Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Inspiratif Mentor Griya Peradaban, Brelyantika Lolos Beasiswa di Empat Negara Eropa

0

 
 
Campusnesia.co.id - Suatu kesempatan yang sangat luar biasa dapat menimba ilmu pengetahuan di Benua Biru (Eropa). Belum lagi jika kesempatan tersebut disubsidi oleh pemerintah eropa secara langsung. Tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk mencapai itu semua.
 
Brelyantika Indra Jesa atau biasa dipanggil Tika ini merupakan anak bangsa kelahiran Jepara yang diberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di empat negara Eropa. Selain menjadi Founder Panti Carita, ia juga tercatat sebagai salah satu mentor di Perkumpulan Griya Peradaban hingga saat ini.
 
Selain cantik, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Juara 1 Putri Pendidikan Jateng 2020 ini juga memiliki tekad yang bulat dalam menggapai mimpinya. Ia mengatakan bahwa segala sesuatu bergantung pada mimpi dan tujuan yang dimiliki setiap manusia.
 
“Semua berawal dari mimpi dan tujuan” kata Tika pada Kamis (29/7/2021) Ia juga mengatakan bahwa beasiswa yang telah didapatkan tidak terlepas dari proses yang telah ia lakukan selama ini. Mulai dari mengikuti seminar beasiswa, komunitas kerelawanan baik nasional maupun intenasional, hingga kursus Bahasa yang dinilai sangat perlu untuk menunjang studinya nanti.
 
Program beasiswa yang didapatkan merupakan beasiswa yang diprakarsai oleh pemerintah Eropa yang mendukung dalam bidang Pendidikan, Pelatihan, Pemuda, dan Olahraga. Program tersebut dikenal dengan nama Erasmus yang juga di dalamnya memuat program EMJMD (Erasmus Mundus Joint Master Degree).
 
EMJMD sendiri merupakan program studi yang ditawarkan oleh suatu Konsorsium universitas. Pada program tersebut, mahasiswa nantinya akan menjalani masa perkuliahan minimal pada dua Lembaga pendidikan yang menjadi bagian dari Konsorsium tersebut di beberapa negara Eropa.
 
Tika yang dalam hal ini mendapatkan program Beasiswa EMJMD, akan menempuh Pendidikan S2 nya di empat perguruan tinggi di beberapa negara Eropa, diantaranya adalah Mykolo Romero Universitetas (Lithuania), Rigas Tradana Universitate (Latvia), Universitas Catholica Ruzemberok (Slovakia), dan University of Lisbon (Portugal). 
 
Dilansir dari Kompas.com pada Selasa (27/7/2021), perempuan yang kaya akan prestasi ini berkunjung ke Kantor Bupati Jepara untuk meminta doa restu dan dukungan. Kedatangannya ke kantor bupati tersebut disambut hangat oleh Bupati Jepara, Dian Kristiandi. Bahkan,bupati yang akrab dengan panggilan Dian tersebut memberikan apresiasi kepada Tika berupa uang sejumlah Lima Juta Rupiah.
 
Perempuan yang merupakan alumni Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung ini rencananya akan mengambil jurusan yang senada dengan jurusan pada Pendidikan S-1nya, yaitu Pekerjaan Sosial dengan Anak dan Remaja.
 
Semua yang telah didapatkan Tika, bukanlah sesuatu yang mudah dan tentunya harus disertai dengan perjuangan. Selain berangkat dari mimpi dan tujuan, Tika juga mengatakan bahwa perlu adanya konsistensi dalam menggapai itu semua. Ia juga mengatakan bahwa usaha dalam kehidupan manusia itu seperti anak tangga.
 
“Kehidupan itu seperti anak tangga, untuk beranjak dari tangga pertama ke tangga ketiga, kita harus melewati tangga kedua terlebih dahulu” kata Tika.
 
Di kesempatan lain, Pendiri Perkumpulan Griya Peradaban, Bapak Ma’as Shobirin menyampaikan bahwa Brelantika merupakan salah satu mentor yang aktif dalam mengisi program kuliah alternatif. Mendapati kabar ini, beliau sangat bahagia dan menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas prestasi yang diraih oleh salah satu mentornya itu. 
 
“Brelyantika salah satu mentor Griya Peradaban yang sangat kontributif dan memiliki passion bagus. Saya ucapakan selamat atas capaian yang diraih, semoga ilmunya bermanfaat.”, ujarnya.


Penulis: 
Alfiana
Pegiat Griya Peradaban

Siti Nurarofah Alumni Kuliah Alternatif Griya Peradaban berhasil Lolos Program Beasiswa International Youth Leader

0

 



Campusnesia.co.idBerawal dari semangat jiwa muda, Nurarofah, alumni Kuliah Alternatif Griya Peradaban Angkatan Kedua asal Tanggerang Banten, berhasil lolos program beasiswa yang diselenggarakan oleh International Youth Leader pada Maret 2022 mendatang. 

Tidak hanya itu, ia yang saat ini menyandang gelar sebagai santripun memiliki keyakinan bahwa ‘santri  bisa mendunia’ turut menjadi pemantik baginya untuk mengikuti program tersebut.

“Ada dua hal yang memotivasi saya dalam mengikuti program ini. Pertama, motto hidup saya sendiri yaitu ‘mudamu tak terulang’ dan yang kedua adalah saya ingin membuktikan bahwa santri pun bisa mendunia” kata Arofah pada Sabtu (16/10/2021).

Perempuan yang pernah menempuh Pendidikan di STISNU Nusantara Tanggerang ini juga menyampaikan bahwa program yang ia dapatkan merupakan program yang bergerak pada ranah sosial dan Pendidikan yang dilakukan di beberapa tempat seperti Malaysia, Singapura, Turki, Amerikan, dan beberapa negara lain. Namun dalam kesempatan ini, ia hanya dapat berkunjung ke Amerika Serikat, tepatnya di Harvard University.

International Youth Leader (ILY) sendiri merupakan platform pelatihan dan Pendidikan kepemimpinan untuk pemuda Indonesia yang bergerak pada bidang Student Exchange dan Leadership Camp, fokus dari International Youth Leader menyiapkan pemimpin muda yang siap berkompetisi di tingkat internasional.

Selain sebagai santri yang mengabdikan dirinya kepada pesantren, Siti Nurarofah yang juga pernah mendapat prestasi sebagai mahasiswa inspiratif ini juga aktif  dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti IMUN Online Conference dan juga ikut serta menjadi Kader Inti Pemuda Anti Narkoba (KIPAN) Banten. 

Pernah nyantri di Pondok Pesantren An-nur, Bantul, Yogyakarta Siti Nurarofah menyampaikan tips dan trik lolos program international Youth Leader tersebut.an riset terhadap program tersebut.

