupakan sebuah konsep yang diterapkan sehari-hari oleh warga Jepang terutama dalam kebersihan. 

Penerapan konsep Atarimae ini misalnya, warga Jepang memiliki pola pikir yang ditanamkan sejak kecil dimana sudah seharusnya kita menjaga kebersihan, karena pada dasarnya kita jugalah yang membuat lingkungan menjadi kotor, sudah seharusnya kita membuang sampah pada tempatnya karena dari kita sebagai manusia, sampah itu berasal. 

Untuk itu program kerja keilmuan oleh Mahendra Dewa Wibisono, mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Jepang Universitas Diponegoro mengenai sosialiasi budaya Atarimae ini diharapkan dapat membantu menanggulangi permasalahan kebersihan yang ada di desa Pretek. 

Program sosialisasi ini dilaksanakan pada 30 Januari 2023 dengan target sasaran audiens yaitu anak-anak usia sekolah yang ada di desa Pretek. Anak-anak usia sekolah dipilih sebagai audiens karena mereka adalah pilar masa depan desa Pretek, serta mudahnya anak-anak usia sekolah untuk menerima informasi baru. Materi sosialisasi ini disampaikan melalui presentasi beserta poster. 


Dalam presentasi dijelaskan mengenai bahaya membuang sampah sembarangan, pengenalan konsep atarimae serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Program sosialisasi berjalan secara lancar dan materi sosialisasi diterima audiens dengan baik. Kegiatan sosialisasi diakhiri dengan sesi tanya jawab, kemudian sesi foto bersama. 

Dengan dilaksanakannya kegiatan ini diharapkan kedepannya masyarakat desa Pretek menjadi lebih peduli terhadap kebersihan desa dan kegiatan ini mampu menjadi langkah awal untuk mewujudkan perubahan yang positif.

Kurangi Sampah Plastik, Mahasiswa KKN UNDIP Terapkan Penggunaan Reusable Bag

0
 


Campusnesia.co.idTegal (22/01/2023) Penggunaan plastic oleh masyarakat di Indonesia dapat dikatakan sangat banyak. Penggunaan plastic yang berlebih dapat menyebabkan sampah plastic yang berimbas kepada lingkungan hidup, terlebih Sebagian besar bahan sisa dari sampah plastic masih belum bisa didaur ulang untuk produk terbaru. 

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal, komposisi sampah plastic yang berada di Kabupaten Tegal pada tahun 2021 mencapai 33,68% yang merupakan komposisi sampah tertinggi dibandingkan komposisi sampah lainnya, seperti kertas yang mencapai 30,24%, gelas/kaca 15,75%, organic 15,10%, metal/logam 3,50% dan lain-lain 1,76%. Sampah plastic merupakan salah satu permasalahan utama di Harjosari Kidul, Kabupaten Tegal. Ketergantungan masyarakat Desa Harjosari Kidul dengan plastik sebenarnya bisa dihentikan dengan banyak cara, salah satunya dengan mulai beralih kepada penggunaan kantong yang tidak hanya sekali pakai. 

Dalam mengatasi permasalahan ini, mahasiswa KKN Undip Tim 1 Universitas Diponegoro Fakultas Sekolah Vokasi Jurusan Manajemen dan Administrasi Logistik, Alifyandi Nur Bustami, melakukan edukasi dan praktik terhadap warga Desa Harjosari Kidul terutama terhadap UMKM retail dan remaja terkait penggunaan Tas Reusable yang berbahan baku dari kain, Selain itu alternatif lain yaitu dengan memanfaatkan sampah daur ulang seperti dari bungkus kemasan menjadi Tas Reusable. Hal ini karena penggunaan Tas Reusable dinilai sebagai salah satu cara untuk memberantas penggunaan sampah plastic yang berada di Desa Harjosari Kidul.


Dalam usaha mengurangi penggunaan kantong plastik khususnya pada saat belanja, maka dirancanglah sebuah totebag mudah disimpan, ringan, dan berukuran variatif sesuai kebutuhan belanja. Desain yang diterapkan pada totebag bervariatif serta bisa digunakan untuk semua usia. Totebag ini dirancang dan digunakan untuk semua kalangan masyarakat yang peduli dengan pentingnya pengurangan kantong plastik untuk berbelanja.

Syaiful selaku ketua karang taruna Desa Harjosari Kidul mendapat ilmu dengan adanya edukasi dan praktik reusable bag untuk kepedulian sampah plastik. “Sekarang saya kalua mau belanja di toko-toko bisa gunain tote bag ini dan bisa digunakan berulang kali. Ditambah sampah plastik juga jadi permasalahan di Desa Harjosari Kidul ini. “Saya berharap masyarakat akan sadar untuk penggunaan plastik yang sulit terurai dapat menggunakan tote bag sebagai kantung belanjanya.” Ujar Syaiful selaku ketua karang taruna.

