Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri pakan. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri pakan. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Review Buku Novel Animal Farm, Siklus Otoritarian Yang Berulang

0
 


Campusnesia.co.id - Setelah sekian lama melihat sliweran di timeline twitter, akhirnya di moment 9.9 kemarin saya putuskan membeli buku novel populer berjudul Animal Farm.

Buku terbitan Bentang Pustaka ini merupakan versi terjemahan dari novel berjudul sama karya George Orwell diterbitkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Memiliki tebal 400 halaman, novel ini bercerita tentang peristiwa yang terjadi di peternakan Manor milik Pak Jones. Pada suatau hari terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh para hewan ternak yang merasa selama ini dieksploitasi secara berlebihan dan diperlakukan tidak adil oleh si pemilik peternakan.

Pemberontakan dipimpin oleh sekelompok babi yang dianggap hewan paling cerdas di dalam peternakan. Diikuti oleh para hewan lain dari kuda, sapi, biri-biri, ayam, bebek hingga kucing dan burung.

Awalnya pemberontakan ini berjalan mulus, peternakan berhasil dikuasi oleh para binatang dan untuk sejenak mereka merdeka dari kekangan manusia, boleh lebih leluasa menikmati apa yang mereka hasilkan dari susu, telur hingga pakan jerami dan hasil kebun.

Atas dasar menjaga ketertiban dan keberlangsungan peternakan yang kini diganti namanya jadi Animal Farm - maknanya bukan secara harfiah peternakan hewan namun dimaksudkan berarti peternakan yang dikelola oleh dan untuk hewan - babi yang mendeklarasikan diri sebagai pemikir dan pemimpin membuat serangkain aturan dan rencana pengelolaan.

Awalnya semua berjalan baik-baik saja, hingga kehidupan di peternakan berdinamika dan bahaya laten sebuah perubahan adalah lahirnya bibit-bibit otoritarian baru.

Walau novel ini ditulis 80 tahun silam, entah mengapa drama yang dihadirkan terasa sangat dekat. 

Lewat perumpamaan revolusi (atau sebut saja rerformasi) yang terjadi di sebuah peternakan dan bagaimana kehidupan merdeka sesaat bergeser jadi tirani baru terasa sangat familiar dengan kondisi di berbagai negara belakangan ini.

Misalnya babi yang mengubah aturan demi keuntungan pribadi, keluarga dan golongannya. 

Maaf jika sedikit alur sudah ter-spoiler lewat tulisan di atas namun percayalah dengan jumlah halaman yang tak terlalu tebal (saya bisa menyelasaikannya dalam sekali duduk) masih banyak alur, kisah, drama dan intriks menarik lainnya dalam buku bovel ini.

Sangat rekomended buat yang butuh bacaan ringan di waktu senggang. 

Bagi sobat yang kebetulan lagi main ke Kabupaten Pati bisa mampir ke Pojok Baca Weron People di desa saya Tegalharjo dan bisa baca novel Animal Farm ini gratis.

Semoga bermanfaat, salam literasi dan sampai jumpa.


Penulis
Nandar.

Ini Ceritaku Memelihara Jangkrik Nostalgia Masa Anak-anak dan Peluang Usaha

0
 


Campusnesia.co.id - Masih segar diingatan saya, kala itu masih duduk di bangku kelas 4 SD waktu tren memelihara jangkrik merebak di desa saya.

Nyaris semua anak-anak memelihara jangkrik yang diletakkan dalam wadah khusus bernama Kranjen. Wadah ini terbuat dari susunan belahan bambu yang kemudian diikat dengan karet gelang pada pojok-pojoknya.

Jangkrik-jangkrik yang kami pelihara berasal dari alam, umumnya dari kebun singkong atau tebu yang di desa kami biasa disebut tegal atau tegalan.

Saat hari minggu atau sore sepulang sekolah bersama teman-teman mencari jangkrik, jika beruntung kami akan mendapatkan jangkrik dewasa yang sudah bersayap dan siap mengerik tapi kadang belum bersayapun kami bawa pulang karena dalam beberapa hari atau minggu akan tumbuj sayap.

Sebagai informasi jangkrik tumbuh layaknya ular, yaitu berganti kulit atau dalam bahasa jawa "mlungsungi".

Jenis-jenis Jangkrik

Banyak sekali jenis jangkrik di daerah kami, namun tidak semua dipelihara karena suara yang dihasilkan berbeda, diantara jenis yang populer yaitu Jaliteng dengan ciri-ciri tubuh dan sayap berwarna full hitam legam.

Berikutnya ada Jerabangan, ciri yang mudah dikenali adalah kakinya yang berwarna kemerahan.

Ada pula Gulogesem ciri yang melekat ada semacam garis kuning kecoklatan diantara kepala dan sayapnya.

Tiga jenis jangkrik di atas sangat populer karena suara kerikan yang dihasilkan nyaring dan konsisten. Sementara itu ada juga jenis Celering dengan suara mendayu-dayu namun kurang dari sisi power, jangkrik jenis ini punya ciri kepala dan sayapnya berwarna orange.

Makanan Jangkrik

Umumnya daun singkong kami berikan sebagai makanan pokok jangkrik peliharaan kami, sesekali diselingi dengan ketela atau sibgkong mentah yang diiris. Ada pula yang memberi makan rumput krokot dan yang agak ekstrim adalah cabe atau lombok konon katanya membuat jabgkrik ngerik lebih keras namun karena panas bisa membuat jangkrik cepat mati.

Budidaya Jangkrik

Masa anak-anak yang saya ceritakan di atas berlatar tahun 1998, kala itu belum banyak dan belum umum istilah ternak atau budidaya jangkrik.

Seingat saya ada satu pemuda yang sudah mencoba budidaya, konon kabar yang beredar telur jangkrik bisa dijual sebagai bahan baku konsmetik kecantikan dan anak jangkrik yang bekum bersayap yabg disebut Colontho bisa jadi pakan burung.

Sebagai anak-anak, saya dan beberapa temanpun penasaran, setelah kepo dan datang berkali-kali melihat kandang ternak jangkrik yang berupa box dari kayu dan triplek kamipun meniru dengan alat seadanya.

Dengan modal ember berisi pasir kami taruh sepasang jangkrik jantan dan betina, tak butuh waktu lama dalam hitungan hari di dalam pasir tersebut berisi telur-telur jangkrik yang bentuknya mirip beras namun jauh lebih kecil berwarna putih.

Saya lupa tepatnya berapa hari, setelah sekian lama telur-telur jangkrik berwarna putih tersebut berubah kecoklatan dan pada suatu pagi menetas jadi ratusan anak jangkrik berukuran sangat kecil, sekecil semut.

Nantinya anakan jangkrik ini akan tumbuh jadi colontho dan berevolusi jadi jangkrik lengkap dengan sayapnya.

Oh ya sebgai informasi, cara mudah membedakan jangkrik jantan dan betina bisa dilihat dari sayapnya. Jangkrik jantan bermotif dan bergelombang sedang betina polos dan halus di bagian ekornya jangkrik betina memiliki semacam jarum yang digunakan untuk bertelur sedangkang jangkrik jantan tidak punya.

Satu lagi, jabgkrik betina tidak bisa menghasilkan suara atau mengerik.