“Menurut saya, tips dan trik dalam mekakukan program apapun,  itu cuma satu, yaitu riset. Riset tersebut bisa riset tentag program dan lembaga yang mengadakan, riset tentang negara tujuan, dan tentang planning apa yang akan kita rancang setelah mengikuti program tersebut” ujar Arofah.

Sebagai salah satu alumni Kuliah Alternatif Griya Peradaban Angkatan kedua, ia mengatakan banyak hal menarik yang ia dapatkan selama mengikuti kuliah tersebut. Mulai dari semangat baru yang memantik dirinya untuk terus maju dan berkembang hingga terbuka kesempatan  untuk mengaktualisasikan motto hidupnya.

“Program beasiswa yang saya dapat saat ini tentu memiliki korelasi yang kuat dengan apa yang saya dapatkan di Griya Peradaban, dimana di Griya Peradaban saya mendapatkan motivasi untuk terus maju, semangat jiwa muda, dan kepercayan diri untuk menjadi yang lebih baik” kata Nurarofah.

Siti Nurarofah berharap dapat menerapkan hal-hal baik yang ia dapatkan dari program Beasiswa International Youth Leader tersebut di Indonesia. Dengan tujuan  menjadikan Bangsa Indonesia menjadi lebih baik lagi.


Penulis : Alfiana F
Editor: Nandar

Griya Peradaban Gelar Kuliah Alternatif dengan Tema Personality Development

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang - Perkumpulan Griya Peradaban menggelar event bertajuk  Perkuliahan Alternatif pada pertemuan pertama pada Sabtu (16/01/2021). Pada kelas pertama disii dengan mengangkat tema Personality Development. 

Jajang Jalaludin, Koordinator Aktivis Griya Peradaban menjelaskan bahwa materi ini menjadi materi awal di program kuliah alternatif yang setidaknya memiliki tujuan agar pembelajar mampu memaksimalkan potensi yang ada di dalam diri mereka, sehingga menjadi pribadi yang luar biasa serta mampu menghadapi segala perubahan zaman. 


Menghadirkan dua pemateri, Husnul Khotimah, penerima beasiswa LPDP Santri di Universitas Gajah Mada Yogjakarta dan Ibnu Fikri Ghazali yang merupakan Ketua Tanfidziyah PCI NU Pakistan sekaligus Duta Internasional Griya Peradaban. Kedua pemateri menyampaikan masing-masing subtema yang berbeda dan kali ini sebagai moderator adalah saudari Fuad Zakiyyah Iffa Al Rosyada, Aktivis Griya Peradaban.

Husnul Khotimah memaparkan poin penting dalam hal pengembangan diri  di antaranya; “Mengembangkan diri dapat memperjelas tujuan hidup, meningkatkan kemampuan dan potensi, menciptakan peluang sekaligus meningkatkan kepercayaan diri sendiri”, ucap wanita usia 24 tahun. Ia juga memperjelas beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkannya, salah satunya memotivasi diri sendiri. 

Memahami potensi diri dapat dilakukan dengan mengenali potensi diri sendiri tanpa sibuk memperhatikan kelebihan orang lain. Setiap individu harus mau belajar dengan hal baru dan siap menerima masukan untuk hal yang sifatnya membangun.

Sementara itu, Ibnu Fikri Ghazali mengulas pengalamannya saat berusaha kuliah di Pakistan dengan menerapkan makna proses dan kesabaran dalam mencapai keberhasilan. Ibnu  menjelaskan pribadi yang berhasil adalah pribadi yang selalu bergerak, karena di setiap pergerakan itu memiliki keberkahan, dan hal itu merupakan wujud pengembangan diri dalam mencapai keberhasilan yang dicita-citakan” jelasnya. Lebih lanjut, ia juga menyampaikan tiga hal yang dipahami dalam menjaga eksistensi seseorang, yaitu etika, etik dan kode etik. (Mega)

Sudahi Insecure Atasi Mental Breakdown, Yuk Belajar Spiritual dan emotional Quotient bersama Griya Peradaban

0
 

 
Campusnesia.co.id - Griya Peradaban kembali adakan diskusi sesi ketiga pada Kuliah Alternatif II (Sabtu, 24 Juli 2021). Tema yang diangakat pada diskusi tersebut adalah tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia.

Tsamrotul Izzah selaku aktivis Griya Peradaban yang juga berperan sebagai host, telah sukses dalam memimpin jalannya acara tersebut dari awal sampai akhir.

Acara dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh salah satu aktivis Griya Peradaban, Nailu Rohmatika. Ia mengatakan bahwa melalui Kuliah Alternatif, setiap peserta dapat saling menjalin relasi dan berkolaborasi satu sama lain.

“Mengacu pada Kuliah Alternatif Angkatan pertama, dimana pesertanya mampu menjalin relasi dan berkolaborasi dengan baik. Saya yakin, hal tersebut juga dapat dilakukan oleh para peserta dari Angkatan kedua” ujar Nailu.

Materi yang dibahas dalam diskusi sesi ketiga ini juga tidak kalah seru dari sesi sebelumnya. Jika sesi sebelumnya lebih membahas tentang self improvement dan leadership, diskusi pada sesi ketiga ini lebih banyak membahas tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia. Kedua materi tersebut tentu saja disampaikan oleh dua narasumber yang memang ahli dalam bidang tersebut.
 
 
Materi pertama dibawakan oleh salah satu mentor Griya Peradaban, Mahmud Yunus Musthofa. Ia lebih menekankan pada pembahasan terkait Spiritual Quation (SQ). Ia mengatakan bahwa Spiritual Quotient (SQ) merupakan suatu kecerdasan yang berguna untuk menemukan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan makna serta mampu untuk menggerakkan kecerdasan lain yang dimiliki manusia.

“Dengan mengoptimalkan kecerdasan spiritual yang dimiliki manusia, manusia tersebut akan mampu mengerahkan kecerdasan lain yang dimilikinya” kata Mahmud.

Pria yang pernah menjadi Genre Ambassador Semarang 2019 ini juga menyampaikan bahwa kecerdasan spiritual sangat penting untuk dikembangkan pada diri setiap individu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya manusia yang lebih mementingkan Intelegence Quotient (IQ) daripada Spiritual Quotient (SQ). Alhasil, jiwa kemanusiaan dan kepekaannya terhadap realita sosial kurang diperhatikan.

Setelah asyik dengan materi pertama, acara berlanjut pada materi kedua yang di bawakan oleh Founder Global Empowerment Steps, Kintansari Adhyna. Materi yang membahas tentang Emotional Quotient (EQ) ini lebih menekankan pada Design Thinking, yaitu suatu kondisi dimana manusia mampu mengubah pemikiran dari Lower  Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT).