Atasi Tumpukan Sampah, Mahasiswa KKN Undip Berikan Sosialisasi Pengurangan dan Pengelolaan Sampah Anorganik

0
 

Campusnesia.co.idPretek (25/01/2023). Sampah merupakan sisa proses alam atau kegiatan sehari-hari manusia yang berbentuk padat maupun semi-padat, berupa sampah organik maupun anorganik, dan dianggap sudah tidak berguna lagi sehingga dibuang ke lingkungan. 

Sampah terdiri dari dua jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari bahan-bahan hayati dan mudah untuk terurai secara alami. Sementara sampah anorganik merupakan sampah yang dihasilkan dari proses industri dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk terurai secara alami.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, volume sampah di Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun, tetapi hanya 13,2 juta ton sampah per tahun yang dapat terkelola dengan baik. Hal tersebut dapat terjadi karena daya tampung pembuangan sampah, baik Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) maupun Tempat Penampungan Sementara (TPS), pada beberapa daerah di Indonesia masih terbatas. 

Pada Desa Pretek, Kecamatan Pecalungan, Kabupaten Batang, masyarakat setempat masih belum memiliki Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sehingga sampah yang ada hanya dibuang di lahan kosong atau kebun. Sementara untuk mengurangi tumpukan sampah yang ada, mayoritas masyarakat membakar tumpukan sampah mereka tersebut. 

Pada beberapa lokasi, juga ditemukan bahwa terdapat masyarakat yang hanya membiarkan sampah menumpuk di lahan kosong begitu saja. Selain itu, terdapat banyak masyarakat, terutama anak-anak, yang membuang sampah di sembarang tempat seperti di selokan, jalan, dan lainnya. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa permasalahan seperti banjir, tanah longsor, pencemaran, dan lainnya.

Melihat permasalahan tersebut, Khayana Okta Aisyahtifa (21) mahasiswa KKN Tim I Undip periode 2022/2023 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, mengadakan program kerja monodisiplin berupa sosialisasi pengurangan dan pengelolaan sampah anorganik kepada anak usia sekolah. Program kerja ini dilakukan dengan tujuan agar anak usia sekolah mengetahui pentingnya melakukan pengurangan dan pengelolaan sampah anorganik untuk menjaga kesehatan mereka dan lingkungan di sekitar mereka. 


Sosialisasi diawali dengan pemaparan materi melalui PowerPoint dan Poster mengenai definisi sampah anorganik, dampak sampah anorganik, dan pengelolaan sampah melalui 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Kemudian sosialisasi dilanjutkan dengan pemutaran video edukasi mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya. 

Sosialisasi ini dilakukan secara interaktif yaitu dengan melakukan tanya jawab di sela-sela pemberian materi dan memberikan reward bagi anak yang melakukan tanya jawab agar anak tetap antusias di dalam mengikuti kegiatan sosialisasi. Setelah melakukan sosialisasi, dilakukan penempelan poster sampah anorganik, agar anak-anak dapat terus mengingat mengenai pentingnya pengurangan dan cara mengelola sampah, terutama sampah anorganik.


Adanya sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan anak sedini mungkin mengenai pentingnya pengurangan dan pengelolaan sampah terutama sampah anorganik, sehingga mereka dapat menanamkan kebiasaan yang baik dari segi penggunaan dan pengelolaan sampah.

Mahasiswa KKN TIM I Universitas Diponegoro Tawarkan Alat Pembakar Sampah Minim Asap

0
 


Campusnesia.co.idBoyolali 04/02/23.Sampah masih menjadi permasalahan utama di Indonesia. Rata-rata produksi harian sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Tingginya angka produksi sampah, tidak diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik dan benar. Berdasarkan data KLHK, 35 persen dari total 68 juta ton timbulan sampah belum dikelola dengan baik. 

Sama halnya di Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, sampah masih menjadi permasalahan utama. Tempat sampah jarang ditemukan yang menjadikan sampah-sampah berserakan di pinggir jalan dan selokan. Tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadikan warga tidak mempunyai pilihan untuk mengelola sampah selain dengan membakar sampah. 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa KKN Tim I UNDIP Periode 2022/2023 melakukan program kerja dengan tajuk “Sosialisasi Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Pembakaran Sampah Minim Asap” kepada kelompok tani, perangkat desa, dan karang taruna di Balai Desa Karangmojo. 

Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran warga dalam mengelola limbah rumah tangga. Program ini merupakan wujud dukungan terhadap tujuan dari SGDs ke-12, yaitu memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.