Flashbak di jaman kuno, para orangtua dan mbah-mbah saya juga sudah mengenal tren memelihara jangkrik. Berbeda dengan gerasi saya yang menggunakan Kranjen sebagai wadah, generasi Boomer menggunakan bumbung terbuat dari bambu juga namun utuh dengan lubang memanjang di samping sebagai jalan masuk udara, satu sisinya dilubangi dan disumpal atau ditutup dengan dauh singkong agar jangkrik tidak lari sekaligus stok makanan bagi si jangkrik.

Memelihara Jangkrik di era modern

Di tahun 2025 ini, sebagai nostalgia saya coba memilhara jangkrik lagi. Berawal saat nongkrong berama teman dan secara impulsif di ajak main ke ladang sibgkong di malam hari. Kami mencari sumber suara kerikan jangkrik dan voila seekor jangkrik jenis Gulo Gesem berhasil kami tangkap.

Jangkrik tersebut saya masukan ke aquarium bekas ikan cupang, dasarnya saya beri sedikit pasir malang dan dedaunan kering terutama daun pisang yang disebut klaras.

Sebagai bahan makanan saya coba berikan beberapa jenis pakan dari daun klaras, daun singkong, rumput krokot hingga kacang dan irisan singkong.

Saat artikel ini saya tulis, setidaknya sang jangkrik sudah satu bulan berada di aquarium yang lebih mirip terarium karena saya berikan juga tanaman hidup seperti paku-pakuan.

Setiao hari konsisten ngerik, hampir bisa dipastikan saat malam hari dari tengah malam hingga pagi hari mereka mengerik bergantian membuat malam yang sepi jadi ramai kembali, kalau anak jamann sekarang layaknya ASMR suara alam tapi alami bukan dari spotify atau Youtube Music.

Selain jadi hiburan saat tidur di malam hari, suara jangkrik konon juga bisa jadi pengusir alami tikus, cara ini sudah digunakan oleh nenek moyang kami sejak jaman kuno. Jangkrik-jangkrik ditaruh dalam wadah bumbung bambu dan diletakan di lumbung padi agar persediaan gabah tidak dimakan tikus.

Peluang Bisnis Ternak Jangkrik

Selain dipelihara sebagai hiburan dan persediaan pakan burung, jangkrik bisa jadi alternatif peluang bisnis.

Cara perawatannya mudah, biaya modal awalnya murah dan kebutuhan pasarnya masih besar.

Sobat bisa menjual hasil ternak jangkrik sebagai pakan burung, ikan hias predator seperti chana dan arwana.

Di masa depan jangkrik juga punya potensi sebagai bahan makanan penghasil asupan protein. Hal ini sudah bisa ditemukan di beberapa daerah yang mengolah jangkrik sebagai rempeyek dan bakso.


Oke sobat Campusnesia saya kira sampai di sini dulu tulisan saya, semiga bermanfaat sampai jumpa.


Penulis
Nandar

Tim Universitas Diponegoro Berikan Sosialisasi dan Pelatihan Peternakan di Sumatera Selatan

0
 


Campusnesia.co.idEmpat Lawang, 1 September 2025 – Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Diponegoro (Undip) melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pelatihan peternakan di Desa Kebanjati, Kecamatan Pasemah Air Keruh, Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam mengembangkan potensi peternakan yang selama ini belum tergarap secara maksimal, sekaligus membuka peluang peningkatan ekonomi masyarakat melalui integrasi sektor pertanian dan peternakan.


Potensi Besar, Namun Belum Tergarap

Desa Kebanjati memiliki sumber daya alam yang melimpah. Lahan perkebunan yang luas ditanami jagung, kopi, cokelat, serta buah-buahan seperti jeruk dan pepaya. Hasil panen ini sejatinya mampu menopang perekonomian masyarakat. Namun, kenyataannya produk pertanian tersebut masih dijual melalui tengkulak atau broker. Akibatnya, harga hasil pertanian sering dimonopoli dan petani tidak memperoleh keuntungan yang layak.

Sementara itu, sektor peternakan di Kecamatan Pasemah Air Keruh belum berkembang. Sebagian warga hanya memelihara ternak dalam skala rumah tangga untuk kebutuhan sehari-hari, seperti ayam atau kambing yang dilepas di pekarangan. Tidak ada usaha peternakan yang dikelola secara intensif dan profesional. Padahal, permintaan daging dan telur di daerah ini cukup tinggi, bahkan sebagian besar pasokan masih didatangkan dari daerah tetangga, yakni Bengkulu dan Padang.

“Potensi desa ini sebenarnya sangat besar. Lahan tersedia, bahan pakan dari limbah pertanian juga melimpah. Jika dikembangkan secara serius, sektor peternakan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat,” ungkap Anugrah Robby P., S.Pt., M.Pt., dosen Fakultas Peternakan dan Pertanian Undip sekaligus ketua tim pengabdian.


Tujuan Pengabdian: Integrasi Pertanian dan Peternakan

Melihat kondisi tersebut, tim Undip hadir memberikan penyuluhan mengenai pentingnya mengembangkan usaha peternakan secara terpadu. Dalam penyuluhan, tim pengabdian menjelaskan konsep pertanian-peternakan berkelanjutan, yaitu sistem yang memadukan kedua sektor agar saling menguntungkan.

Dalam konsep ini, ternak dipelihara secara intensif untuk menghasilkan daging, susu, atau telur. Limbah ternak kemudian diolah menjadi pupuk organik yang bisa digunakan untuk menyuburkan lahan perkebunan jagung, kopi, maupun buah-buahan. Sebaliknya, limbah hasil pertanian seperti tongkol jagung, kulit kopi, dan dedaunan dapat diolah kembali menjadi pakan ternak. Dengan siklus ini, tidak ada limbah yang terbuang, dan masyarakat memperoleh manfaat ekonomi yang berkelanjutan.

Selain meningkatkan pendapatan, pola integrasi ini juga ramah lingkungan. Limbah bisa diolah, ketergantungan pada pupuk kimia berkurang, dan petani bisa mendapatkan nilai tambah dari usaha ternak yang sebelumnya belum ada.


Pelatihan Teknis: Dari Sapi hingga Ayam

Selain penyuluhan, kegiatan pengabdian juga diisi dengan pelatihan teknis peternakan yang aplikatif. Materi yang diberikan meliputi:

• Pelatihan pemeliharaan sapi dan pembuatan pakan sapi.
Warga diajarkan cara pemeliharaan sapi potong secara intensif, mulai dari pemilihan bibit, manajemen kandang, hingga pemberian pakan. Selain itu, tim juga memberikan praktik pembuatan pakan sapi berbasis limbah pertanian, seperti jerami jagung dan dedaunan, agar lebih hemat biaya.

•Pelatihan beternak ayam petelur dan broiler.
Tim memberikan penjelasan tentang manajemen pemeliharaan ayam petelur untuk produksi telur dan ayam broiler untuk produksi daging. Materi meliputi tata laksana kandang, pemilihan bibit unggul, tata cara pemberian pakan, hingga pengendalian penyakit.

•Pembuatan pupuk kompos dari limbah peternakan dan pertanian.
Masyarakat diajak untuk mengolah kotoran ternak sapi, kambing, maupun ayam, serta limbah organik dari pertanian menjadi pupuk kompos padat yang bernilai ekonomis dan ramah lingkungan.

• Pembuatan pupuk cair organik dari urin sapi dan kambing.
Tim juga melatih warga memanfaatkan limbah cair ternak, khususnya urin sapi dan kambing, untuk diolah menjadi pupuk cair organik. Pupuk ini bermanfaat bagi tanaman perkebunan seperti kopi, cokelat, dan jeruk yang menjadi andalan Desa Kebanjati.