“Design Thinking itu perlu kita bahas karena di dalanya menjelaskan bagaimana kita mampu mengubah pola pikir kita dari Lower  Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT)” kata Kintan. 

Selain itu, wanita yang pernah menjadi Duta Muda Asean Indonesia 2019 ini juga menjelaskan terkait Properthic Leadership. Ia mengatakan bahwa Properthic Leadership ini dapat tersusun atas tiga komponen, yaitu humanization, liberation, dan transcendence. 
 
Humanzation merupakan suatu Tindakan yang mengarah pada nilai-nilai kemanusiaan, liberation lebih mengarah pada pembebasan, dan transcendence mengarah pada kemampuan yang dimiliki manusia itu sendiri.

Ia juga menyampaikan bahwa dalam menggapai kunci sukses, persentase mindse seseorang  lebih besar daripada persentase kecerdasan inetelektual orang itu sendiri.

“Dalam menggapai kesuksesan, yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mengatur mindset kita dalam memandang suatu permasalahan, bukan bergantung pada seberapa besar kecerdasan intelektual yang kita miiliki ” kata Kintan.
 
 
Penulis: Feby Alfiana

 

Sesi 2 Kuliah Alternatif VI Griya Peradaban 2023 Angkat Tema Personality Development

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VI sesi 2. Acara ini digelar di hari Sabtu (15/7/23).

Seperti halnya kuliah alternatif sebelumnya, pada sesi 2 ini dilakukan secara online melalui zoom meeting. 

Sesi kegiatan kedua dalam kuliah alternatif memiliki tema personality development. Dimana para peserta diberikan ilmu dalam mengembangkan kepribadian. 

Kegiatan yang dimulai pada pukul 09.38 ini disampaikan langsung oleh Wildan Hefni sebagai pemateri pertama mengenai personality development. Tak lupa kegiatan ini juga dipimpin oleh Khoirul Adib selaku Host. 

"Dulu tidak memiliki kepercayaan diri dalam berbicara,  tidak memiliki nalar kritis untuk menyampaikan. Tapi dengan adanya Kuliah Alternatif Griya Peradaban setidaknya bisa mengubah atau meningkatkan kepercayaan diri" jelas Wildan Hefni selaku pemateri. 

Adapun pemateri kedua pada kegiatan pagi ini dipimpin langsung oleh Ratih Pratiwi, owner Soul Cafe. Pada sesi ini dijelaskan mengenai peningkatan kapasitas dan bagaimana cara mengenal jati diri. Mengutip sedikit apa yang disampaikan oleh pemateri bahwa dalam mengenali jati diri dan meningkatkan kapasitas itu tergantung dari mindset masing masing. Baik itu fixed atau growth mindset yang dimilikinya. 

Di akhir acara, kegiatan yang diikuti oleh 57 peserta zoom ditutup dengan tanya jawab antara peserta dan pemateri dan juga foto bersama. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ulil Albab saat sambutan. 

"Harapannya teman-teman mampu dan lebih interaktif disesi pertanyaan dan di perjalanan kuliah sesi ini" jelas Ulil Albab salah satu pegiat Griya Peradaban. (Zahro/Griya Peradaban)

Kupas Tuntas Leadership bersama Atin dan Ibnu dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0

 
 
Campusnesia.co.id - Griya Peradaban kembali menyelenggarakan sesi kedua Kuliah Alternatif II pada Sabtu (17/7/2021) yang tak kalah meriah dari sesi pertama. Meskipun acara ini dilaksanakan secara daring, hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta kuliah alternatif dalam mengikuti diskusi.

Acara yang dipandu oleh Khaerunnisa selaku Aktivis Griya Peradaban ini dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh Bendahara Aktivis Griya Peradaban yaitu Putri Rizkiyatul Windiyarti. Ia mengatakan bahwa dengan diadakannya Kuliah Alternatif II ini diharapkan mampu menjadi ajang bagi peserta kuliah alternatif untuk tetap produktif.

“Saya harap, adanya pandemi dan hari weekend, bukanlah suatu alasan bagi kita untuk tidak produktif” tutur Putri.

Diskusi yang bertemakan ‘Leadership’ ini kemudian berlanjut pada materi pertama yang disampaikan oleh Atin Anggraeeni Surono yang juga berperan sebagai mentor di Griya Peradaban. Wanita yang pernah menjadi Duta GenRe Kota Semarang 2019 ini mengawali diskusinya dengan membahas tentang konsep leadership yang ideal di masa krisis.

Ia menyampaikan bahwa leadership adalah suatu Seni dan Proses. Seni disini diartikan sebagai suatu keindahan yang subjektif. Artinya, seni memimpin antara satu orang dengan orang yang lain pasti memiliki perbedaan dan perbedaan tersebut merupakan suatu keindahan.

“Tidak bisa kita samakan antara baik buruknya kepemimpinan yang dimiliki satu orang dengan orang lain, karena itu adalah suatu seni” ujar Atin.

Sedangkan proses menurutnya adalah suatu tindakan dimana seorang leader mampu mempengaruhi, mengatur, dan mengkoordinir anggotanya dengan baik.

Wanita yang juga kaya akan sejuta pengalaman ini kemudian melanjutkan diskusinya tentang  pendekatan apa yang digunakan dalam memimpin. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam memimpin, diantaranya adalah Heart Leadership (memimpin dengan hati), Mind Lidership (memimpin dengan logika), dan Hand Leadership (memimpin dengan tangan).

“Disaat krisis seperti saat ini, pendekatan dalam memimpin perlu disempurnakan dengan menyeimbangkan tiga pendekatan tersebut” ujar Atin. 

Tak kalah luar biasa, Ibnu Fikri Ghozali selaku pemateri kedua juga menyampaikan materi yang tak kalah menarik dari pemateri pertama. Pria yang pernah nyantri di Gontor Jawa Timur ini lebih membahas tentang teori-teori tentang kepemimpinan.  

Ia menyampaikan bahwa setidaknya terdapat empat teori yang membahas tentang kepemimpinan. Pertama, Great Man Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa jiwa kepemimpinan seseorang terbentuk atas dasar keturunan, bukan proses. 
 
Kedua, Big-Bang Theories yaitu suatu teori kepemimpinan yang mengatakan bahwa peristiwa besar mampu membentuk diri seseorang menjadi pemimpin. 
 
Ketiga, Trait Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa keefektifan seorang pemimpin dilihat dari perangai yang ia miliki. 
 
Keempat, Teori Kepemimpinan Situasional yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
 
Pria kelahiran Pemalang ini juga menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi, memimpin, dan mengajak anggotanya.