Kegiatan dilakukan dengan menyampaikan materi tentang sampah dan cara pengolahannya. Selain itu, mahasiswa juga menawarkan solusi dengan membuat alat pembakaran minim asap yang lebih ramah lingkungan. 

Prinsip kerja alat ini adalah dengan memaksimalkan tiga unsur pembentuk api untuk proses pembakaran yang sempurna. Pembuatan alat ini mendapatkan respon yang positif dari kepala desa dan warga. Dengan dilaksanakannya program kerja ini, diharapkan dapat menjadi solusi bagi warga Desa Karangmojo untuk mengelola sampah dengan baik.

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Undip Ajak Siswa Di SMP N 8 Satu Atap Brebes Gunakan E-Book

0
 


Campusnesia.co.idBrebes, Jawa Tengah (21/1). Mahasiswa Departemen Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro (Undip) Semarang memberikan ajarkan pengetahuan tentang buku digital di SMPN 8 Satu Atap Brebes.

Arneta selaku mahasiswa kuliah kerja nyata menuturkan permasalahan yang terjadi di lokasi saat ini adalah kurangnya pengetahuan mengenai buku digital. Mayoritas siswa masih belum mengetahui dan memahami adanya berbagai buku digital dan cara menggunakannya. 

“Siswa disini diperbolehkan membawa gadget apabila terdapat kegiatan yang mengharuskan menggunakannya. Kegiatan ini hanya sebatas untuk mengakses soal dan materi yang dibuat oleh guru. Setelah itu, gadget dikumpulkan kembali apabila sudah tidak dibutuhkan untuk pembelajaran. Jadi untuk belajar dan mengakses buku gital sejauh ini siswa masih kurang mengerti karena sepertinya masih belum ada pengajaran tentang hal it” ungkap Wakil Kepala Sekolah SMPN 8 Satu Atap Brebes ibu Dewi.

Berdasarkan wawancara pada beberapa siswa, mayoritas juga belum mengetahui apa itu buku digital, seperti apa itu buku digital dan bagaimana menggunakannya. Terlebih, buku yang menjadi sumber informasi yang mereka miliki hanya berupa buku Lks Tematik. Untuk buku paket harus meminjam di perpustakaan atau membeli mandiri.

“Kami tidak dibagikan buku paket sendiri-sendiri tapi untuk meminjam bisa ke perpustakaan” ungkap salah satu siswa bernama Feni.
 

Langkah alternatif yang disampaikan Arneta Audriyant Putri selaku mahasiswa KKN Undip dalam rangka pengimplementasian SDG’s poin 4 (empat) terkait pendidikan berkualitas ialah memberikan edukasi tentang e-book kepada siswa melalui dua sumber buku digital. Pertama, aplikasi Si Booky yang dikelola oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang. Kedua, platform SIBI yang dikelola Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan. Dan juga dikelola oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Buku digital ini dapat diakses secara open access maupun komersial. 

Pengenalan dengan buku digital dapat meningkatkan pengetahuan siswa melalui koleksi-koleksi yang dimiliki oleh aplikasi sumber buku gital. Terdapat banyak koleksi dengan berbagai kategori, terutama kategori pendidikan yang dibutuhkan siswa. Hal ini mendukung percepatan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Dengan demikian kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pendidikan berkualitas yang ada.

Mahasiswa KKN Undip Sulap Daun Bakau Menjadi Hand Sanitizer

0
 


Campusnesia.co.idKegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I Universitas Diponegoro periode 2022/2023 dilaksanakan secara serentak dengan menerjunkan beberapa tim pada lokasi yang sudah ditentukan, salah satunya pada Kecamatan Brebes, tepatnya pada desa Kaliwlingi.

Desa Kaliwlingi menjadi salah satu desa dengan berbagai potensi wisata dan perikanan, karena letaknya yang berada di utara Kabupaten Brebes. Namun, masih ditemui beberapa masalah yang harus diatasi. Salah satu mahasiswa, Gusda Khafiz Dhiya Ulhaq (21), yang merupakan mahasiswa jurusan Teknik Kimia berusaha memberikan solusi dalam upaya meninigkatkan kualitas hidup sehat masyarakat desa Kaliwlingi.

Pengamatan yang ada menunjukkan masyarakat desa masih sering mengesampingkan kebersihan, terutama saat akan mengonsumsi makanan. Masyarakat biasanya langsung melahap makanan tanpa berpikir panjang untuk sekedar membersihkan tangan. Kebiasaan tersebut membuat Gusda (21) berinisiatif untuk mengadakan program penyuluhan pentingnya kebersihan sebelum makan sekaligus berbagi cara dalam membuat hand sanitizer dari bahan daun bakau.


