Campusnesia.co.id - Guys, apakah kalian tahu, rasanya menjadi mahasiswa tingkat akhir. Jika awal kuliah kita berfikir sangat idealis, maka saat perlahan idealisme itu akan terkikis seiring dengan beralannya waktu.
Apakah kita salah dengan menipisnya idealisme itu? Tidak guys, sama sekali tidak, karena sejatinya idealisme itu memang terikat waktu. Idealnya, saat kita kuliah, kita adalah seorang akademisi yang baik (IPK 4). Kemudian kita juga organisatoris yang handal (minimal ketua BEM, Senat atau rohis universitas).
Selanjutnya, kita juga seorang peneliti yang hasil risetnya diaplikasikan manusia seluruh dunia. Dan kita juga seorang bisnisman yang omsetnya sudah mencapai milyaran rupiah. Apakah kondisi ini ideal? Mungkin sebagian orang menggapnya ini sudah sangat ideal.
Tapi tunggu, sekali lagi, apakah ini ideal jika kita lakukan selama 7 tahun (dengan status masih menjadi mahasiswa)? tidak guys, karena apapun alasannya kamu adalah mahasiswa yang belum menyelesaikan studi. Dari sinilah aku berdalih, bahwa idealisme itu terikat waktu.
Bukan tentang idealisme, tapi hanya secuil problema dan realita skripsi. Skripsi, kata manis dan enak di dengar. Atau skripsi hanyalah bedebah di kampus yang menghancurkan reputasi kita di kampus.
Banyak cerita unik tentang skripsi. Seorang aktivis yang lihai, cerdas dan berwawasan luas tertahan memakai toga, hanya karena belum menyelesaikan skripsi, adalah kisah klasik.
Atau mahasiswa idealis tinggi, pandai,IPK cumlaude dan sering menjadi pembicara di hampir semua acara training menyelesaikan studi selama 7 tahun, rela membayar uang semester demi mengambil 4 SKS (skripsi), melakukan riset selama 3 tahun agar skripsinya benar-benar diaplikasikan, adalah cerita heroik yang seru, walaupun pada akhirnya skripsi itu hanya menjadi tumpukan di rak buku perpus kampus.
Atau kisah mahasiswa malang yang menyelesaikan skripsi selama 3 tahun karena sering ditinggal dosen pembimbing ke luar negeri, cerita yang sangat mengharukan. Dan aku, hanya ingin membagi kisahku saat menyelesaikan skripsi dalam waktu 2 minggu, 3 minggu di ACC semua dosen pembimbing dan sidang pada minggu ke-4, seru. Hanya ingin sedikit berbagi tips, yuk kita bahas satu-persatu
1. Dosen pembimbing (Dosbing)
Guys, tahukah kalian, saat mulai menyusun draft skripsi, kamu adalah sebutir telur yang berada di tangan dosen pembimbing, dosbing adalah penentu skripsimu. Maka, jika ingin skripsimu melaju secepat kilat, jangan pernah membuat masalah apapun dengan dosen pembimbing.
Beruntung, dosen pembimbing pertama saya, sudah seperti ibu sendiri. Entah apa sebabnya, mungkin kita banyak terdapat kesamaan karakter (hehehe).
Mungkin juga, alasan logisnya adalah sering kontak karena 2 tahun sebelum menulis skripsi saya sudah melakukan penelitian kecil-kecilan. Ya, saya sering kontak dengan beliau 2 tahun sebelumnya mulai dari penyusunan proposal untuk mencari dana penelitian, eksekusi riset hingga penulisan artikel ilmiah.
2. Tugas bukan sekedar tugas (Laporan Praktikum dll)
Di kampus tugas memang seabrek. bikin makalah ini, itu, praktikum, rangkum jurnal, dll. Memang, sekali waktu kita memang seperti robot yang hanya mengerakan tugas. Namun guys, hanya sedikit mengubah paradigma itu, bahwa sejatinya tugas adalah untuk kita menjadi semakin berkemng, mengetahui banyak hal, bukan semakin membuat kita pusing.
Jika tugas hanya membuat pusing, maka tinggalkanlah, lakukan hal kamu sukai dan bermanfaat, serta tidak usah membohongi hati kecilmu kalau kamu saat ini tidak suka PRODI atau JURUSAN mu.
Mungkin saya sudah terlanjur menyukai bidang perikanan dan kelautan sehingga tugas yang seabrek itu semakin menantang untuk ditaklukkan. Jika tugas itu sebuah paper, dalam benak ini adalah sedang menyusun buku hebat yang akan dikenal sepanjang masa, lebay.
Yauppy, lebay, terkadang kita memang butuh lebay untuk menikmati sesuatu yang menyenangkan. Mungkin hal kecil ini, yang membuat skripsiku melaju mulus. Ide – ide seolah datang dengan sendirinya, bab – bab yang ingin ditulis mulai datang dengan sendirinya. Referensi, sudah menjadi stock di my documen karena kerjaan tiap malam adalah hunting jurnal.