Pada akhir sesi, Atin Anggraeni selaku pemateri pertama menyampaikan bahwa dalam kepemimpinan, antara pikiran dan hati harus seimbang.

“Yang benar menurut kita, belum tentu baik menurut hati” kata Atin.
 
 
Penulis: Feby Alfiana
 

Belajar Pentingnya Literasi bersama Annas Rolli M (Duta Santri Nasional 2016) dan Wildani Hefni (Santri Produktif Kemenag tahun 2012) di Perkuliahan Alternatif Griya Peradaban

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang – Dalam rangka menumbuhkan semangat literasi, perkumpulan griya peradaban mengadakan perkuliahan alternatif sesi ke tujuh pada Sabtu (27/02). Sesi ini menghadirkan dua santri penulis, yaitu Annas Rolli M (Duta Santri Nasional 2016) dan Wildani Hefni (Santri Produktif Kemenag tahun 2012).

Pada kesempatan ini, Annas Rolli M mengutarakan pentingnya literasi bagi pemuda. “Pada tahun 2045, kita akan mengalami bonus demografi, dimana usia produktif yang memiliki peran, oleh karena itu, literasi dan menulis adalah salah satu yang bisa dilakukan”, tegasnya.

Kemudian ia juga menerangkan tentang struktur dan ciri-ciri karya tulis ilmiah. “Ciri karya tulis ilmiah yaitu orisinal, plagiasi akan menjadi musuh kita, sehingga harus dihindari. " Sambung Santri muda tersebut.


Annas menjelaskan, dalam penulisan KTI, terdapat lima langkah yang harus dilakukan. Pertama mencari rumusan masalah, yang dapat diperoleh dengan memperbanyak membaca dan diskusi. Kedua, memposisikan karya yang dibuat, dengan mencari jurnal atau referensi kemudian dicari titik perbedaannya. Ketiga, mengumpulkan referensi. Keempat, menuliskannya serta kelima, melakukan konsultasi.

Ia mendorong para peserta agar membiasakan tradisi menulis dengan mengutip sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tak menulis, ia kan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."

Tak kurang menarik, pemateri kedua, Wildani Hefni, mengemukakan tentang literasi dan keadaban publik. Ia menjelaskan bahwa literasi diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup. “Kemampuan membaca tidak cukup sebagai modal kehidupan, tetapi dibutuhkan literasi kecerdasan." Ujarnya.

Kemudian, ia menyampaikan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai literasi kecerdasan, yaitu adanya perangkat ethical literacy (keadaaban literasi), yang dilakukan melalu lisan yang ramah dan toleran, pencerahan intelektual yang kritis dan pencapaian kecerdasan kemanusian.

Perkuliahan yang dipandu oleh Khaerunnisa (Aktivis Griya Peradaban), berjalan dengan lancar. Peserta antusias mengikuti perkuliahan sampai akhir. Ma’as Shobirin (Founder Griya Peradaban) yang mendampingi jalannya perkuliahan. (Mega)

Baca Juga:

Sesi Terakhir Kuliah Alternatif V Griya Peradaban Angkat Tema Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban selenggarakan Kuliah Alternatif Angkatan V sesi kelima pada Sabtu (4/2/2022). Kegiatan tersebut diikuti oleh 45 peserta kuliah alternatif dan alumni. 

Layaknya kuliah alternatif sebelumnya, kuliah alternatif kali ini juga memiliki antusiasme yang tinggi dari para peserta. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta yang menghidupkan kamera saat jalannya diskusi serta saat waktu perkuliahan dimulai dan aktif bertanya saat sesi perkuliahan akan ditutup

Pegiat Griya Peradaban, Naila Rahmatika menyambut sesi perkuliahan ini dengan penuh semangat. Beliau menyambut para peserta perkuliahan dengan salam lintas agama, kemudian beliau juga menyampaikan Terimakasih banyak terhadap narasumber dan peserta kuliah alternatif. "Baik Assalamualaikum wr. wb. Shalom Om Swatyastu Namo Budaya Salam Kebajikan Salam Sejahtera untuk kita semua” Ucapnya.

Sesi 5 Kuliah Alternatif V mengangkat tema Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis. Tema tersebut tentu saja berangkat dari permasalahan perlunya ruang aktualisasi untuk menguatkan jiwa jiwa entepreneurship di kalangan anak muda.

Acara yang digelar melalui platform Zoom Meetings ini menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa, diantaranya adalah Nurul Khasanah (Mentor Griya Peradaban, Sarjana Hubungan Internasional Unwahas) dan Galih Wicaksono (Owner Bhanda Kopi, Sarjana FEB Unika Soegijapranata). 

Owner Bhanda Kopi, Galih Wicaksono menyampaikan tentang bagaimana cara memanajemen bisnis agar bisa berkelanjutan dihadapan waktu yang kian berjalan. Beliau menyimpulkan bahwa metode untuk bertahan dengan alokasi waktu yang berkelanjutan adalah dengan metode POLC atau dengan kepanjangan Planning Organizing Leading dan Controlling. 

"Dalam etikanya kita berbisnis itu sudah ada planning, maka bisa ditata dari segi manapun baik human resources, finansial maupun alokasi tempat yang akan menjadi pusat bisnis yang kemudian berlanjut ditahap organizing leading dan controlling secara bertahap dan berkelanjutan" ucapnya.

Tidak kalah menarik dengan narasumber pertama, Mentor Griya Peradaban, Nurul Khasanah selaku narasumber kedua menyampaikan terkait Ruang Aktualisasi dalam berwirausaha. Beliau ini menyatakan bahwa wirausaha itu berbeda dengan entepreneurship. menurutnya Pengusaha adalah Orang yang memiliki bisnis dalam skala besar maupun kecil tetapi tidak semua pengusaha memiliki jiwa entepreneurship. 

Sedangkan Entepreneur adalah seseorang yang pasti mempunyai jiwa pengusahandimana dapat memanfaatkan peluang yang ada. Menurutnya dalam membangun jiwa mandiri berwirausaha itu harus memiliki syarat penting diantaranya niat keyakinan, tanggap, belajar, modal, focus, dan kemampuan promosi.

Pada akhir sesi, Nurul Khasanah juga memberikan sebuah motto bahwasannya dalam menghadapi tantangannya ke depannya kita harus bersikap mandiri dan jangan lupa untuk berdoa .

"Salah satu cara menumbuhkan motivasi adalah wirausaha dengan selalu belajar mandiri dan ikhtiar disertai doa di setiap Langkah yang diambilnya." ucapnya dalam bahasa Indonesia.