Respon Masyarakat: Harapan untuk Pendampingan

Warga Desa Kebanjati menyambut baik kegiatan ini. Banyak yang baru memahami bahwa ternak bisa dipelihara secara intensif dan dikelola dengan sistem berkelanjutan. Selama ini, masyarakat lebih fokus pada hasil perkebunan tanpa melihat potensi limbahnya untuk dijadikan pakan atau pupuk.

Masyarakat merasa senang dengan adanya penyuluhan dan pelatihan ini. Selama ini belum ada program pemberdayaan pertanian yang menyentuh langsung masyarakat, apalagi yang mengaitkan pertanian dengan peternakan. Masyarakat Desa Kebanjati berharap ada pendampingan berkelanjutan agar desa bisa berkembang


Undip Bermartabat, Undip Bermanfaat

Kegiatan ini tidak hanya sekadar program pengabdian, tetapi juga menjadi kesempatan untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat desa. Selama ini program pemberdayaan di Desa Kebanjati masih sangat terbatas. Melalui pengabdian ini, Tim Universitas Diponegoro ingin membawa ilmu dari kampus untuk diterapkan di masyarakat, sehingga bisa langsung dirasakan manfaatnya. Hal ini sejalan dengan semangat Undip Bermartabat, Undip Bermanfaat.

Kegiatan pengabdian ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi pengembangan peternakan di Pasemah Air Keruh. Dengan dukungan perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat, Desa Kebanjati berpotensi menjadi contoh desa yang berhasil menerapkan integrasi pertanian dan peternakan secara berkelanjutan, sehingga kesejahteraan warga dapat meningkat.



Editor:
Achmad Munandar

KKN Undip Kenalkan Alat Monitoring Air untuk Budidaya Lele Gunungpati

0
 

Mahasiswa KKN Tim 97 Undip memperlihatkan alat monitoring air yang terdiri dari tiga sensor: pH, TDS, dan turbidity sebelum digunakan di kolam budidaya Mina Lancar, Senin (30/6). (Sumber: Audia Syafira/Citizen Journalism)


Campusnesia.co.id - Citizen Journalism - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 97 Universitas Diponegoro (Undip) melaksanakan kegiatan pengabdian bertema “Pengembangan Technopreneurship Pembudidaya Ikan Lele” di Rukun Warga (RW) 10, Kelurahan Gunungpati, Kota Semarang. Salah satu fokus utama kegiatan tersebut adalah pengenalan alat monitoring kualitas air kepada pembudidaya lele di Sentra Mina Lancar Pembesaran, Senin (30/6).

Dalam kegiatan ini, mahasiswa memperkenalkan dan menyerahkan alat digital monitoring kualitas air yang terdiri atas tiga sensor utama, yakni sensor Potential of Hydrogen (pH) yang berguna untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan air, lalu sensor Total Dissolved Solids (TDS) yang berguna untuk mengukur kadar zat terlarut, dan terakhir sensor turbidity meter yang berguna untuk mengukur tingkat kekeruhan air. Data hasil pengukuran ditampilkan secara langsung pada layar digital Liquid Crystal Display (LCD) dan smartphone yang menyertakan status kondisi air seperti “Bersih” atau “Kotor” berdasarkan parameter yang terbaca.

Menurut (Tumwesigye et al., 2022), air kolam yang ideal sangat penting untuk pertumbuhan lele. Berdasarkan penelitian untuk budidaya tilapia dan catfish, pH optimal berada antara 6,5–8,5, dan nilai TDS serta turbidity yang rendah membantu menjaga kesehatan ikan dan efisiensi pakan. Studi lain juga menunjukkan bahwa sistem monitoring real-time dengan sensor pH, Total Padatan Terlarut (TDS), turbidity terbukti akurat dengan tingkat presisi hingga 98% dan sangat efektif dalam mengontrol kualitas air (Sugiharto et al., 2023).


Pengujian langsung alat monitoring oleh mahasiswa KKN di kolam pembesaran Mina Lancar, Senin (30/6). (Sumber: Audia Syafira/Citizen Journalism)

Salah satu pembudidaya, Muchlisin, menyatakan ketertarikannya terhadap alat tersebut, meskipun dirinya mengaku sebelumnya pernah mencoba alat pH manual. “Udah pernah pakai alat pH, tapi karena masih manual, jadi sudah enggak pakai lagi. Sekarang kalau mau lihat pH air ya cuma lihat dari warna airnya aja,” ungkapnya.

Melalui pengenalan alat ini, tim KKN berupaya meningkatkan kesadaran peternak terhadap pentingnya pemantauan kualitas air berbasis data. Tidak hanya digunakan untuk pengecekan sekali waktu, alat ini dapat dipakai secara rutin untuk pengambilan teknis seperti penggantian air, pemberian aerasi, atau pengaturan padat tebar.

Penelitian lain juga memperlihatkan efektivitas Internet of Things (IoT)-based monitoring terhadap produktivitas budidaya. Sistem monitoring pH, suhu, dan turbidity secara real-time mendukung pengelolaan kolam yang lebih baik serta respons cepat terhadap perubahan lingkungan mengingat bahwa kualitas air dapat mempengaruhi berat dan ukuran ikan secara signifikan (Sung et al., 2023). 

Penerapan alat monitoring ini di Mina Lancar menjadi salah satu bentuk nyata pemanfaatan teknologi dalam skala usaha kecil menengah. Dengan teknologi yang mudah digunakan dan memiliki keakuratan tinggi, proses budidaya menjadi lebih efisien, produktif, dan berkelanjutan. Pendekatan ini juga membuka peluang agar mereka lebih sadar akan technopreneurship sederhana, tetapi berdampak nyata terhadap usaha pembesaran ikan lele.



Penulis:
Angela Constantine Chandra, Tjan 
Mahasiswa S1 Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro

Editor:
Achmad Munandar


Referensi:
Sugiharto, W. H., Susanto, H., & Prasetijo, A. B. (2023). Real-Time Water Quality Assessment via IoT: Monitoring pH, TDS, Temperature, and Turbidity. Ingenierie Des Systemes d’Information, 28(4), 823–831. https://doi.org/10.18280/isi.280403

Sung, W. T., Isa, I. G. T., & Hsiao, S. J. (2023). An IoT-Based Aquaculture Monitoring System Using Firebase. Computers, Materials and Continua, 76(2), 2180–2200. https://doi.org/10.32604/cmc.2023.041022

Tumwesigye, Z., Tumwesigye, W., Opio, F., Kemigabo, C., & Mujuni, B. (2022). The Effect of Water Quality on Aquaculture Productivity in Ibanda District, Uganda. Aquaculture Journal, 2(1), 23–36. https://doi.org/10.3390/aquacj2010003

Pemetaan Peternakan dan Lahan Dusun Sikandri, Dasar Penguatan Ketahanan Pangan Berkelanjutan

0
 


Campusnesia.co.idDusun Sikandri, Batang - Tim KKN Universitas Diponegoro Tahun 2025 telah memasang Plang Peta Penggunaan Lahan dan Sebaran Titik Peternak di Dusun Sikandri, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar. Peta yang dipasang di tempat strategis ini bertujuan memberikan informasi visual yang mudah dipahami oleh seluruh warga, termasuk perangkat dusun dan kelompok tani-peternak. 
 