3. Pola pikir (antara aku dan dia)
Ini adalah bagian yang sedikit serius. Jika kita pikir, apa beda tugas makalah dengan skripsi? perasaan gak jauh2 beda.
Bahasanya juga itu – itu saja. Temanya yang muncul juga, loe lagi loe lagi, gak ada bosen – bosennya ketemu loe, kalau dikelautan ya gak jauh – jauh dari mangrove, lamun, mikrobiologi budidaya, coral dan teman – temannya. sekali lagi, apa beda tugas makalah dan skripsi? bedanya ada pada dosen pembimbing.
Dan harus dipahami, setiap orang mempunyai pola pikir yang berbeda. Setiap orang mempunyai cara menyelesaikan masalah yang berbeda walaupun masalah yang dihadapi sama.
Maka mahasiswa dan dosen, yang sedang bahu membahu menyelesaikan masalah berupa skripsi juga harus mempunyai kesamaan pola pikir. Dan kita harus menyesuaikan dengan pola pikir beliau karena beliau superior, kita inferior.
Ini contoh realnya, pertama kali saya menyusun draft skripsi. Saya belum tau bagaimana beliau membimbing anak bimbingnya menyelesaikan skripsi. Maka, cara yang paling mudah adalah melakukan penelitian sebelum mengerjakan skripsi (hehehe).
Sebelum mengerjakan skripsi kita pasti sudah mempunyai proposal penelitian. Seatinya proposal penelitian itu adalah bab 1-3 walaupun waktu itu proposal penelitian saya kerjakan hanya satu malam karena padatnya jadwa. rekan-rekan Marine Science 09 pasti pernah ingat saat UAS, laporan AMDAL setebal 200 halaman, periapan KKL yang super ribet dan jadwal kolokium yg datang tiba2 seperti jalangkung yg datang tak diundang.
Yang dapat saya korbankan adalah terpaksa membuat proposal penelitian yang akan disidangkan, hanya punya waktu satu malam.
Draft skripsi, saya kirimkan saja proposal satu malam itu ke dosbing sebagai bentuk riset untuk mengetahui sedetail mana beliau mengoreksi (hehehe).
Mengejutkan, sangat perfect, bahkan jarak spasi, titik koma, salah ketik satu huruf tak luput dari koreksi, coretan merah berlumuran. Ini seru, berarti tingkat perfectionistnya 99%, sehingga jika ingin cepat lulus, tingkat perfectionist saya harus 100%. Sejak saat itu, saya harus mencoba mengerjakan skripsi sedetail mungkin, sesempurna mungkin, secepat mungkin.
Jika beliau berhasil melakukan koreksi sedetail itu dalam waktu tak lebih dari 6 Jam, maka saya juga harus bergerak cepat, maksimal 24 jam beliau harus sudah menerima hasil revisian. Waktu berjalan begitu cepat, secepat draft skripsi yang melaju kilat. Dalam waktu 3 hari saya sudah ACC bab1-3. Kemudian, 3 hari berselang berhasil menyelesaikan bab 4.
Bukan tanpa hambatan, dosen pemnimbing ke 2 belum sama sekali melihat draft skripsiku.
4. Kesiapan
Inilah faktor yang sangat penting dari semua faktor, kesiapan. Bukankah Allah hanya memberi kepada mereka yang siap.
Dan mereka yang siap hanyalah mereka yang mau usaha, sehingga Allah mengubah nasib hambanya jika hamba berusaha merubahnya sendiri. Bukan berarti Allah jahat, justru Allah sayang, dan hanya memberi kepada hambanya yang siap.
Kemudian,kita harus berani bertanya kepada diri sendiri, siapkah kita jika kita tiba – tiba ada perubahan peraturan dari menteri pendidikan bahwa skripsi ditiadakan dan kita serta merta dinyatakan lulus? sekali lagi, sudah siapkah kita lulus? jika sudah, apa rencanamu guys?
ingin jadi pengusaha? berapa omset usahamu saat kamu lulus?
1 M, 2M atau 3 M?
Ingin bekerja di swasta? apakah sudah ada perusahaan yang menawari mu kerja? berapa gajinya? apa jabatannya?
ingin jadi penulis? berapa karya yang sudah kamu hasilkan saat kau lulus? 1 buku, 4 buku, atau 10 buku?
ingin jadi peneliti? berapa proposal penelitian yang kamu buat? sudah berapa banyak proposalmu yang didanai? berapa artikel ilmiah yang sudah kamu tulis? berapa kali sudah menjadi pembicara pada forum ilmiah?
ingin S-2?
sudah tau akan apply beasiswa kemana saja?
berapa univ yang sudah menawari mu? berapa nilai toefl mu?
Sekali lagi, siapkah kau melepas status mahasiswa?
Bab 1-4 sudah selesai, dosbing pertama sudah ACC bab 1-3. Sekarang tiba giliran menghadap dosbing ke-2. Kuserahkan draft bab 1-3 yang sudah di ACC dosbing pertama,
"Perkenalkan Bu saya bla bla bla (basi basi panjang lebar). ingin menyerahkan draft skripsi bab 1-3"
"Ok dek, rabu diambil ya."
Ok, hari Rabu pun tiba. Siap- siap revisi lagi. Guys, inilah rentetan dialog saya dengan dosbing 2
"mau ambil revisian Bu"
"aduuuh dek, belum sempat. besok ya"
"iya Bu"
"mau ambil revisian Bu"
"iya dek, tapi ini belum selesai"
"iya Bu"
"mau ambil revisian Bu"
"aduuuh dek, draft mu ketinggalan di rumah. senin ya"
"iya Bu"
"mau ambil revisian Bu"
"belum dek rabu ya"
"iya Bu"
"mau ambil revisian Bu"
"sedikit lagi. Kamis ya"
"iya Bu"
"mau ambil revisian Bu"
"aduh dek, draft mu hilang. keselip dimana ya? maaf"
Gubrak….
Guys, bagaimana perasaanmu? marah, emosi, jengkel? wajar. Ingin seketika itu pergi dan membanting pintu? Itupun hampir kulakukan. Butuh ketenangan, sedikit kesabaran dan strategi. Ya, strategi. Aku peneliti, tapi aku juga seorang politisi.
Tidak ada pilihan lain, cara politis terpaksa ku lakukan. Inilah insting ketua partai dan pimpinan senat univ. LOBYING, adalah strategi pertama, ini paling aman. Gagal atau berhasil, mempunyai probabilitas yang sama.
Tapi, setidaknya aku menang satu langkah. Beliau sudah mengucapkan, "maaf". Secara isyarat sebenernya bendera putih hampir diangkat. Politik itu dinamis, kehilangan momen bisa kalah, harus bergerak cepat, memperhatikan peluang sekecil apapun itu. Lobying dimulai.
"Iya Bu, tidak apa – apa. Nanti saya print lagi. Bisa minta waktu sebentar Bu?"
"Iya dek, silahkan"
"Beberapa minggu lalu saya lolos seleksi sebagai staff research di sebuah perusahaan Bu. Mereka tertarik dengan skripsi saya, mikroalga. Kontrak kerja sudah dikirimkan, tapi mereka butuh kepastian kapan saya bisa gabung. Begitu urusan skripsi selesai, saya bisa langsung berangkat. Untuk ijazah, transkrip, dll bisa ditangguhkan."
"Kalau begitu, besok kamu segera serahkan ke saya. Saya tunggu di ruangan ini sampai jam 9."
"saya serahkan per bab atau bagaimana Bu?", lobying berhasil maka strategi 2 diterapkan, percepat, ini momen.
"kalau bisa sampai daftar pustaka ya tidak apa – apa."
"iya Bu, besok saya serahkan sekaliyan lampiran – lampiranya."
Guys, ini keajaiban, tapi bukan tanpa usaha. Beruntung sembari menunggu waktu yang menjengkelkan itu saya melampiaskannya menyelesaikan draft skripsi.
Draft sebenarnya sudah selesai berhari – hari yang lalu. Jumat pagi, saya tidak mau kehilangan momen. Draft skripsi sudah jadi. Dan ajaibnya lagi, langsung dikoreksi ditempat itu juga. Sedikit sekali revisinya, hanya grafik yang tidak sesuai format.
"Saya percaya kamu dek. Segera daftar sidang saja. Hanya ada sedikit revisi", ahh...kata itu nyaring sekali terdengar.
Senin siang, tepat 3 minggu saya menyusun draft skripsi, tanda tangan ACC kedua pembimbing sudah saya peroleh. Dan saya sidang tepat 4 minggu setelah penyusunan skripsi, 1 April 2013.
Guys, memang benar, penantian terbaik adalah menyiapkan, kesabaran terbaik ada dalam perjuangan, semangat terbaik adalah upaya mengejar kebermanfaatan dan asa terbaik ada dalam doa.
Tulisan ini saya buat bukan untuk mengkerdilkan siapapun. Tulisan ini hanya sekedar untuk berbagi semangat pada sahabat. Tulisan ini hanya bentuk ucapan terimakasih pada almamater UNDIP, kedua pembimbing saya, rekan-rekan seperjuangan, rekan-rekan Marine Science 09 serta adik – adik yang saat ini masih dalam studi.
Semoga ikatan ini semakin dikuatkan, jalan ini semakin diterangkan, semangat ini semakin dikobarkan serta ini iman ini semakin dikokohkan.
Penulis:
Alumni FPIK Undip
*artikel ini telah tayang di situs Hipwee.com dengan judul "Mau Selesai Skripsi Dalam 2 Minggu ? Ikuti Tips Ini!"