Penulis
Muhammad Ridho

Awali Kuliah Alternatif Griya Peradaban Ke-VII Tahun 2024 Angkat Tema Future Leadership

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VII sesi 1. Acara ini digelar pada hari Sabtu (6/1/24).

Kuliah alternatif pada sesi 1 ini dilakukan melalui Google meet berbeda dari kuliah alternatif sebelumnya yang menggunakan zoom meeting. Hal ini di karenakan ada trouble menjelang pelaksanaan. 

Pada sesi ke-1 ini, pegiat Griya Peradaban menyantumkan tema Future Leadership bagi peserta Kuliah Alternatif agar lebih mengenal kepemimpinan di masa depan. Dengan sapaan dan senyuman hangat dari host Maulaya Zulfa, maka kuliah alternatif dimulai pada pukul 09.30. Kemudian disampaikan langsung oleh Ricza Irhami sebagai pemateri pertama. 

“Kepemimpinan Adaptif, pemimpin yang baik adalah yang dapat menjaga loyalitasnya dan loyalitas anak buahnya. Tantangan mendasar yang menjadikan perlu adanya penyiapan kepemimpinan baru diantaranya adanya dampak kepemimpinan toxic, konsekuensi turnover, dan budaya negatif dalam sebuah organisasi. Penyebab pentingnya neuroleadership dalam membangun keterampilan kepemimpinan pada Gen Z” jelas pemateri, Ricza Irhami. 

Penjelasan terkait pentingnya Generasi Z dalam kepemimpinan, "Generasi Z harus memperhatikan keahlian dalam bidang  kepemimpinan dikarenakan sebagai agen perubahan masa depan. Future leadership menawarkan kesempatan untuk para pemuda agar dapat mengolah dirinya dalam bidang kepemimpinan dan menumbuhkan pemimpin yang berkualitas. Disini membuktikan pentingnya dukungan dan kebijakan pemimpin agar dapat mempertahankan keberlangsungan sebuah organisasi atau sebuah perusahaan.”

Kemudian dilanjutkan oleh pemateri kedua oleh Luqyana mengenai bagaimana sustainable leadership dapat mengurangi dampak krisis lingkungan. Mengutip sedikit apa yang disampaikan pemateri agar dapat mencegah krisis lingkungan kita harus memperhatikan kepemimpinan berkelanjutan, yang memiliki tiga prinsip yaitu mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi organisasi, mengembangkan visi dan nilai nilai keberlanjutan, serta mendorong inovasi dan adaptasi berkelanjutan. 

Di akhir acara, usai pemaparan materi tak lupa ada sambutan dari Bapak Ma'as Sobirin selaku founder Griya Peradaban. Kemudian ditutup dengan tanya jawab dan juga foto bersama dengan 68 peserta. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. 
“ Orang yang dapat memimpin dirinya sendiri maka ia dapat memimpin orang lain.”
(Kamal/Griya Peradaban)

Kuliah Alternatif Sesi III Angkatan IV, Kembali Angkat Topik Komunikasi dan Sosial Network

0


Campusnesia.co.idGriya Peradaban kembali menggelar diskusi Kuliah Alternatif IV pada sabtu(16/7/2022) melalui platform Zoom Meeting dengan mengusung tema "Communication And Social Network". Tema ini sukses mengajak peserta untuk membangun keterampilan berbicara dan mengembangkan struktur sosial dengan menjalin simpul relasi satu sama lain. 

Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Diki Afriza sebagai perwakilan Pegiat Peradaban yang mengatakan bahwa adanya Griya Peradaban berperan sebagai mimbar akademik sekaligus ruang kolaborasi pemuda.

"Griya Peradaban ini merupakan mimbar akademik sekaligus ruang kolaborasi bagi generasi muda. Griya Peradaban hadir untuk berperan aktif dalam meningkatkan kapasitas muda melalui kegiatan training, mentoring, sekaligus memperdayaan," ucapnya.

Dalam diskusi pertama, pembahasan terkait membangun keterampilan dalam komunikasi oleh narasumber Atin Anggraini Surono selaku mentor Griya Peradaban. Bahwasannya komunikasi itu juga memiliki ilmu yang harus dimiliki agar dapat menyampaikan informasi dengan tepat. 

"Sebuah seni yang sebenarnya seringkali kita butuhkan dan amat sangat dekat dengan kehidupan kita, tapi dianggap sepele padahal ini bukan ilmu yang sepele" ucapnya.

Pada forum tersebut, ia menjelaskan tentang cara membangun keterampilan berbicara. Kemudian dilanjutkan dengan manfaat dari melatih keterampilan berbicara terhadap informasi yang disampaikan.
Ia menambahkan beberapa hal yang dilakukan untuk mengelola stres menjadi produktif.

Dilanjutkan dengan pemateri kedua oleh H. Imam  Fadhilah selaku Pendiri Rumah Pergerakan yang membahas terkait Sosial Network. Ia menyampaikan bahwasannya untuk menjadi seorang yang sukses dalam menjalin struktur sosial hendaklah dapat memahami relasi dalam simpul relasi.

"Untuk menjadi orang besar, kita harus merasa kecil. Hindari merasa besar sendiri, agar tidak mengecilkan yang lain," ungkap H. Imam Fadhilah.

Ia juga menegaskan bahwa komunikasi adalah soal inner beauty, kecantikan serta keanggunan yang muncul dari perkataan dan perbuatan.

"Berbuat baiklah kepada siapapun, tanpa terkecuali. Termasuk kepana orang yang tidak berbuat baik kepada kita" ucapnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan perihal menyikapi seorang yang besar diri. Kemudian pentingnya membangun sosial network kepada siapapun dengan mengondisikan diri agar tidak besar diri dan selalu merasa kecil.



Penulis: Nabilatun Nisa
Editor: Feby Alfiana

Memaksimalkan Creative Literacy sebagai Gerakan dalam Menggali Ide Kreatif

Memaksimalkan Creative Literacy sebagai Gerakan dalam Menggali Ide Kreatif

0
 


Campusnesia.co.id Literasi biasanya selalu disangkut pautkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Padahal, apabila dipahami lebih dalam, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. 

Permasalahannya saat ini adalah Indonesia memiliki indeks literasi yang relatif rendah. Menurut Program for International Student Assessment (PISA), pada 2019 Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara yang disurvei oleh PISA. Dengan kata lain, Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam 10 negara dengan indeks literasi terendah.
Sebagai salah satu bentuk meningkatkan indeks prestasi di Indonesia. Griya Peradaban kembali melanjutkan serial diskusinya dalam Kuliah Alternatif 3. Dalam Seri keempat tersebut, Griya Peradaban mengangkat topik tentang Creative Literacy. 