Kegiatan dilakukan pada Jum’at, 20 Januari 2023 berdampingan saat kegiatan posyandu sedang berlangsung bersama kader kesehatan desa Kaliwlingi. Kegiatan dibuka dengan memberikan penyuluhan secara lisan mengenai pentingnya kegiatan mencuci tangan sebelum makan dan dilanjutkan dengan demo pembuatan hand sanitizer secara langsung di depan ibu rumah tangga peserta kegiatan posyandu desa Kaliwlingi. 

Dengan program ini diharapkan adanya peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat Desa Kaliwlingi serta masyarakat dapat membuat hand sanitizer secara mandiri setelah melihat demo yang dilakukan. Selain itu, mahasiswa ini juga membagikan produk hand sanitizer kepada warga dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bersih dan sehat.

Reporatse KKN Ciptakan Generasi Anti Stunting di Desa Harjosari Kidul, Mahasiswa KKN Tim 1 UNDIP 2023 Mencanangkan Posyandu Remaja “BENING” Berantas Nyata stuntING

0
 


Campusnesia.co.idKabupaten Tegal (15/01/2023) Mahasiswa Gizi Universitas Diponegoro dan sekaligus mahasiswa KKN Tim 1 Tahun 2023, Sania Nindiaswin (22) mengoptimalkan dan mengaktifkan kembali program posyandu remaja di Desa Harjosari Kidul, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. 

Program posyandu remaja diberi nama Posyandu Remaja “BENING” yang merupakan singkatan dari BErantas Nyata stuntING. Acara ini berlangsung pada hari Minggu (15/01/2023) di Balai Desa Harjosari Kidul.

Kegiatan tersebut di latar belakangi dengan kejadian stunting di Desa Harjosari Kidul yang tergolong tinggi. Hal ini disampaikan oleh Sri Inadah (38) selaku bidan desa, bahwa jumlah anak stunting di Desa Harjosari Kidul mencapai 106 anak. 

Beberapa program penanganan stunting telah dilaksanakan oleh pihak desa dan pemerintah seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan kegiatan posyandu balita. Akan tetapi kegiatan pencegahan stunting seperti posyandu remaja hanya pernah dilakukan 1 kali saja karena sulitnya menentukan jadwal pelaksanaan posyandu remaja oleh bidan dan remaja karang taruna.

“Memang benar jadwal kami (karang taruna) dengan bidan berbeda karena jika weekdays banyak remaja yang bersekolah maupun bekerja, sedangkan bidan desa bisa melaksanakan posyandu remaja saat weekdays saja”  ungkap Syaeful Huda (27) Ketua Karang Taruna Desa Harjosari Kidul.


Berdasarkan fenomena tersebut, Sania mendapatkan ide untuk mengaktifkan kembali dan mengoptimalkan program posyandu remaja melalui Posyandu Remaja “BENING”. Dalam pelaksanaannya Sania berkoordinasi dengan remaja karang taruna sekaligus organisasi agama IPPNU-IPNU. Program ini juga didukung oleh Syaeful. 

Beliau mengungkapkan, “Posyandu remaja merupakan ide yang sangat bagus untuk dilaksanakan karena pada zaman sekarang banyak remaja yang acuh tentang kesehatan terutama dalam hal gizi dan kesehatan jasmani".

Rangkaian kegiatan yang diusung dalam program tersebut berupa pengenalan pentingnya diadakannya posyandu remaja, pembentukan kader posyandu remaja, pelatihan antropometri, dan penyerahan alat antropometri untuk menunjang keberjalanan program posyandu remaja kedepannya.
 
Dari 15 remaja putri yang mengikuti acara, terpilih 3 remaja yang bersedia untuk menjadi kader. Pada sesi pelatihan antropometeri, 3 kader yang terpilih mempraktekkan antropometri dengan dipandu oleh pemateri. Peserta lain yang tidak terpilih menjadi kader juga tampak antusias memperhatikan penyampaian materi dan demonstrasi antropometri.

Syaeful selaku ketua karang taruna berharap dengan adanya Posyandu Remaja “BENING” dapat menyadarkan remaja akan pentingnya mencegah stunting dan remaja yang sudah mengikuti acara tersebut dapat mengedukasi warga terkait pencegahan stunting.

“Saya berharap apa yang sudah saya sampaikan dan ajarkan dapat diterima dengan baik oleh para remaja. Semoga setelah selesainya kegiatan KKN di Desa Harjosari Kidul, kegiatan posyandu remaja dapat dilaksanakan secara rutin setiap bulannya dan dapat membantu menurunkan prevalensi stunting di Desa Harjosari Kidul kedepannya” ujar Sania terkait harapan kelanjutan posyandu remaja di Desa Harjosari Kidul.