Peta ini merupakan hasil dari program pemetaan penggunaan lahan dan peternakan oleh mahasiswa KKN-T tim 41 Daffa Bintang Arkannuda mahasiswa dari Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan., yang dilakukan dengan metode survei GPS dan pengolahan data menggunakan perangkat lunak GIS (ArcGIS). Peta ini juga menjadi bagian dari pendukung data peternak yang dikumpulkan oleh tim multidisiplin, termasuk kegiatan pendataan peternak, produksi dan pelatihan UMMB (Urea Molases Mineral Block). “Pemetaan ini tidak hanya sebagai dokumentasi visual wilayah, tetapi juga memberikan gambaran menyeluruh mengenai persebaran peternak dan karakteristik lahan di Dusun Sikandri. Peta ini nantinya dapat digunakan untuk perencanaan distribusi pakan, penempatan fasilitas penyimpanan UMMB, hingga bahan pertimbangan pengembangan UMKM peternakan ke depannya,” jelas Daffa.


Program ini mendukung kegiatan pendataan peternak yang dilakukan anggota tim lainnya, dan menjadi dasar dari berbagai intervensi penguatan kapasitas peternak, mulai dari pelatihan pembuatan suplemen pakan UMMB, edukasi hukum transaksi ternak, pencatatan keuangan, hingga digitalisasi branding produk. Dengan adanya pemetaan ini, warga dusun kini memiliki sarana informasi berbasis spasial yang membantu mereka mengenali wilayah sekitar, memetakan potensi dan masalah, serta menjembatani komunikasi antar peternak. Kegiatan ini juga mendukung upaya menjadikan Dusun Sikandri sebagai model integrasi peternakan rakyat dan IPTEK berbasis komunitas. “Kami berharap data ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah desa maupun lembaga pendukung untuk menyusun kebijakan yang lebih tepat sasaran dalam pengembangan ketahanan pangan lokal,” tambahnya. 

Program ini tidak berdiri sendiri. Kolaborasi antar mahasiswa lintas disiplin dari bidang akuntansi, hukum, biologi, kedokteran, hingga teknik membentuk pendekatan menyeluruh dalam menciptakan sistem peternakan yang tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi juga keberlanjutan, kesehatan, legalitas, dan ekonomi rumah tangga. Melalui UMMB sebagai suplemen pakan dan perbaikan manajemen peternakan berbasis data, KKN Tim Dusun Sikandri membuktikan bahwa integrasi antar keilmuan dapat membawa perubahan nyata bagi ketahanan pangan desa.



Editor:
Achmad Munandar

Pencatatan Keuangan Sederhana: Langkah Awal Menuju Peternakan Mandiri di Dusun Sikandri

0
 


Campusnesia.co.idDusun Sikandri, Batang - Dusun Sikandri, yang terletak di Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, merupakan salah satu kawasan dataran tinggi dengan kontur alam subur dan curah hujan yang tinggi. Dengan kondisi geografis seperti ini, mayoritas warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan peternakan. Namun, meskipun memiliki potensi agraria yang besar, pengelolaan sektor peternakan di dusun ini masih bersifat tradisional, terbatas, dan belum menyentuh pendekatan manajerial yang sistematis. Salah satu ciri khas peternakan di Sikandri adalah dominasi ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba, yang dikelola dalam skala rumah tangga. Hampir setiap kepala keluarga di dusun ini memiliki satu atau dua ekor ternak sebagai sumber pendapatan tambahan, tabungan hidup, atau cadangan darurat. 

Sayangnya, potensi ekonomi dari usaha ternak ini belum sepenuhnya dimanfaatkan. Ketidaktahuan tentang pengelolaan usaha, minimnya pencatatan keuangan, dan ketergantungan pada metode warisan menyebabkan sebagian besar peternak di Dusun Sikandri tidak benar-benar mengetahui apakah usaha mereka memberikan keuntungan atau justru menyebabkan kerugian. Hal inilah yang melatarbelakangi Tim KKN Tematik Universitas Diponegoro 2025 memilih Dusun Sikandri sebagai lokasi implementasi program multidisiplin bertema “Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Optimalisasi Pengelolaan Ternak Ruminansia Kecil.”

Program ini merupakan kolaborasi lintas keilmuan dari mahasiswa berbagai fakultas, yang hadir untuk mengintegrasikan pendekatan teknis, edukatif, sosial, dan manajerial dalam membenahi sistem peternakan di dusun tersebut. Beberapa program di antaranya mencakup edukasi kesehatan ternak dan lingkungan, pelatihan pembuatan pakan suplemen UMMB (Urea Molases Mineral Block), pemetaan kandang dan jumlah ternak, hingga penguatan kapasitas warga dalam memahami aspek hukum dalam transaksi ternak dan perjanjian bagi hasil. Keseluruhan kegiatan ini diarahkan untuk membangun model peternakan desa yang berkelanjutan dan adaptif terhadap tantangan zaman. 

Dari keseluruhan rangkaian program tersebut, salah satu kontribusi utama datang dari Bagus Puji Prayogi, mahasiswa dari Program Studi Akuntansi Perpajakan, Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro. Bagus mengambil peran penting dalam memberikan edukasi dan pelatihan tentang pembukuan keuangan sederhana untuk peternak ruminansia kecil. Dalam praktiknya, Bagus turun langsung ke masyarakat, mengadakan diskusi kelompok dengan para peternak, lalu menyusun dan mendemonstrasikan format pembukuan manual yang mudah dipahami dan langsung bisa diterapkan.

 
Melalui pelatihan ini, warga peternak diperkenalkan pada cara mencatat pengeluaran harian seperti pembelian pakan, obat-obatan, serta biaya perawatan kandang, disertai dengan pencatatan pemasukan hasil penjualan ternak. Format pembukuan yang dikenalkan sangat sederhana - cukup menggunakan buku tulis, kolom pemasukan, pengeluaran, dan saldo - namun mampu memberikan pandangan nyata mengenai arus keuangan mereka. Selain itu, Bagus juga mengajarkan peternak membuat laporan laba-rugi sederhana untuk menilai apakah usaha mereka benar-benar memberikan profit dalam periode tertentu. Edukasi ini disampaikan secara partisipatif, dengan simulasi kasus nyata yang diangkat dari pengalaman peternak setempat, sehingga mereka merasa relevan dan mudah memahami manfaatnya.

Tak berhenti di situ, Bagus juga memberikan wawasan dasar mengenai pentingnya legalitas usaha dan kesadaran pajak secara ringan. Menurutnya, meskipun sebagian besar peternak di Dusun Sikandri belum dalam skala UMKM formal, namun membiasakan pencatatan dan memahami peran legalitas adalah langkah strategis menuju kemandirian ekonomi desa. Dalam jangka panjang, peternak yang memiliki catatan rapi akan lebih mudah mengakses program bantuan pemerintah, kredit usaha, dan bertransformasi menjadi pelaku ekonomi produktif yang diakui secara administrasi. 
 

Dalam wawancaranya, Bagus menyatakan bahwa inisiatif ini bukan sekadar mengajarkan cara mencatat angka, tetapi mengubah cara pandang peternak terhadap usahanya. "Selama ini, banyak peternak tidak tahu apakah usaha ternaknya menguntungkan atau tidak. Dengan pembukuan sederhana, mereka bisa melihat sendiri kondisi usahanya dan merencanakan langkah selanjutnya," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kebiasaan mencatat secara konsisten dapat menjadi kebiasaan yang menular dan mengakar dalam budaya usaha masyarakat desa.

Melalui sinergi antara edukasi pencatatan keuangan, perbaikan nutrisi ternak, dan pendataan sistematis, kegiatan KKN Tematik Multidisiplin UNDIP di Dusun Sikandri menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan ilmu pengetahuan dapat membawa dampak langsung bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat desa. Dari pencatatan sederhana yang dikenalkan oleh Bagus Puji Prayogi, lahirlah kesadaran baru bahwa usaha ternak bisa dikelola secara profesional, meskipun dalam skala kecil. Harapannya, langkah kecil ini bisa menjadi awal dari terbentuknya peternakan rakyat yang tangguh, mandiri, dan berkelanjutan sebagai bagian dari ketahanan pangan lokal.



Editor:
Achmad Munandar

Solusi Penyimpanan UMMB: Upaya Mahasiswa KKN-T Tim 41 UNDIPuntuk Dukung Ketahanan Pakan Ternak di Dusun Sikandri Desa Tumbrep

0


Campusnesia.co.idTim KKN-T (Kuliah Kerja Nyata Tematik) tim 41 Universitas Diponegoro yang terdiri dari 4 tim diterjunkan di Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang selama 30 hari yaitu sejak tanggal 1 Juli hingga 30 Juli. KKN Tim 41 dibawah bimbingan tiga dosen pembimbing lapangan (DPL) yang berasal dari Fakultas Peternakan dan Pertanian, yakni Migie Handayani, S. Pt., M. Si., Ir. Surono, M. P., dan Dr. Ir. Marry Christiyanto, M. P., IPM.

Diterjunkannya KKN-T di Desa Tumbrep didasari karena adanya Program Studi Diluar Kampus Utama Batang atau yang biasa dikenal PSDKU Batang. Dengan salah satu Program Studi unggulan adalah S1 Agribisnis karenanya kampus PSDKU  Batang akan dijadikan pusat pembelajaran, penelitian, dan pengembangan agribisnis yang berbasis pertanian dan peternakan. 

Ketua KKN-T tim 41 yang juga selaku ketua lembaga PSDKU Batang Prof. Dr. Ir. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, M.S., M.Agr., IPU., mengangkat tema utama "Penerapan IPTEK Agribisnis berbasis ternak ruminansia kecil secara terintegrasi untuk mendukung ketahanan pangan di Desa Tumbrep". 

Kelompok 1 KKN-T Undip tim 41 yang berjumlah 11 mahasiswa difokuskan berkegiatan di Dusun Sikandri. Dusun yang terletak di dataran tinggi dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai peternak dan petani. Kedua sektor tersebut sebenarnya memiliki potensi yang besar, tetapi hingga saat ini belum dioptimalkan secara terpadu dan berkelanjutan. Melihat kondisi tersebut, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam agribisnis ruminansia kecil secara terintegrasi dapat menjadi sangat relevan. Salah satu pendekatan inovatif dalam meningkatkan produktivitas ternak di Dusun Sikandri adalah dengan mengenalkan Urea Molases Mineral Block (UMMB) sebagai suplemen pakan tambahan untuk hewan ruminansia.

Melalui pengenalan UMMB, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil ternak, dengan menghasilkan ternak yang lebih sehat dan produktif. Hal tersebut menjadi langkah konkret dalam mendukung penguatan ketahanan pangan di Dusun Sikandri, sekaligus membuka jalan menuju terbentuknya sistem peternakan yang berkelanjutan dan berbasis pada optimalisasi sumber daya lokal.

Pengenalan UMMB ini dilaksanakan 2 sesi yang berbeda, yaitu dengan dikumpulkannya kelompok ternak di posko KKN untuk dilakukannya pemaparan materi dan demonstrasi pembuatan UMMB oleh tim KKN pada tanggal 8 Juli 2025 dan dilakukannya kegiatan mandiri oleh masing-masing kelompok ternak di RT 1, 2, 3, dan 4 yang dikoordinir oleh ketua RT setempat dan didampingi oleh perwakilan tim KKN secara merata. 

Unzilla Masyaprilia salah satu anggota KKN- T tim 41 melakukan pendampingan pembuatan UMMB di masing-masing RT dan memaparkan rancangan desain tempat penyimpanan pakan dan produk UMMB sederhana yang hanya membutuhkan drum bekas. 

Untuk menjaga kualitas produk UMMB diperlukannya perlakuan khusus yaitu tidak boleh terpapar matahari secara langsung dan tidak berada di tempat yang lembab, sehingga pengenalan produk UMMB yang dilakukan oleh kelompok 1 KKN-T tim 41 tidak hanya pendampingan cara pembuatan saja tetapi juga dengan diberi pengarahan agar kualitas UUMB yang dibuat dapat bertahan lama dengan tidak menurun kulitasnya. Dengan dasar ilmu arsitektur yang diampu Unzilla dapat melengkapi dan menyempurnakan susunan kelompok 1 KKN-T tim 41, kelompok peternak di Dusun Sikandri tidak hanya dikenalkan dengan inovasi UMMB namun juga dengan cara penyimpanan yang dapat menjaga kualitas produk dalam jangka panjang.

Rangkaian kegiatan ini telah terlaksana dengan baik dan mendapat sambutan positif dari kelompok peternak di Dusun Sikandri. Ketika selesai dilakukannya praktik pembuatan UMMB di RT 3 & 4 yang dilaksanakan bersamaan salah satu wargamendatangi perwakilan dari kelompok kami dan menyampaikan pesan “Warga Sikandri sangat menghargai kehadiran mahasiswa apalagi dengan memberikan keterampilan praktis yang diberikan secara langsung kepada masyarakat.”

Pada tanggal 22 Juli 2025 tim 41 & 50 KKN-T UNDIP mengadakan Gelar Karya, sebuah ajang memamerkan dan mempresentasikan produk dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama 22 hari berkegiatan di Desa Tumbrep. Gelar Karya tersebut dilaksanakan dengan mendapat dukungan penuh oleh pemerintah dan masyarakat setempat. 


Muhammad Najib selaku Kepala Desa Tumbrep menyambangi stand kelompok 1 tim 41 KKN-T dan mengapresiasi luaran produk UMMB yang dibawa. Selain memperkenalkan inovasi UMMB ke kelompok ternak Dusun Sikandri, kelompok 1 tim 41 KKN-T memanfaatkan sumber daya yang sudah ada di Dusun Sikandri setempat yaitu dengan mengganti dedak halus yang biasa ada di pasaran dengan dedak hasil penggilingan keliling yang rutin memutar pagi hari di sekitar Dusun Sikandri.

Melalui dukungan masyarakat dan kerjasama yang solid, diharapkan pengenalan produk UMMB ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata yaitu dengan meningkatnya kualitas hasil ternak, sehingga dapat menghasilkan ternak yang lebih sehat dan produktif bagi kelompok peternak di Dusun Sikandri.



Editor:
Achmad Munandar

Mahasiswa KKN UNDIP Dorong Penguatan Ketahanan Pangan Lewat Pendataan Peternak di Dusun Sikandri

0
 


Campusnesia.co.idMahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Tim 41 Universitas Diponegoro (UNDIP) melakukan kegiatan multidisiplin di Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Salah satu program unggulannya yaitu penguatan ketahanan pangan berbasis optimalisasi pengelolaan ternak ruminansia kecil, seperti sapi dan kambing, khususnya di Dusun Sikandri.

Safira Faelasufah, mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Kampus Rembang yang tergabung dalam Tim 41, melaksanakan pendataan langsung peternak di wilayah tersebut dengan metode (door to door) ke setiap rumah warga di seluruh RT Dusun Sikandri. Kegiatan ini menjadi bagian awal dari penyusunan basis data peternak sebagai bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam mendukung pembangunan desa yang berkelanjutan.

“Dengan data ini, Dusun Sikandri memiliki arsip peternak. Jika suatu saat ada program pelatihan, bantuan, atau kegiatan lain yang membutuhkan informasi peternak, sudah ada datanya,” ujar Safira Faelasufah

Pendataan ini tidak hanya mencatat nama peternak, namun juga jenis ternak yang dipelihara, jumlah hewan, serta pakan apa yang diberikan setiap harinya . Salah satu tokoh masyarakat yang turut didata adalah Pak Muji, warga RT 4, yang telah berkecimpung dalam dunia peternakan selama kurang lebih 60 tahun. Saat ini, beliau memelihara dua ekor sapi salah satunya dari jenis Brahmana dan tiga ekor domba.


Pemilihan tema besar “Penguatan Ketahanan Pangan Berbasis Optimalisasi Pengelolaan Ternak Ruminansia Kecil” bukan tanpa alasan. Dusun Sikandri diketahui memiliki potensi besar dalam bidang peternakan, khususnya sapi dan kambing. Namun sayangnya, sistem peternakan di wilayah ini masih dikelola secara perseorangan, belum terintegrasi, dan cenderung tradisional. Bahkan, beberapa ternak yang dipelihara oleh warga merupakan titipan dari pemilik lain, dengan sistem bagi hasil saat terjadi transaksi jual beli. Hingga saat ini, belum pernah ada pendataan terkait peternak dan jenis ternak yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk dilakukan penataan data dan sistem.

Menariknya, data yang dikumpulkan Safira tidak hanya menjadi arsip desa, tetapi juga digunakan oleh rekan KKN lainnya untuk kegiatan lanjutan seperti pembuatan Urea Molasses Mineral Block (UMMB). UMMB merupakan pakan tambahan yang bergizi dan dirancang secara praktis serta ekonomis untuk meningkatkan kualitas pakan ternak ruminansia. Program ini diharapkan bisa mendukung peternak lokal dalam meningkatkan produktivitas dan kesehatan hewan ternaknya.

“Program UMMB akan lebih efektif jika diawali dengan basis data yang jelas, karena bisa menyesuaikan siapa saja yang akan diundang untuk melakukan pembuatan UMMB,” tambah Safira.

Kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat ini menjadi contoh nyata sinergi akademisi dan desa dalam menjawab isu ketahanan pangan berbasis potensi lokal. Dengan data yang tersusun rapi dan kegiatan yang terarah, Dusun Sikandri diharapkan bisa menjadi model pengelolaan peternakan ruminansia kecil yang lebih terorganisir dan berdaya saing.



Editor:
Achmad Munandar

Penerapan Akuntansi Manajerial dalam Efisiensi Pengelolaan Peternakan Ruminansia Kecil di Dusun Srikandi

0
 


Campusnesia.co.idDusun Srikandi merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi besar dalam bidang peternakan, khususnya peternakan ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Potensi ini menjadi tumpuan ekonomi bagi sebagian besar masyarakat setempat, baik sebagai mata pencaharian utama maupun sebagai usaha sampingan yang menopang kebutuhan harian. Lebih dari sekadar sumber pendapatan, peternakan ruminansia kecil juga memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan lokal karena menyediakan sumber protein hewani yang bergizi dan mudah diakses oleh masyarakat sekitar.

Namun, potensi besar ini masih dibayangi oleh berbagai tantangan, terutama dalam hal efisiensi pengelolaan keuangan dan produksi. Salah satu permasalahan yang paling menonjol adalah tidak adanya sistem pencatatan keuangan yang teratur dan sistematis. Para peternak cenderung mengandalkan ingatan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran usaha mereka. Akibatnya, banyak peternak yang tidak mampu menghitung biaya produksi secara tepat, tidak mengetahui apakah usaha mereka menghasilkan keuntungan atau justru mengalami kerugian, serta kesulitan dalam menetapkan harga jual yang sesuai dengan kondisi pasar. Tanpa dasar data yang kuat, para peternak juga kesulitan merancang strategi pengembangan usaha, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengalami stagnasi bahkan kemunduran usaha tanpa menyadarinya.

Melalui program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan pada 19 Juli 2025, mahasiswa hadir dengan menawarkan solusi berupa penerapan akuntansi manajerial dalam kegiatan usaha peternakan. Penerapan akuntansi manajerial menjadi langkah strategis untuk membantu peternak merencanakan, mengendalikan, serta mengevaluasi aktivitas usahanya secara lebih efisien dan berorientasi pada keuntungan. Berbeda dengan akuntansi keuangan yang lebih bersifat pelaporan eksternal, akuntansi manajerial fokus pada penggunaan data untuk pengambilan keputusan internal dan operasional.

Dalam pelaksanaan program yang dipandu oleh Farrelia Luthfiana Naila Safitri, para peternak diperkenalkan dengan konsep dasar pencatatan keuangan secara sederhana. Mereka diajarkan untuk mulai mencatat pemasukan dari hasil penjualan ternak serta pengeluaran dari pembelian pakan, obat-obatan, perawatan kandang, dan kebutuhan lainnya. Catatan tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menyusun laporan laba-rugi sederhana, sehingga peternak dapat mengetahui kondisi keuangan usaha mereka secara periodik. Tidak hanya itu, peternak juga mulai belajar bagaimana menganalisis waktu terbaik untuk menjual ternak agar memperoleh harga maksimal, serta kapan sebaiknya membeli pakan dalam jumlah besar guna menekan biaya produksi. Semua ini dilakukan melalui pendekatan yang komunikatif dan menggunakan media yang mudah dipahami agar sesuai dengan kondisi dan kemampuan masyarakat setempat.

Hasil dari penerapan akuntansi manajerial ini menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Para peternak mulai dapat mengambil keputusan usaha dengan lebih tepat karena mereka kini memiliki data dan informasi keuangan yang lebih jelas dan akurat. Kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan keuangan pun meningkat. Peternak yang sebelumnya mengabaikan pencatatan kini mulai terbiasa memeriksa kondisi keuangan usaha mereka sebelum melakukan tindakan penting, seperti membeli pakan, memperluas kandang, atau menjual ternak. Mereka menjadi lebih rasional dalam merencanakan langkah ke depan karena sudah memiliki gambaran yang konkret tentang keuntungan dan kerugian usaha mereka.

Selain itu, penerapan akuntansi manajerial juga terbukti meningkatkan efisiensi usaha. Dengan pencatatan yang baik, para peternak mulai menyadari komponen biaya yang paling besar dalam usaha mereka dan mencoba mencari alternatif atau strategi yang lebih hemat. Mereka juga lebih berhati-hati dalam menggunakan sumber daya yang ada, seperti pakan dan tenaga kerja, karena kini mereka memahami bahwa setiap keputusan operasional berdampak pada hasil akhir usaha. Keberhasilan ini turut memperkuat upaya keberlanjutan usaha peternakan sebagai bagian dari ketahanan pangan lokal. Ketika usaha peternakan dikelola secara lebih profesional dan efisien, maka hasil produksinya pun menjadi lebih stabil dan berkualitas, yang pada akhirnya akan berkontribusi pada ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat sekitar.

Program ini tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga membuka peluang keberlanjutan jangka panjang. Peternak yang sudah terbiasa dengan pencatatan dan pengelolaan berbasis data memiliki potensi besar untuk terus mengembangkan usahanya secara mandiri. Bahkan, mereka dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi peternak di dusun-dusun lain yang memiliki tantangan serupa. Melalui kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat, program ini membuktikan bahwa pendekatan yang sederhana namun tepat sasaran dapat membawa perubahan nyata dalam meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan ekonomi desa.

Dengan melihat hasil yang positif ini, diharapkan pemerintah desa maupun pihak terkait dapat memberikan dukungan lanjutan agar penerapan akuntansi manajerial terus berkembang dan membudaya di kalangan peternak. Program semacam ini tidak hanya meningkatkan kapasitas individu, tetapi juga memperkuat fondasi ekonomi lokal secara menyeluruh. Maka, program kerja ini layak dipertahankan dan diperluas sebagai salah satu bentuk kontribusi nyata dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan penguatan ketahanan pangan desa.




Editor:
Achmad Munandar

Mahasiswa KKN-T Undip Kenalkan Inovasi Suplemen Pakan Ternak melalui Pembuatan UMMB di Dusun Sikandri

0
 


Campusnesia.co.idPermasalahan pakan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh peternak, terutama di wilayah pedesaan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, mahasiswa Universitas Diponegoro yang tergabung dalam Tim KKN-T 41 menghadirkan program multidisiplin berupa edukasi dan praktik pembuatan Urea Molase Mineral Block (UMMB) kepada para peternak di Dusun Sikandri, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang.

Program ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Juli 2025, bertempat di rumah Ibu Kepala Dusun Sikandri. Mahasiswa mengajak para peternak untuk mengenal lebih jauh tentang UMMB, sebuah suplemen pakan tambahan bagi ternak ruminansia yang bermanfaat untuk meningkatkan nafsu makan, daya cerna, dan kesehatan ternak secara menyeluruh.

“Kami ingin memberikan solusi yang sederhana tapi berdampak. Melalui pembuatan UMMB, peternak bisa membuat sendiri suplemen pakan di rumah tanpa harus membeli produk jadi yang harganya cukup mahal,” ujar Sausan Mahirah, mahasiswa jurusan Kimia selaku pelaksana program.

UMMB sendiri dibuat dari bahan-bahan yang mudah ditemukan seperti molase (tetes tebu), urea, mineral, dedak, semen putih, garam, dan air. Seluruh bahan tersebut dicampur, dicetak, lalu dijemur hingga kering. Prosesnya cukup sederhana dan dapat dilakukan langsung oleh peternak di rumah.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa melakukan demonstrasi langsung pembuatan UMMB di hadapan para peternak. Selain itu, disebarkan juga leaflet berisi panduan lengkap pembuatan UMMB agar peternak bisa memahami setiap langkah dan manfaatnya secara mandiri.

Meskipun pada hari kegiatan para peternak belum ikut praktik langsung, tim KKN melakukan tindak lanjut dengan mendistribusikan bahan pembuatan UMMB ke seluruh RT di Dusun Sikandri. Di RT 01, mahasiswa bahkan melakukan praktik bersama peternak agar proses pembuatan bisa dicontoh secara langsung.

Mahasiswa juga menekankan pentingnya memahami bahwa UMMB hanya berfungsi sebagai suplemen, bukan sebagai pakan utama. Pemberian yang tepat akan menunjang produktivitas ternak, terutama dalam masa pertumbuhan atau saat kondisi pakan hijauan terbatas.

“Dengan adanya program ini, peternak jadi tahu kalau mereka bisa mandiri dalam membuat suplemen untuk ternaknya. Selain menghemat biaya, ternaknya juga jadi lebih sehat dan nafsu makan meningkat,” lanjut Melfanny Dwi Putri Adliyana, mahasiswa Biologi sekaligus rekan pelaksana program.

Program ini mendapat sambutan positif dari warga dan kepala dusun setempat. Peternak mengaku terbantu dengan adanya alternatif pakan yang mudah dibuat dan lebih hemat. Tim KKN-T 41 berharap, dengan adanya pelatihan ini, masyarakat bisa mulai menerapkan secara rutin pembuatan UMMB secara mandiri, serta menyebarkannya ke lingkungan sekitar.

Sebagai bagian dari rangkaian program tematik, kegiatan ini menunjukkan kontribusi nyata mahasiswa dalam membantu mengatasi permasalahan peternakan rakyat dengan pendekatan yang sederhana namun berdampak besar. Inovasi kecil seperti UMMB bisa menjadi awal perubahan besar dalam sistem pakan ternak di desa, terutama dalam menghadapi tantangan pangan dan iklim.



Editor:
Achmad Munandar

Ternak Dicatat, Potensi Menguat, Dusun Naik Tingkat

0
 


Campusnesia.co.idKomitmen dalam menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya pada aspek pengabdian kepada masyarakat, mendorong mahasiswa Universitas Diponegoro yang tergabung dalam Tim 41 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Semester Genap TA 2024/2025 untuk terjun langsung ke Dusun Sikandri, Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang. Mengusung tema besar “Penerapan IPTEK Agribisnis Berbasis Ternak Ruminansia Kecil Secara Terintegrasi untuk Mendukung Ketahanan Pangan,” diharapkan dapat menjadi wujud nyata kontribusi akademisi muda dalam mendukung pembangunan desa melalui dusun yang berdaya dan berkelanjutan.

Dusun Sikandri, yang secara geografis terletak di kawasan dataran tinggi, sejatinya menyimpan potensi besar di sektor pertanian dan peternakan. Namun demikian, potensi tersebut belum sepenuhnya tergarap secara optimal karena kondisi dusun yang masih dihadapkan pada berbagai keterbatasan, baik dari sisi struktural maupun manajerial dalam pengelolaan sumber daya lokal. Menanggapi kondisi tersebut, mahasiswa Universitas Diponegoro melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mencoba menerapkan pendekatan kolaboratif lintas disiplin ilmu guna menjawab tantangan pembangunan dusun secara komprehensif. Berbagai program strategis pun dirancang, di antaranya edukasi pembuatan Urea Molases Mineral Block (UMMB) sebagai pakan tambahan bagi ternak. Selain itu  terdapat pula peningkatan literasi finansial dan hukum guna memperkuat kapasitas peternak dalam aspek administratif dan ekonomi.

Sebagai bagian integral dari klaster tema besar tersebut, dilakukan pula pemetaan potensi, kebutuhan, serta kendala dalam pengelolaan ternak ruminansia kecil. Inisiatif ini dikembangkan oleh Richard Ardhana Simanjuntak, mahasiswa Program Studi Statistika, Fakultas Sains dan Matematika, sebagai respons terhadap belum tersedianya data terstruktur yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan sensus terhadap 32 peternak aktif di Dusun Sikandri, diperoleh data primer mengenai populasi ternak rumah tangga, termasuk jenis kelamin dan usia ternak, serta penggunaan pakan dan tantangan teknis di lapangan. Ternak kambing mendominasi populasi dengan total 47 ekor, diikuti oleh domba sebanyak 25 ekor dan sapi 21 ekor. Distribusi usia ternak memperlihatkan bahwa sebagian besar berada pada usia produktif 1–8 bulan, terutama pada kambing yang menandakan potensi pertumbuhan yang masih terbuka lebar.

Hasil analisis juga mengungkap dinamika peternakan lokal yang masih bersifat tradisional tanpa perencanaan jangka panjang yang terstruktur. Mayoritas peternak berada dalam rentang usia 46–65 tahun dan lebih dari 62% telah menjalankan usaha ternak selama lebih dari 15 tahun. Ini menunjukkan bahwa meskipun pengalaman peternak cukup tinggi, diperlukan dukungan teknis dan manajerial agar usaha ternak dapat berjalan lebih efisien dan adaptif terhadap perubahan. Melalui pemetaan kebutuhan, diketahui bahwa fokus utama peternak terletak pada pengadaan modal untuk ternak (53,12%), disusul kebutuhan sanitasi dan perbaikan kandang (18,75%), pengadaan vaksin dan suplemen (15,62%), akses terhadap tenaga kesehatan hewan (9,38%), serta upaya menjaga stabilitas harga pasar (3,13%). Di sisi lain, jenis pakan yang digunakan masih didominasi oleh rumput, daun-daunan, dan singkong sebagai makanan pokok, sementara tetes tebu (molase) digunakan sebagai suplemen cair untuk meningkatkan nafsu makan ternak.



Sebagai bentuk keberlanjutan, hasil pemetaan kemudian disosialisasikan dalam forum warga dan diserahkan kepada pemerintah dusun serta kelompok peternak setempat dalam bentuk dokumentasi tertulis dan infografis tematik yang disajikan secara visual dan komunikatif. Infografis tersebut dipasang di kediaman Kepala Dusun Sikandri agar dapat diakses oleh warga maupun perangkat desa yang berkepentingan, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang intervensi yang lebih tepat sasaran. Penyampaian data dalam bentuk visual ini diharapkan mampu menjadi pemantik kesadaran kolektif tentang pentingnya pengelolaan peternakan yang berbasis informasi, sekaligus sebagai referensi praktis dalam penyusunan rencana aksi ke depan. Lebih dari sekadar potret kondisi eksisting, analisis ini juga berfungsi sebagai alat advokasi untuk menyusun rekomendasi kebijakan dan pengajuan program pendampingan yang relevan.

Melalui pendekatan berbasis data, kolaborasi lintas bidang ilmu, serta pelibatan aktif masyarakat, program KKN Tematik di Dusun Sikandri tidak hanya menghadirkan solusi atas tantangan lokal, tetapi juga membentuk model praktik baik yang dapat direplikasi di wilayah lain dengan karakteristik serupa. Kehadiran mahasiswa tidak sekadar menjadi pelengkap kegiatan dusun, melainkan sebagai katalisator perubahan yang membawa semangat pemberdayaan dan transformasi sosial yang berkelanjutan.

Dengan demikian, pengabdian ini menjadi bukti nyata bahwa tridharma perguruan tinggi dapat diimplementasikan secara holistik, menyentuh aspek teknis, sosial, dan edukatif secara bersamaan. Harapannya, inisiatif ini mampu mendorong terwujudnya Dusun Sikandri yang lebih mandiri, tangguh, dan adaptif terhadap berbagai tantangan pembangunan, serta menjadi bagian dari gerakan kolektif menuju dusun penopang desa yang berdaya dan berkelanjutan.



Editor:
Achmad Munandar

Ajari Budidaya Lele Sehat, Mahasiswa KKN-T Undip Bantu Edufarm Desa Sukorejo 10 Ribu Benih Lele

0
 
Kolaborasi nyata mahasiswa KKN-T Undip dan warga Sukorejo: 
tebar benih lele, tuai semangat kemandirian pangan lokal!


Campusnesia.co.id - Sukorejo, 7 Juli 2025 - Sehubungan dengan tema “House Farming” tim IDBU KKN-T 42 Universitas Diponegoro menyelenggarakan penebaran benih lele di desa Sukorejo pada tanggal 7 Juli 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat sekaligus bentuk kontribusi Universitas Diponegoro dalam mendukung ketahanan pangan lokal.

Sebanyak 10.000 ekor benih lele ditebar dalam dua kolam Edufarm milik desa Sukorejo, yang nantinya akan dibina dan didampingi oleh Dr. Ir. Cahya Setya Utama, S.Pt., M.Si., IPM dan A. H. Condro Haditomo, S.Pi., M.Si ., Ph.D. serta mahasiswa IDBU KKN-T 42 Universitas Diponegoro. Program ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam budidaya ikan lele yang berkelanjutan, ekonomis, dan ramah lingkungan.

Sebelum kegiatan penebaran dilakukan, tim KKN-T Universitas Diponegoro bersama masyarakat telah melakukan serangkaian persiapan teknis selama dua minggu terakhir. Di antaranya adalah pemasangan instalasi pipa untuk sistem pengairan dan pengisian air pada dua kolam budidaya utama. Proses ini bertujuan untuk memastikan kondisi kolam memenuhi standar kualitas air yang optimal bagi pertumbuhan benih lele.

“Dengan mengucap Bismillah, kami tebarkan 5.000 ekor benih lele semoga membawa manfaat besar bagi masyarakat” ujar Dr. Ir. Cahya Setya Utama, S.Pt., M.Si., IPM, Dosen pembimbing tim IDBU KKN-T 42.
 
Dengan penuh semangat dan harapan, mahasiswa KKN-T 42 Undip bersama dosen pembimbing dan masyarakat Desa Sukorejo menebarkan 10.000 benih lele 
sebagai langkah awal menuju kemandirian pangan berbasis desa.


Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wadah implementasi tridharma perguruan tinggi, khususnya dalam aspek pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa terlibat secara langsung dalam proses edukasi dan pendampingan, sehingga mampu menerapkan ilmu di luar ruang kelas.

Kegiatan penebaran benih lele ini mendapat sambutan positif dari Pak Lurah Desa Sukorejo, Sukrisno. Sukrisno menyampaikan apresiasinya, “Kami ucapkan terima kasih kepada UNDIP. berharap program ini memberi dampak positif, dan menjadi langkah awal keberlanjutan untuk desa kami.”

Dua kolam Edufarm yang digunakan memiliki ukuran masing-masing 6x5 meter dengan kedalaman kurang lebih 2 meter. Pengelolaan kolam dilakukan secara intensif melalui pemantauan kualitas air, pemberian pakan yang tepat, serta pemeliharaan kolam secara rutin guna menciptakan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan ikan. 

Setelah kegiatan penebaran benih, dilakukan sesi pemaparan materi mengenai pentingnya penggunaan probiotik dalam budidaya lele. Materi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ikan lele sekaligus memperkecil risiko serangan penyakit. Kegiatan ini juga dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif bersama para pembudidaya, yang dipandu oleh dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Alfabetian Harjuno Condro Haditomo, S.Pi., M.Si., Ph.D., yang menyampaikan berbagai strategi budidaya lele yang efisien dan berkelanjutan.

Program ini merupakan bagian dari komitmen UNDIP dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya di bidang pangan dan pemberdayaan masyarakat desa. Kegiatan serupa direncanakan akan terus dilakukan di berbagai wilayah di Jawa Tengah sebagai bagian dari program jangka panjang universitas.




Editor:
Achmad Munandar