Griya Peradaban pun menghadirkan dua narasumber yang concern dalam topik tersebut. Kedua narasumber tersebut adalah Nadea Lathifah (Duta Internasional Griya Peradaban) dan Amrizarois Ismail (Direktur Griya Riset Indonesia). 

Diskusi yang diselenggarakan pada Sabtu (29/1/2022) dihadiri oleh 50 peserta kuliah alternatif. 

Nadea Lathifah selaku pembicara pertama menyampaikan bahwa literasi seharusnya tidak dimaknasi dengan kemampuan membaca dan menulis saja, melainkan juga dengan kemampuan dalam menganalisis sesuatu.

"Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan tentang kompetensi nalar dalam memacahkan memahami suatu fenomena dan kemudian diadopsi menjadi bentuk pemecahan masalah," ujar Nadea.


Sedikit berbeda dengan pembicara pertama, Amrizaroiz selaku pembicara kedua lebih menekankan bagaimana cara menulis berbagai maca karya tulis dan bagaimana cara mempublikasikannya. 

Pada akhir sesi, pria kelahiran Demak ini mengatakan tentang pentingnya tulisan dalam mengubah dunia."Salah satu jalan mengubah peradaban adalah dengan tulisan," ujarnya.



Penulis:
Feby Alfiana 

Belajar Membaca Peluang Usaha Anak Muda di Era Digital dan Pandemi dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0
 

 
 
Campusnesia.co.id - Dunia memang selalu memaksa kita untuk terus bergerak maju dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini menandakan bahwa kita dituntut untuk mampu bertahan, tanpa melihat seberapa jauh kemampuan kita dalam menghadapi dunia tersebut.   

Era digital dan Pandemi Covid-19 menjadi tantangan nyata yang kita hadapi saat ini, hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari adanya perubahan yang signifikan pada beberapa sektor kehidupan seperti pendidikan, budaya, politik, atau bahkan ekonomi.

Dalam menyikapi problematika tersebut, Griya Peradaban mencoba memberikan ruang kepada anak muda untuk mampu adaptif dalam menghadapi era tersebut melaui diskusi kewirausahaan yang membahas tentang peluang usaha anak muda di era digital dan pandemi.

Diskusi yang dilaksanakan pada Sabtu (14/8/2021) ini mendatangkan dua pemateri yang sangat luar biasa, yaitu Nurul Khasanah (Duta Santripreneurship) dan Vania Indi Dhea (Mentor Griya Peradaban).

Diskusi yang dimoderatori oleh salah satu Alumni Kuliah Alternatif, Syaichu Zakaria ini dimulai dengan mengangkat topik yang berkaitan dengan cara bagaimana anak muda mampu membaca peluang usaha di era digital dan pandemi. 

Diskusi pertama pada sesi keenam ini dibawakan oleh Nurul Khasanah selaku Duta Santripreneurship sekaligus mentor Griya Peradaban. Pada awal diskusi, ia menyampaikan tekait perlunya perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausahaan.

“Kewirausahaan bukan sebuah pekerjaan, melainkan sebuag usaha atau cara seseorang untuk terus berpikir mandiri dan terus menerus” kata Nurul.

Ia juga menambahkan bahwa perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausaan mampu memberikan dampak yang signifikan bagi semangat manusia itu sendiri dalam berwirausaha. 

Perempuan yang juga merupakan Crew Dedikasi Fotografi ini kemudian menyampaikan terkait persentase seseorang dalam menjadi entrepreneur. Ia mengatakan bahwa 15% seseorang menjadi entrepreneur disebabkan garis keturunan, 25% karena keterpaksaaan, dan 60% karena adanya keyakinan dan kemauan yang dimiliki orang tersebut.

Kemudian, perempuan dengan segudang prestasi ini menjelaskan terkait alternatif bisnis yang bisa dilakukan di era pandemi dan digital. Alternatif bisnis yang bisa dilakukan, diantaranya adalah kuliner unik, jasa pengiriman barang, e-payment, dan e-Commerce. Sedangkan untuk alternatif bisnis di era digital diantaranya adalah bisnis dropship, penyewaan perlengkapan multimedia, dan pembuatan website. 

Pada akhir sesi, perempuan yang juga pernah menjadi Duta Pelajar Putri Kendal ini menyampaikan terkait kiat-kiat dalam memulai bisnis ala anak muda. Dua diantara kiat-kiat tersebut adalah percaya pada kemampuan diri sendiri dan berani untuk mengambil tawaran serta risiko.

“Kita harus menanamkan dalam benak kita bahwa kita bisa, kita juga harus buktikan bahwa tawaran dan risiko yang kita hadapi adalah bentuk awal kita dalam melangkah” kata Nurul.

Diskusi berlanjut pada materi kedua yang dibawakan oleh Vania Indy Dhea. Matei kedua ini sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua ini lebih menekankan pada Enterpreneural Thinking atau hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha.

Perempuan yang pernah menjadi Juara Duta Wisata Kabupaten Kendal ini memulai diskusinya dengan mengenalkan konsep entepreneurship dan bagaimana seorang entrepreneur dapat memiliki jiwa kewirausaan dalam dirinya. Menurutnya, mental usaha dapat terbentuk melalui empat hal, yaitu belajar, berlatih, bertindak, dan sukses berkelanjutan.
 
Pada akhir sesi, perempuan yang juga merupakan Mentor Griya Peradaban ini menyampaikan bahwa mimpi saja tidak cukup untuk menjadi seorang pengusaha, tapi juga dibutuhkan tindakan nyata dalam mewujudkan hal tersebut. “Pengusaha sejati adalah pelaku, bukan pemimpi” ujar Vania.
 
 
Penulis: Alfiana F

Griya Peradaban Undang Seorang Pendidik Oxford Bahas Tema Pentingnya Nilai Religi untuk Hadapi Era Disrupsi

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban mengadakan ngobrol sore menjelang buka puasa di Bulan Ramadhan pada Sabtu (15/04). Kegiatan ini merupakan kedua kalinya Griya Peradaban mengadakan ngobrol sore di Bulan Suci Ramadhan. 

Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini dilakukan secara live instagram @griyaperadaban.id. Tema yang dipilih dalam acara sore ini yaitu "Hidupkan Nilai Religi, Siap Hadapi Era Disrupsi". Disrupsi sendiri dapat dikatakan sebagai suatu fenomena ketika terjadi perubahan besar yang mengubah suatu tatanan.  

Ditemani oleh host dari pegiat griya peradaban yakni Irma Noviana, acara ngobrol sore ini mengundang narasumber yang hari ini sedang berada di Oxford. Beliau adalah Irfan L. Sarhindi. Beliau merupakan Probationer Research Student (PRS) di Departemen Pendidikan, Universitas Oxford

Sesuai dengan bidang penelitiannya yaitu persilangan antara pedidikan islam, pendidikan digital, dan identitas, narasumber kali ini menjelaskan mengenai bagaimana keberagaman di era disrupsi sekarang ini. 

Salah satunya yaitu maraknya tren religi yang mencover dirinya terlihat religius. Sehingga sulit dibedakan antara yang benar benar mengamalkan nilai nilai religius yang sesungguhnya dan yang tidak mengamalkannya. 

Di era disrupsi ini, narasumber menjelaskan beberapa cara menegakkan sifat religius sebagai seorang pemuda. Pertama, dengan menginternalisasi nilai agama dalam keberagaman itu sendiri. Kedua, pentingnya etika belajar, ilmu, dan orang yang berilmu. Selain itu, dijelaskan juga bahwa jangan sampai terjebak dengan ilmu ilmu yang sumbernya belum terkredibel. 

Acara yang berlangsung selama 45 menit ini diakhiri dengan closing statement dari narasumber "Disrupsi itu sesuatu hal yang yang tidak bisa dipungkiri atau ditolak untuk terjadi. Kita tidak tau juga seberapa besar pengaruhnya. Nilai keberagaman dapat dijadikan sebagai pegangan kita untuk bisa survive", jelas Irfan L. Sarhindi selaku narasumber ngobrol sore ini. 




Penulis:
Zahro


===
Baca juga:

Pegiat Griya Peradaban, Khoirul Adib Cicipi Kuliah 6 Bulan Di Amerika Serikat

0
 


Campusnesia.co.id - Khoirul Adib, Saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa semester 5 pada Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dan aktif sebagai koordinator tim program pada Perkumpulan Griya Peradaban. Adib ini kuliah di jurusan Teknologi Informasi yang lolos seleksi MOSMA Kemenag dan dapat beasiswa kuliah di Amerika.

MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri selama 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.

Khoirul Adib, anak muda asal Tuban yang dipenuhi prestasi gemilang. Puluhan gelar ia dapatkan bersama timnya, baik di level nasional maupun internasional. Tiap harinya, Adib sebagai marbot masjid di wilayah kampusnya serta mengajari anak-anak mengaji usai jama’ah shalat maghrib. 

Setiap kebaikan yang ditanam, tentu akan bertumbuh kebaikan lainnya. Takdir baik pun menghampiri, melalui program MOSMA. MOSMA menjadi bagian dari implementasi program Beasiswa Indonesia Bangkit. Adib merasa ini menjadi peluang baginya untuk merengkuh asa. Semua proses dilengkapi untuk memastikan dia bisa mendaftar.

"Saya tertarik untuk mempelajari dan mendaftar. Lika-liku perjalanannya saya lalui untuk bisa ikut mendaftar program tersebut," kata Adib.

"Ini bukan semata tentang mimpi saya, tapi juga harapan orang tua," sambungnya.

Pendaftaran MOSMA dibuka dari 15 Juni - 5 Juli 2023. Total ada 451 pendaftar, memacu Khoirul untuk bersiap menyongsong persaingan. Dari hasil seleksi administrasi, terpilih 192 peserta yang masuk tahap seleksi. Dan, nama Khoirul Adib tercantum dalam pengumumannya. Adib tergabung dalam kelompok S1 beserta 106 peserta lainnya. Ada 78 peserta untuk jenjang S2, dan 7 mahasiswa untuk jenjang S3. 

Jelasnya, ini merupakan hadiah yang akan dipersembahkan untuk ibunda tercinta yang  beberap waktu lalu telah menghadap keharibaan Allah Swt. Adib terpaksa tidak bisa menyaksikan pemakaman ibunda tercinta karena posisinya masih mengikuti lomba dan meraih juara dua di korea Selatan. 

"Namun saya tetap kuat dan harus meneruskan perjuangan ibu, agar bisa menjadi orang bermanfaat untuk semua orang," tekadnya.

Adib mengenang, bahwa dia sebenarnya juga mendapat tawaran untuk diterima kuliah satu semester di Columbia University, salah satu Ivy League Universities di Amerika Serikat (salah satu universitas top di AS). Tapi tidak sempat menindaklanjuti pendaftaran, karena sampai penutupan, dia harus merawat ibunya yang sakit keras kala itu.

"Batal masuk Columbia University, saya alhamdulillah diterima di Rochester Institute of Technology, salah satu universitas bergengsi juga di AS," ucapnya penuh syukur.

Pendiri perkumpulan griya peradaban, Ma’as Shobirin sangat bahagia mendengar kabar salah satu pegiatnya memperoleh beasiswa di Amerika. 

"Rasa bahagia tentu saya rasakan. Adib saya amanahi sebagai koordinator tim program di perkumpulan griya peradaban beberapa bulan lalu. Semoga Adib akan terus memperoleh kebaikan berikutnya melalui program ini,” tegasnya.




Penulis
Alfiana

Pekan Kedua Kuliah Alternatif IV, Griya Peradaban Usung Tema Spiritual and Emotional Intelligence

0
 


Campusnesia.co.idSabtu (9/7/2022) Griya Peradaban kembali menggelar diskusi Kuliah Alternatif IV melalui platform Zoom Meeting dengan mengusung tema “Spiritual and Emotional Intelligence”. Tema yang sangat menarik ini bukan tanpa alasan untuk diusung karena keterkaitan antara kedua komponen tersebut sangat penting untuk diketahui bagi setiap individu. 

Di awal forum, Feby Alfiana selaku salah satu  Pegiat Griya Peradaban menyampaikan bahwa Kuliah Alternatif merupakan Langkah awal atau wadah untuk kita mempersiapkan diri berkiprah untuk masyarakat. . 

“Perlu kita ketahui bahwa adanya Kuliah Alternatif itu merupakan suatu bentuk wadah bagi generasi muda Indonesia untuk mengaktualisasikan dirinya dalam berkontribusi untuk masyarakat,” ungkapnya.

Diskusi sesi kedua tersebut menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa yaitu Millatun Miskiyyah dan Alivia Nadatul ‘Aisyi selaku mentor Griya Peradaban.

Narasumber I pada forum tersebut, menyampaikan tentang seberapa penting spiritual intelligence. Ia juga menjelaskan tentang indikator, perjalanan dalam membangun spiritual intelligence, dan bagaimana cara meningkatkan spiritual intelligence. 

“Dengan bekal kecerdasan spiritual yang tinggi, itu akan mampu membuat kita menjadi pribadi yang ikhlas dalam menerima dan menjalani apa yang terjadi dalam hidup kita,” Millatun Miskiyyah. 

Selain itu, Alivia Nadatul ‘Aisyi sebagai narasumber II menyampaikan terkait dengan Emotional Intellegence terkhusus dalam ranah sosial. Menurutnya, dengan memiliki kecerdasan emosional, manusia akan mampu mengelola, membangun dan mengontrol emosinya sendiri.

Selain itu, ia juga megajarkan cara melatih mengelola emosi dengan metode stop untuk  diimplementasikan dalam diri kita masing-masing. Sebagai penutup, ia menjelaskan bahwa emosional yang tinggi harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual yang tinggi pula. 


Penulis: Ice Ulya Sari
Editor: Alfiana F

Masuk Sesi 2 Kuliah Alternatif Ke-VII, Griya Peradaban Angkat Tema Literasi Digital

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VII sesi 2. Acara ini digelar pada hari Sabtu (13/1/24).

Sesi ke 2 Kuliah Alternatif ini melalui zoom meeting. Adapun tema yang diambil yaitu mengenai literasi digital dengan diawali sambutan oleh Dian Kurnia Sari selaku perwakilan pegiat Griya Peradaban.

Kegiatan yang dimulai pada pukul 09.30 ini disampaikan langsung oleh Khoirul Anwar sebagai pemateri pertama. Tak lupa kegiatan ini juga dipimpin oleh Dina Lorenza selaku Host.

“Apa sih cyberbullying?  Yaitu penindasan atau perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi dimedia sosial, platform pengiriman pesan, platform game, maupun telepon seluler. Tindakan seperti ini dilakukan berulang kali yang bertujuan untuk menakut-nakuti, membuat marah, atau mempermalukan orang yang menjadi korban." Jelas pemateri, Khoirul Anwar. 

"GenZ sekarang ini, sedang terjangkit krisis moral yang mengakibatkan maraknya cyberbullying. Hal ini disebabkan karena minimnya pemahaman akan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktifitas itu dimana seharusnya media sosial menjadi ajang silaturahmi dan menjaling hubungan baik dengan orang lain, malah menjadi sarana mengolok-olok dan menjatuhkan martabat orang lain. Bahkan saking tinggi nya kasus cyberbullying di Indonesia, sampai menobatkan Indonesia sebagai negara dengan kesopanan dunia maya terendah di Asia Tenggara. Maka dari itu harus menjadi perhatian bagi kita semua kalangan GenZ untuk bisa mejaga etika dan sopan santun dalam bersosial media."

Adapun pemateri kedua membahas terkait bagaimana berkreativitas dan berinovasi di sosial media yang dipimpin langsung oleh Muhammad Syafi'i. Mengutip sedikit dari apa yang disampaikan pemateri bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pengguna aktif media sosial, seperti halnya YouTube, Tiktok, Facebook, WhatsApp, dan Instagram. 

Maka dari itu kita para GenZ harus dapat memanfaatkan media sosial sebaik mungkin untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dengan membuat konten kreatif, inovatif yang menarik, serta mengedukasi penonton nya. Nah bagaimana sih konten yang menghibur sekaligus informatif?, yaitu konten yang menyampaikan informasi akan tetapi disampaikan kan dengan cara dan gaya yang menarik target konten tersebut.

Di akhir acara, kegiatan yang diikuti oleh 44 peserta zoom ditutup dengan tanya jawab dan juga foto bersama. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. 
“ Kita harus menanamkan toleransi, etika, empati dan memanusiakan manusia didalam bersosial media .”

(Kamal/Griya Peradaban)

Griya Peradaban Gelar Kuliah Alternatif Peluang dan Tantangan Enterpreunership di Era Society 5.0 bersama Nurul Khasanah Duta Santripreuner Jateng

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang  - Enterpreunership menjadi bahasan Kuliah Alternatif Griya Peradaban pada Sabtu (20/02). Pada sesi ke VI ini, diskusi dipandu oleh Ulfatun Qalimah (Aktivis Griya Peradaban) dan diisi oleh dua srikandi milenial, yaitu Nurul Khasanah (Duta Santripreuner JATENG) dan Vannia Indy D.S. (Mentor Griya Peradaban).

Menjadi nara sumber pertama, Nurul Khasanah memaparkan tentang Peluang dan Tantangan Enterpreunership di Era Society 5.0. “Kewirausahaan bukan suatu pekerjaan, tetapi kewirausahaan adalah pola berpikir mandiri yang bertumbuh terus-menerus.” Tegasnya di tengah-tengah penjelasan.

Menurutnya, pada era Society 5.0 setidaknya ada empat peluang wirausaha yang bisa dijadikan lahan untuk menjadi enterpreuner yang sukses. Di antaranya adalah peluang bisnis dari hobi, peluang dalam sektor digital, makanan siap saji, serta ide solutif yang dapat memecahkan masalah di ruang sosial.

Tak hanya peluang, ia juga menjelaskan mengenai tantangan-tantangan yang akan ditemui, seperti sikap abai terhadap masalah sosial karena terlena dengan canggihnya Revolusi Industri 4.0. lalu seseorang juga akan terhambat oleh dirinya sendiri karena gagap mengenai konsep pentahelix (kolaborasi), serta rawan terjebak hoax disebabkan oleh akumulasi data yang melimpah.


Saat sesi tanya jawab, Nurul menanggapi pertanyaan mengenai bagaimana baiknya melakukan wirausaha di sela-sela kesibukan kuliah atau bekerja. “Untuk berwirausaha di sela-sela kesibukan, pastikan hal itu tidak mengganggu kestabilan kegiatan yang lain. Seorang yang terjun dalam dunia wirausaha, harus mengerti skala prioritas agar salah satu kesibukannya tidak terbengkalai.” Jawabnya.

Menyambung materi pertama, Vannia Indy menyampaikan tentang sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang enterpreuner. Yaitu pertama, seorang harus memiliki ambisi dan cita-cita yang kuat. Kedua, kemauan untuk meningkatkan kemampuan (mau belajar), serta ketiga, usaha dan kerja keras untuk meraih tujuan (goals).

Di akhir sesi, Vannia menyampaikan bahwa menjadi wirausaha berarti menjadi problem solver yang berguna untuk orang lain. Artinya, seorang enterpreuner dalam mengerjakan wirausahanya harus memerhatikan nilai guna sekaligus masalah yang akan diselesaikan.

Pertemuan sesi ke VI ini berjalan lancar dan hidmat, peserta Kuliah Alternatif angkatan pertama akan bertemu kembali pada sesi ke VII Sabtu depan. Peserta diharap mempertahankan antusiasme dan konsistensi hingga semua sesi selesai. (Khozin).


Downlad Ebook Entrepreneurship Gratis: