List Of E-Commerce Around The World and URL Link

0
 



Campusnesia.co.id - For our reader this is List Of E-Commerce Around The World and URL Link. You can pick as your location to buy what you want.

E-commerce (electronic commerce) refers to commercial activities including the electronic buying or selling products and services which are conducted on online platforms or over the Internet.


List Of E-Commerce and URL Link in America

1. Amazon (https://www.amazon.com)
Amazon.com, Inc., doing business as Amazon, is an American multinational technology company engaged in e-commerce, cloud computing, online advertising, digital streaming, and artificial intelligence.  


2. eBay (https://www.ebay.com)
eBay Inc. is an American multinational e-commerce company based in San Jose, California, that allows users to buy or view items via retail sales through online marketplaces and websites in 190 markets worldwide. 


3. Walmart (https://walmart.com)
Walmart Inc. is an American multinational retail corporation that operates a chain of hypermarkets, discount department stores, and grocery stores in the United States and 23 other countries. It is headquartered in Bentonville, Arkansas.


4. Target (https://www.target.com)
Target Corporation is an American retail corporation that operates a chain of discount department stores and hypermarkets, headquartered in Minneapolis, Minnesota. It is the seventh-largest retailer in the United States, and a component of the S&P 500 Index. 


5. Etsy (https://www.etsy.com)
Etsy, Inc. is an American e-commerce company with an emphasis on the selling of handmade or vintage items and craft supplies. These items fall under a wide range of categories, including jewelry, bags, clothing, home decor, religious items, furniture, toys, art, music and books as well as craft supplies and tools



List Of E-Commerce and URL Link in Japan

1. Rakuten (https://www.rakuten.com/)
Rakuten Group, Inc. is a Japanese technology conglomerate based in Tokyo, founded by Hiroshi Mikitani in 1997.


2. Zozotown (https://zozo.jp)

Zozotown is a Japanese online destination for contemporary fashion and streetwear. It was launched in 2004 by Yusaku Maezawa, a Japanese entrepreneur.



List Of E-Commerce and URL Link in South Korea

1. Coupang (https://m.coupang.com)
Coupang is a U.S. technology and Fortune 150 company that is shaping the future of global commerce. Coupang drives continuous innovation. 


2. Naver Shopping (https://shopping.naver.com)
Naver Shopping is the online shopping platform operated by Naver Corporation, South Korea's leading search engine. 


3. 11Street (https://www.11st.co.kr)
11street (11st.co.kr) is a South Korean e-commerce platform, similar to Amazon or eBay, that allows online buyers to purchase goods and services from sellers. It is owned and operated by SK Planet. 11street is a leading online marketplace in South Korea, with a significant presence in mobile commerce. 


4. Gmarket (gmarket.co.kr) 
Gmarket is a leading South Korean e-commerce website, similar to a large online marketplace like Amazon or eBay. It provides a platform for various sellers to offer a wide range of products to both domestic and international buyers. Gmarket is known for its competitive prices and a large selection of goods. 


5. Lotte ON (lotteon.com) 
Lotte ON is an integrated online shopping platform created by Lotte Group. It brings together various Lotte retail businesses like department stores, supermarkets, electronics stores, and home shopping, providing a one-stop shopping experience for customers. Essentially, it's the e-commerce arm of the Lotte conglomerate. 



List Of E-Commerce and URL Link in China

1. Alibaba (https://www.alibaba.com)
Alibaba Group Holding Limited, branded as Alibaba, is a Chinese multinational technology company specializing in e-commerce, retail, Internet, and technology.


2. Taobao (taobao.com) 
The largest online shopping destination in China, offering a vast array of products from individual sellers and small businesses. 


3. Tmall (tmall.com) 
A business-to-consumer (B2C) platform focused on established brands and retailers. 


4. JD.com (Jingdong) (jd.com) 
A major e-commerce platform known for its reliable logistics and focus on electronics, home appliances, and more. 


5. Pinduoduo (pinduoduo.com)  
A popular platform known for its group-buying model and focus on value and discounts. 


6. Temu
Temu is an online marketplace operated by e-commerce company PDD Holdings, which is owned by Colin Huang. It offers heavily discounted consumer goods, mostly shipped to consumers directly from the People's Republic of China. 



List Of E-Commerce and URL Link in Indonesia

1. Tokopedia

2. Shopee

3. Blibli

4. Bukalapak

5. TikTok Shop

6. Bhineka

7. Toco

8. Pasardesaku.com 


List Of E-Commerce and URL Link in Thailand

1. Shopee Thailand (shopee.co.th)

2. Lazada Thailand  (lazada.co.th)

3. JD Central  (jd.co.th)

4. Kaidee (kaidee.com)

5. Central Online (central.co.th) 



List Of E-Commerce and URL Link in Europe

1. Allegro (www.allegro.pl) 
A large Polish marketplace, also popular in Eastern Europe. 


2. Zalando (www.zalando.com) 
A leading online fashion retailer in Europe. 


3. ASOS (www.asos.com) 
Another major online fashion retailer. 


4. Bol.com (www.bol.com) 
A large Dutch and Belgian marketplace. 


5. Otto Group (www.ottogroup.com) 
A large German e-commerce company. 


6. ManoMano (www.manomano.co.uk) 
A European marketplace specializing in DIY and gardening. 


7. Kaufland (www.kaufland.de) 
A German marketplace with a strong physical store presence. 

 
8. MediaMarkt (www.mediamarkt.de) A large online electronics retailer in Germany




Review Toco, Toko Online Baru Yang Digadang-gadang Jadi Pengganti Tokopedia dan Shopee

0
 



Campusnesia.co.id - Blantika toko online Indonesia kedatangan pendatang baru yang digadang-gadang bakal merevolusi lanskap marketplace online di tanah air. Namanya Toco versi website bisa dunjungi di alamat url: https://toco.id .

"Toco adalah platform jual beli dan iklan baris berbasis komunitas di Indonesia. Kamu bisa berbelanja, menjual, dan terhubung dengan komunitas pembeli dan penjual di TOCO.  Di Toco, kamu bisa menjual dan membeli apa saja, mulai dari pakaian, aksesori, produk kecantikan, perangkat elektronik, furnitur, buku, barang mewah, mobil, dan rumah. Di Toco siapa pun boleh membuka usaha, termasuk pemilik bisnis kecil, mahasiswa, ibu rumah tangga, pekerja lepas - semua bisa berjualan." tulisnya di laman resmi mereka.

Marketplace Toco ini didirikan oleh Arnold Sebastian Egg, orang yang membidani lahirnya aplikasi Tokobagus.com (kini OLX), Ovo, Labamu hingga Sprout Digital Lab. Dengan pengalamannya di dunia digital nampaknya pria kelahiran Rotterdam, 26 Maret 1980 ini cukup yakin bakal mampu bersaing dengan pemain lama seperti Tokopedia, TikTok Shop, Shopee dan Blibli.

Mengutip wawancara dengan swa.co.id, Arnold mengklaim Toco adalah aplikasi marketplace dan classified baru di Indonesia. Bedanya, Toco mengutamakan merchant agar bisa berjualan dengan bebas tanpa biaya admin. “Kami kita tidak setuju dengan biaya admin 5%, 7%, 12% yang dibebankan kepada merchant, karena itu sangat merugikan mereka yang margin awalnya saja sudah kecil, jadi kami berikan gratis biaya transaksi di Toco,” 

Tapi dari taglinenya yang menyebut Toco sebagai "Jual Beli dan Iklan Baris Terpercaya di Indonesia" nampaknya Toco akan melakukan strategi yang mirip dengan OLX yaitu bertindak sebagai marketplce Iklan Baris. Seller memnag gratis berjualan namun agar dapat spotlight dan muncul di pencairan teratas akan ada layanan Iklan Baris berbayar.

Youtuber IT David Alfa Sunarna tanggal 1 Juli 2025 mengunggah video review Toco ini, menurutnya masih banyak hal yang perlu diperbaiki karena versi website masih kurang responsif, cukup sulit untuk melakukan pembayaran barang yang mau dibeli dengan Qris dan janji Toco yang dianggap kurang realistis dengan menawarkan Sertifikat gratis biaya admin seumur hidup kepada seller. Belajar dari perjalanan berbagai toko online di indonesia seringkali janji manis di awal bakal berubah di tengah jalan dengan aneka alasan.

Demikian tadi sobat Campusnesia postingan kita kali ini tentang Review Toco, Toko Online Baru Yang Digadang-gadang Jadi Pengganti Tokopedia dan Shopee, semoga bermanfaat sampai jumpa.



Penulis
Nandar

Info Lowongan Kerja di PT Hwaseung Indonesia 2 Batangan Pati

0

 

Campusnesia.co.id - Lewat postingan kali ini kami akan menghadirkan informasi tentang Lowongan Kerja di PT. Hwaseung Indonesia 2 Batangan Pati. 

PT. Hwaseung Indonesia 2 yang berlokasi di Jalan Raya Pati-Rembang KM. 17 Desa Bumimulyo Rt.01 Rw.01, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah bergerak di bidang produksi sepatu.


Daftar lowongan kerja:

1. OPERATOR PRODUKSI PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: SMA/SMK
Status: Freshgraduate

Kualifikasi Pekerjaan:
- Memiliki semangat tinggi untuk bekerja
- Dapat bekerja dengan tim maupun individu
- Pekerja keras
- Disiplin

Deadline: 31 Juli 2025


2. LEADER ASSEMBLY PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: SMA/SMK
Status: Freshgraduate

Kualifikasi Pekerjaan:
• Memiliki pengalaman minimal 2 tahun menjadi leader
• Memahami proses assembly di pabrik sepatu
• Mampu bekerja dibawah tekanan

Deadline: 31 Juli 2025


3. SUPERVISOR ASSEMBLY PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: SMA/SMK
Status: Pengalaman

Kualifikasi Pekerjaan:
• Memiliki pengalaman minimal 2 tahun sebagai spv
• Memahami proses assembly di pabrik sepatu
• Memiliki leadership yang cukup baik
• Mampu bekerja dibawah tekanan

Deadline: 31 Juli 2025



4. LEADER SEWING PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: SMA/SMK
Status: Pengalaman

Kualifikasi Pekerjaan:
• Memiliki pengalaman minimal 2 tahun sebagai leader
• Paham proses sewing di pabrik sepatu
• Dapat bekerja dibawah tekanan

Deadline: 31 Juli 2025


5. SUPERVISOR SEWING PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: SMA/SMK
Status: Pengalaman

Kualifikasi Pekerjaan:
• Memiliki pengalaman minimal 2 tahun sebagai spv
• Memahami proses sewing di pabrik sepatu
• Memiliki leadership yang cukup baik
• Mampu bekerja dibawah tekanan

Deadline: 31 Juli 2025


6. SUPERVISOR SEWING PT. Hwaseung Indonesia 2 (HWP)

Lokasi: Batangan - Pati
Pendidikan: D3
Status: Freshgraduate

Kualifikasi Pekerjaan:
• Lulusan d3/s1 teknik kimia
• Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa inggris (lisan & tulis)
• Memiliki problem solving yang cukup baik
• Dapat bekerja tim maupun individu

Deadline: 11 Juli 2025




Informasi lebih lengkap bisa di;ihat di link berikut ini: https://career-hwp.hsinni.com/lowongan

Pendaftaran Program Beasiswa Kepemimpinan TELADAN 2026 - Tanoto Foundation

0
 


Campusnesia.co.id - Program TELADAN (Transformasi Edukasi untuk melahirkan Pemimpin Masa Depan) merupakan salah satu inisiatif Tanoto Foundation dalam membangun generasi unggul dan pemimpin masa depan yang tangguh untuk berkontribusi membawa dampak positif untuk Indonesia. Dalam program ini, Tanoto Foundation memberikan dukungan pengembangan kepemimpinan berjenjang dan terstruktur, kesempatan pengembangan diri hingga tingkat global, pengabdian masyarakat, berbagai sarana kolaborasi dan jejaring, disertai dengan dukungan biaya kuliah dan tunjangan biaya hidup.

Mahasiswa semester pertama di 10 perguruan tinggi mitra program TELADAN yang memiliki prestasi di berbagai bidang, pengalaman organisasi, serta menunjukkan potensi kepemimpinan dapat mendaftarkan diri pada program TELADAN.

Pendaftaran program TELADAN 2026 dibuka mulai tanggal 1 Juli 2025 sampai 7 September 2025. 

MANFAAT BAGI TANOTO SCHOLAR

Mahasiswa terpilih akan menjadi Tanoto Scholars, dan menjalani perjalanan program TELADAN selama 3.5 tahun dari semester 2 hingga 8. Selama perjalanan program TELADAN, Tanoto Scholars akan mendapatkan manfaat:

1. Dukungan Pengembangan Kepemimpinan
Tanoto Scholars akan bersama-sama mengembangkan pengetahuan dan kemampuan kepemimpinan yang dirancang secara terstruktur dan berkelanjutan dalam 3 tahapan. Masing-masing tahapan mencakup pengetahuan baru, pengembangan diri sebagai pemimpin, pembelajaran berbasis proyek, serta persiapan pengembangan karier, yang disertai dengan kesempatan berkontribusi kembali untuk masyarakat.



2. Dukungan Lingkaran Pengembangan TELADAN
Selain pengembangan kepemimpinan yang terstruktur, Tanoto Scholars juga akan mendapatkan dukungan untuk mengikuti kegiatan pengayaan yang disebut sebagai Lingkaran Pengembangan TELADAN.


a. Tanoto Scholars Association (TSA): hadir di setiap perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation sebagai wadah/komunitas untuk Tanoto Scholars bertemu dan berinteraksi sebagai satu keluarga baru

b. Pay It Forward Initiative: salah satu kegiatan yang dilakukan oleh TSA untuk memberikan dampak positif secara langsung dan terus-menerus kepada komunitas/masyarakat di sekitar tempat tinggal Tanoto Scholars

c. Tanoto Scholars Gathering (TSG): aktivitas tahunan yang mempertemukan Tanoto Scholars dari semua perguruan tinggi mitra untuk melakukan kegiatan pengembangan diri, sebagai transisi dari tahapan Lead Self ke Lead Others

d. Tanoto Student Research Award (TSRA): kegiatan tahunan berupa dukungan dana dan pelatihan riset bagi mahasiswa di perguruan tinggi mitra, dan terbuka untuk mahasiswa di perguruan tinggi mitra tersebut

e. Internship: kesempatan bagi Tanoto Scholars untuk mendapatkan pengalaman magang di Tanoto Foundation, di kelompok perusahaan Royal Golden Eagle (RGE), ataupun di industry mitra lainnya

f. Sponsorship: kesempatan bagi Tanoto Scholars untuk mendapatkan dukungan finansial tambahan dalam rangka mengikuti kompetisi, konferensi, maupun sertifikasi pengembangan kompetensi untuk persiapan karir baik di dalam maupun di luar negeri

g. Global Experiences Program: kesempatan bagi para Tanoto Scholars yang berprestasi untuk mendapatkan pengalaman global dan membangun jejaring internasional melalui program jangka pendek di dalam dan di luar negeri, seperti summer course, exchange program, volunteering, dan lainnya.

3. Dukungan Biaya Kuliah dan Tunjangan Hidup
Selama aktif sebagai Tanoto Scholars, biaya kuliah secara penuh akan dibayarkan langsung kepada perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation. Selain itu, tunjangan biaya hidup bulanan juga disediakan dan akan dibayarkan langsung kepada Tanoto Scholars.

4. Jaringan Alumni di Indonesia dan Dunia
Setelah lulus, Tanoto Scholars akan bergabung bersama dengan jaringan alumni penerima beasiswa Tanoto Foundation yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan di belahan dunia lainnya. Dalam jaringan alumni, selain terkoneksi untuk saling menginspirasi satu sama lain, juga ada kegiatan pengembangan profesional dan peningkatan kapasitas seiring kebutuhan perkembangan dunia.


PERGURUAN TINGGI MITRA PROGRAM TELADAN

Program TELADAN bermitra dengan sepuluh perguruan tinggi berikut:



SYARAT PENDAFTARAN

1. Warga Negara Indonesia (WNI).

2. Terdaftar sebagai mahasiswa reguler (S1) semester pertama di salah satu perguruan tinggi mitra program TELADAN.

3. Berkomitmen mengikuti Program Pengembangan Kepemimpinan selama masa Program TELADAN (Semester 2 – Semester 8).

4. Menunjukkan potensi kepemimpinan yang kuat serta berkomitmen untuk berkontribusi pada masyarakat dan pembangunan bangsa.

5. Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, kemampuan berbahasa Inggris dan bahasa internasional lainnya akan menjadi nilai tambah.

6. Memiliki prestasi akademik (minimum nilai rata-rata rapor Kelas XII SMA/SMK/MA adalah 8 dari skala 10) dan non-akademik seperti pengalaman organisasi kesiswaan, komunitas sosial, atau terkait lainnya.

7. Sedang tidak menerima beasiswa atau mengikuti program dukungan finansial lainnya, dan bersedia tidak menerima beasiswa atau program finansial lainnya ataupun program pengembangan kepemimpinan sejenis apabila terpilih dalam program TELADAN.

8. Mendaftarkan diri secara online pada website Tanoto Foundation.


Tahapan Seleksi dan Tanggal-Tanggal Penting



Link pendaftaran: https://www.tanotofoundation.org/id/teladan-2026/



Perjalanan Psikologis Tokoh Utama dalam Novel Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuroyagi (Kajian Psikoanalisis Jacques Lacan)

0
 



Campusnesia.co.id - Karya sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi yang merefleksikan kehidupan manusia, baik yang bersifat nyata maupun hasil imajinasi pengarang. Melalui karya sastra, penulis tidak hanya menyampaikan cerita, tetapi juga mengangkat nilai-nilai kehidupan seperti moral, sosial, budaya, dan agama yang dapat menjadi pembelajaran bagi pembacanya (Djojosuroto dalam Romadhon, 2015:2; Tuloli dalam Dakia, 2014:49). Sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembaca, karya sastra memiliki potensi untuk menggambarkan dinamika psikologis yang kompleks dari para tokohnya.

Salah satu bentuk karya sastra yang konsisten memiliki daya tarik lintas zaman adalah novel. Novel kerap dianggap sebagai cerminan kehidupan manusia pada kurun waktu tertentu, karena menggambarkan perilaku, latar sosial, dan kejiwaan tokohnya dengan cukup mendalam (Reeve dalam Nofrita & Hendri, 2017:80). Salah satu novel yang menarik untuk dianalisis secara psikologis adalah Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi (2008). Novel ini menceritakan pengalaman seorang anak perempuan yang dianggap “berbeda” oleh lingkungan sekolah konvensional, namun kemudian berkembang secara positif dalam sistem pendidikan alternatif  Tomoe Gakuen. Tokoh Totto-Chan memberikan gambaran yang unik mengenai perkembangan psikologis anak dan bagaimana sistem pendidikan serta interaksi sosial dapat memengaruhinya.

Untuk memahami dinamika psikologis dalam novel ini, digunakan pendekatan psikoanalisis Lacan. Jacques Lacan mengembangkan teori psikoanalisis yang mengaitkan struktur ketidaksadaran manusia dengan bahasa, simbol, dan struktur sosial. Lacan membagi perkembangan manusia ke dalam tiga ranah: Real, yaitu kondisi sebelum manusia mengenal bahasa dan pemisahan dari objek yang diinginkan; Imaginary, saat individu mulai membentuk citra diri melalui fase cermin (mirror stage); dan Symbolic, ranah bahasa, norma, serta hukum yang membentuk subjek dalam masyarakat (Lacan dalam Sarup, 1993).

Selain itu, Lacan juga mengemukakan bahwa perkembangan jiwa manusia melalui tiga bentuk relasi dengan objek: kebutuhan (need) sebagai kebutuhan biologis dasar, permintaan (demand) yang muncul ketika kebutuhan disampaikan kepada orang lain dalam bentuk simbolik (misalnya bahasa), dan hasrat (desire) yang lahir dari kekurangan yang tidak pernah sepenuhnya terpenuhi, sehingga manusia terus mencari kepenuhan melalui simbol atau relasi sosial (Evans, 1996).

Tokoh Totto-Chan menunjukkan dinamika ketidaksadaran, citra diri, serta hasrat yang terbentuk melalui relasinya dengan lingkungan, terutama sekolah dan orang-orang di sekitarnya. Dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis Lacan, esai ini bertujuan untuk menganalisis struktur kejiwaan Totto-Chan dan memahami bagaimana pengalaman masa kecil serta interaksi sosial membentuk identitas dan hasrat tokoh tersebut. Analisis ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang baru terhadap persoalan psikologis anak dalam karya sastra.


Gambaran Pengarang Novel, Masyarakat Jepang, dan Tokoh Cerita

1 Tetsuko Kuroyanagi Selaku Pengarang
Tetsuko Kuroyanagi merupakan sosok penting dalam dunia sastra dan hiburan Jepang. Lahir pada 9 Agustus 1933 di Tokyo, ia dikenal sebagai aktris, pembawa acara televisi, serta penulis buku anak-anak yang menginspirasi. Salah satu karya terkenalnya adalah Totto-Chan: The Little Girl at the Window (1981), sebuah buku autobiografi masa kecilnya yang berfokus pada pengalaman belajar di sekolah progresif Tomoe Gakuen. Buku ini menampilkan pendekatan pendidikan yang menghargai kebebasan dan keunikan anak, dan telah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa.

Kesuksesan karya ini tidak hanya menjadikan Kuroyanagi sebagai penulis ternama, tetapi juga memperkuat citranya sebagai aktivis pendidikan dan kemanusiaan. Pada tahun 1984, ia diangkat sebagai Duta Besar UNICEF, menjadi orang Asia pertama yang menyandang posisi tersebut. Dalam perannya itu, ia telah berkeliling dunia untuk mendukung kesejahteraan anak-anak dan mempromosikan pentingnya pendidikan yang inklusif.

Melalui latar belakangnya sebagai seniman dan pendidik, karya Kuroyanagi tidak hanya menyampaikan nilai-nilai pendidikan, tetapi juga memperlihatkan kepekaan terhadap perkembangan psikologis anak, yang menjadi fokus utama dalam analisis psikoanalisis terhadap tokoh Totto-Chan.


2. Masyarakat Jepang
Novel ini berlatar pada masa sebelum dan selama Perang Dunia II, saat Jepang berada di tengah arus nasionalisme, tekanan sosial, dan kontrol pemerintah yang ketat. Masyarakat Jepang pada masa itu sangat menghormati aturan, tata krama, dan kekompakan dalam suatu kelompok. Anak-anak diharapkan untuk patuh, tertib, dan mengikuti norma yang berlaku di sekolah maupun di Masyarakat. Sistem pendidikan juga cenderung kaku, menuntut anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan standar yang sudah ditetapkan. Namun, di balik itu semua, ada juga sisi humanis dan upaya untuk membangun solidaritas melalui organisasi seperti tonarigumi (kelompok tetangga) dan chōnaikai (dewan komunitas), yang menjadi sarana pemerintah untuk menggalang dukungan perang pada kala itu.


3. Tokoh Totto-Chan dalam Novel
Totto-Chan adalah tokoh utama dalam novel Totto-Chan: The Little Girl at the Window karya Tetsuko Kuroyanagi. Tokoh ini diangkat dari kisah nyata masa kecil Kuroyanagi sendiri. Totto-Chan digambarkan sebagai anak perempuan yang penuh rasa ingin tahu, ceria, dan memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan standar sekolah konvensional. Karena sifatnya yang dianggap "nakal" dan terlalu aktif, ia dikeluarkan dari sekolah pertamanya. Namun, kehidupan Totto-Chan berubah setelah ia bersekolah di Tomoe Gakuen, sebuah sekolah dengan sistem pendidikan alternatif yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi. Di Tomoe, Totto-Chan diberikan ruang untuk menjadi dirinya sendiri, didengarkan, dan dibimbing dengan pendekatan yang penuh kasih sayang dan pemahaman terhadap dunia anak.

Tokoh Totto-Chan mewakili semangat kebebasan dan individualitas dalam pendidikan. Perjalanan kepribadiannya yang berkembang di bawah sistem pendidikan yang inklusif menjadikan Totto-Chan simbol dari pentingnya memahami kebutuhan psikologis anak. Melalui narasi yang sederhana namun menyentuh, Kuroyanagi menampilkan bagaimana pendidikan yang manusiawi dapat membentuk karakter anak secara positif. Tokoh Totto-Chan juga menarik untuk dianalisis melalui pendekatan psikoanalisis, khususnya teori Lacan, karena pengalaman masa kecilnya memperlihatkan perkembangan identitas dan hasrat dalam konteks lingkungan sosial yang unik.


3. Analisis

Aspek Real Tokoh Utama dalam Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuryanagi

Dalam teori psikoanalisis Jacques Lacan, aspek real mengacu pada kondisi eksistensial yang belum tersentuh oleh bahasa atau simbol, sehingga tidak dapat sepenuhnya direpresentasikan secara linguistik. Pada tahap ini, individu belum mengalami kekurangan, kehilangan, atau ketidakhadiran. Fase real menggambarkan keadaan utuh dan lengkap, di mana seluruh kebutuhan terasa terpenuhi secara alami. Dalam konteks ini, tokoh utama dalam novel Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi menunjukkan fase real ketika dirinya masih merasa seluruh keinginannya tercapai tanpa adanya rasa kurang atau kehampaan. Representasi fase ini dapat ditemukan melalui kutipan-kutipan tertentu dalam novel yang menggambarkan pengalaman awal kehidupan tokoh sebelum masuk ke dalam dunia simbolik.

Sejak sebelum sekolah, Totto-Chan suka mendengarkan pelawak-pelawak rakugo- pendongeng kisah-kisah lucu tradisional jepang-sambil menekankan telinganya pada kain sutra merah jambu radio. Menurutnya, lawakan mereka sangat lucu. Mama tidak pernah keberatan ia mendengarkan lawakan di radio sampai kemarin.

Kutipan diatas menggambarkan kebiasaan Totto-Chan mendengarkan pelawak rakugo melalui radio menunjukkan bagaimana ia menikmati pengalaman tersebut secara utuh dan spontan. Ia melibatkan diri sepenuhnya dalam aktivitas itu, bahkan sampai menempelkan telinga pada kain radio untuk mendengarnya dengan lebih jelas. Dalam konteks psikoanalisis Lacan, hal ini mencerminkan aspek real, yaitu tahap awal dalam perkembangan psikis seseorang, di mana individu belum mengenal konsep kekurangan atau ketidakhadiran (lack). Pada tahap ini, dunia anak masih dipersepsikan sebagai sesuatu yang utuh, penuh, dan memuaskan.

Totto-Chan, yang masih dalam usia kanak-kanak, hidup dalam realitas yang belum tersusun secara simbolik oleh bahasa atau norma sosial yang membatasi. Ia bebas menikmati hal-hal yang disukainya tanpa mempertanyakan makna atau alasan rasional di baliknya. Rasa ingin tahunya yang besar serta kebebasan dalam mengekspresikan diri yang juga didukung penuh oleh ibunya menunjukkan bahwa ia belum masuk ke ranah simbolik atau imajiner sepenuhnya. Ia masih berada dalam aspek real, di mana tidak ada batasan antara keinginan dan pemenuhannya, dan ia merasa segala kebutuhannya bisa dipenuhi secara langsung oleh lingkungannya.


Aspek Imajiner Tokoh Utama dalam Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuryanagi

Aspek Imajiner menurut Lacan adalah tahap ketika manusia mulai membentuk identitas diri melalui pengenalan dan interaksi dengan orang lain, terutama dalam fase cermin. Pada Totto-Chan, aspek Imajiner muncul ketika ia berhadapan dengan lingkungan sekolah yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Ia dianggap sebagai anak nakal oleh guru di sekolah sebelumnya, sehingga merasa tidak diterima dan merasa cemas akan penilaian orang lain, termasuk ibunya. Kesenjangan antara harapan Totto-Chan terhadap lingkungan sekolah dan kenyataan yang ia hadapi menimbulkan perasaan tidak nyaman, tidak aman dan kecemasan. Pada tahap ini Totto-Chan membentuk citra diri berdasarkan penilaian orang lain, yang memengaruhi identitas dan hasratnya.

Mama tidak bilang kepada Totto-Chan bahwa dia dikeluarkan dari sekolah. dia tahu, Totto- Chan takan mengerti mengapa dia di anggap telah berbuat salah dan mama tidak ingin putrinya menderita tekanan batin, jadi diputuskannya untuk tidak memberi tahu Totto-Chan sampai dia dewasa kelak. Mama hanya berkata, “bagaimana kalau kau pindah ke sekolah baru? Mama dengar ada sekolah yang sangat bagus.”

Dalam  kutipan diatas Mama berperan sebagai penentu narasi realitas bagi Totto-Chan. Dengan tidak mengungkapkan bahwa Totto-Chan dikeluarkan dari sekolah, Mama “membangun citra positif” yang melindungi identitas anaknya. Ia menciptakan realitas alternatif bahwa pindah sekolah adalah pilihan yang menyenangkan, bukan akibat dari kesalahan. Ini adalah bentuk dari proyeksi simbolik yang dibungkus dalam fase imajiner, di mana realitas disampaikan bukan secara langsung, tetapi melalui “cermin” yang disesuaikan dengan dunia anak.

Totto-Chan yang masih dalam usia kanak-kanak menerima realitas ini apa adanya. Ia belum mampu menyadari struktur sosial yang lebih kompleks (ranah simbolik) dan masih hidup dalam konstruksi identitas yang dibentuk melalui refleksi dari orang-orang terdekat. Dalam hal ini, Mama membantu membentuk imaji Totto-Chan tentang dirinya sebagai anak yang tetap baik dan pantas, meskipun sebenarnya dikeluarkan dari sekolah.

Dengan demikian, tindakan Mama tidak hanya melindungi Totto-Chan secara emosional, tetapi juga memperlihatkan dinamika bagaimana fase imajiner bekerja dalam membentuk persepsi diri anak berdasarkan narasi yang disampaikan orang tua.

Aspek Simbolik Tokoh Utama dalam Novel Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela Karya Tetsuko Kuryanagi

Aspek simbolik merupakan tahap di mana seseorang mulai mengenali dirinya dan lingkungan sekitar melalui bahasa serta aturan sosial yang berlaku. Pada tokoh Totto-Chan, aspek ini tampak jelas ketika ia mulai bersekolah di Tomoe Gakuen, sebuah sekolah yang berbeda jauh dengan tempat sebelumnya. Di sana, Totto-Chan diterima sepenuhnya oleh guru, kepala sekolah, dan teman-temannya, sehingga ia memperoleh lingkungan yang mendukung perkembangan dirinya. Dengan merasa dihargai dan dimengerti, Totto-Chan dapat menyerap dan menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta norma yang ada di sekitarnya. Keinginan Totto-Chan untuk diakui sebagai pribadi yang unik dan diterima oleh orang lain pun terpenuhi, sehingga berkontribusi pada pertumbuhan psikologisnya secara positif.

Totto-chan merasa dia telah bertemu dengan orang yang benarbenar disukainya. Belum pernah ada orang yang mau mendengarkan dia sampai berjam-jam seperti kepala sekolah. Lebih dari itu, kepala sekolah sama sekali tidak menguap atau tampak bosan. Dia selalu tampak tertarik pada apa yang diceritakan Totto-chan, sama seperti Totto-chan sendiri.
Kutipan tersebut menggambarkan bahwa Totto-Chan merasa keinginannya untuk bersekolah di sekolah kereta itu telah terpenuhi. Ia diterima di Tomoe Gakuen setelah melalui percakapan panjang tanpa henti, di mana ia bebas menceritakan berbagai pengalaman dan pikirannya. Kepala sekolah meminta Totto-Chan untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan, sebuah proses yang menunjukkan penghargaan terhadap suara dan identitas uniknya.

Dalam perspektif teori psikoanalisis Jacques Lacan, momen ini mencerminkan aspek simbolik, yaitu tahap di mana seseorang mulai memahami dirinya dan dunia melalui bahasa, aturan, dan norma sosial. Dengan kemampuan Totto-Chan untuk berbicara dan diterima oleh lingkungan sekolah baru, ia memasuki ranah simbolik yang memungkinkan dirinya membangun identitas sosial yang diakui. Penerimaan dan komunikasi melalui bahasa ini membantu Totto-Chan menginternalisasi nilai-nilai serta norma yang berlaku, sehingga membentuk perkembangan psikologisnya yang lebih matang dan rasa keinginannya untuk diakui sebagai individu yang unik dapat terpenuhi.


Penutup
Melalui analisis dengan pendekatan teori psikoanalisis Jacques Lacan, dapat dipahami bahwa perkembangan psikologis tokoh Totto-Chan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara hasrat, lingkungan, dan struktur ketidaksadaran yang meliputi tatanan Real, Imajiner, dan Simbolik. Pada tatanan Real, Totto-Chan memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tuanya yang penuh kasih sayang dan pengertian, sehingga ia tumbuh sebagai anak yang percaya diri dan bebas berekspresi. Hal ini menjadi fondasi awal bagi pembentukan identitas dan hasratnya.

Namun, ketika memasuki lingkungan sekolah yang kaku dan penuh aturan, Totto-Chan mengalami kecemasan dan ketidakpastian, yang merupakan bagian dari tatanan Imajiner. Ia merasa tidak diterima dan dianggap berbeda oleh guru serta lingkungan sekolah sebelumnya, sehingga membentuk citra diri yang kurang positif dan menimbulkan perasaan tidak aman. Di sinilah muncul konflik internal antara hasratnya untuk diterima dan realitas lingkungan yang menolaknya.

Tatanan Simbolik menjadi titik balik bagi Totto-Chan ketika ia pindah ke Tomoe Gakuen, sebuah sekolah yang sangat berbeda dari sekolah pada umumnya. Di sini, Totto-Chan mendapatkan penerimaan, penghargaan, dan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri. Lingkungan baru ini memungkinkan Totto-Chan untuk menginternalisasi nilai-nilai dan norma yang positif, sehingga ia dapat membangun identitas yang lebih utuh dan percaya diri. Hasratnya untuk diterima dan diakui sebagai individu yang unik pun terpenuhi, sehingga ia berkembang secara psikologis dan emosional.

Dengan demikian, kisah Totto-Chan tidak hanya menjadi kisah inspirasi tentang pentingnya pendidikan yang humanis dan inklusif, tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang bagaimana lingkungan sosial dapat membentuk dan mengubah struktur kejiwaan seseorang. Teori psikoanalisis Lacan memberikan perspektif yang mendalam dalam memahami proses pembentukan subjek, khususnya pada masa kanak-kanak. Melalui analisis ini, kita semakin menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi yang unik dan berhak untuk diterima sepenuhnya, tanpa harus tunduk pada standar yang kaku dan mengekang pendidikan yang memahami kebutuhan psikologis anak.


Penulis:
Syntia Maharani
Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Univeristas Andalas Padang



Daftar Pustaka:

Kuroyanagi, Tetsuko. Totto-Chan: The Little Girl at the Window. Diterjemahkan oleh Dorothy Britton. Tokyo: Kodansha International, 1984. (atau edisi bahasa Indonesia: Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela, Penerjemah: Widya Kirana, Gramedia Pustaka Utama, tahun sesuai edisi).

Lacan, Jacques. Écrits. Diterjemahkan oleh Bruce Fink. New York: W.W. Norton & Company, 2006.

Kuroyanagi, T. (2018). Totto-Chan: Gadis cilik di jendela (Penerjemah: P. Soetardi). Gramedia Pustaka Utama. (Karya asli diterbitkan tahun 1981)

Maleja, W., Baruadi, M. K., & Bagtayan, Z. A. (2022). Proses Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama Dalam Novel “Totto-Chan: Gadis Cilik Di Jendela” Karya Tetsuko Kuroyanagi (Kajian Psikoanalisis Jacques Lacan). Jambura Journal of Linguistics and Literature, 3(2).Manik, S. “Psikoanalisis Lacan dalam Karya Sastra: Studi Kasus pada Cerpen Indonesia.” Jurnal Bahasa dan Sastra, vol. 4, no. 2, 2016, hlm. 120-135.

List Of Upcoming Korean Dramas and Japanese Dramas July 2025

0
 



Campusnesia.co.id - This is List Of Upcoming Korean Dramas and Japanese Dramas July 2025, Dont miss it.


July 1-7
- 40 Made ni Shitai 10 no Koto (TV Tokyo)

- Ameagari no Bokura ni Tsuite (TV Tokyo)

- Ashita wa Motto, Ii Hi ni Naru (Fuji TV)

- Bitch and Rich 2 (Wavve)

- Doctor Price (NTV)

- DOPE (TBS)

- Kaibutsu (WOWOW)

- Kita-kun ga Kawai Sugite Te ni Amaru node, Sannin de Share Suru Koto ni Shimashita (Fuji TV)

- Law and the City (tvN)

- Love is for the Dogs (TBS)

- Renai Kinshi (NTV)

- Revenge Spy (TV Asahi)


July 8-14
- Ai no, Gakko (Fuji TV)

- Bokutachi wa Mada Sono Hoshi no Kosoku wo Shiranai (Fuji TV)

- Chihayafuru: Meguri (NTV)

- Daitsuiseki (TV Asahi)

- Housoukyoku Senkyo (NTV)

- Koroshita Otto ga Kaette Kimashita (WOWOW)

- Noumen Kenji (TV Tokyo)

- Saigo no Kanteinin (Fuji TV)

- S Line (Wavve)

- The 19th Medical Chart (TBS)

- The Kidnapping Day (TV Asahi)


July 15-21

- Low Life (Disney+)
Since Oh Hee-Dong (Yang Se-Jong) was little, his uncle Oh Gwan-Seok (Ryu Seung-Ryong) looked after him and led him into the criminal world. Oh Gwan-Seok will do anything to make money and he doesn't care whether it is legal or not. Oh Hee-Dong now works for his uncle. One day, Oh Gwan-Seok receives a request. The request is to salvage treasures from a sunken ship off the waters of Shinan, South Jeolla Province. Oh Gwan-Seok senses an opportunity to make a fortune, but rumors and gossip about the ship attracts all sorts of people to the area.

- Shiawasena Kekkon (TV Asahi)

- The Defects (ENA)

- The Nice Guy (JTBC)
Park Seok-Cheol (Lee Dong-Wook) is the eldest grandson of a three generation crime family. Unlike the people in his background, he is an innocent man who has a pure love for Kang Mi-Young (Lee Sung-Kyung). She is his first love and she dreams of becoming a singer.

- Ubai Ai, Manatsu (TV Asahi)


July 22-31
- Glass Heart (Netflix)

- My Girlfriend is a Tough Guy (KBS2)

- Stingers (Fuji TV)

- Trigger (Netflix)
The purchase, selling, or owning of a gun are banned in South Korea. There's almost zero crime cases involving guns in the country. Things change quickly. Illegal guns, from unknown sources, are brought into the country and gun incidents proliferate.

Yi-Do (Kim Nam-Gil) is a righteous detective. In his past, he served in the military as a sniper. Now, Yi-Do struggles to stop a series of gun incidents and chases after the source of the illegal firearms.

Moon-Baek (Kim Young-Kwang) is a key figure in the underground arms broker world. He acts like an easy going person, but he is a person who meticulously plans out his actions and then puts his plan into action. These two men, Yi-Do and Moon-Baek, hold a gun for their own reasons.

-Try: a Miracle in Us (SBS)
Joo Ka-Ram (Yoon Kye-Sang) used to be a rugby player who was the hope for Korean rugby. He had talent and star potential, but a drug scandal ruined everything. All of the sports media covered his drug scandal. He retired from the sport under the stigma of a drug addict. 3 years later, he returns as a contract coach for the high school rugby team where he once played for. The high school rugby team is the weakest team in its league. As a coach, Joo Ka-Ram shows unrivaled charisma and an uncompromising leadership ability. He also reunites with his ex-girlfriend Bae Yi-Ji (Lim Se-Mi), who is a shooting coach at the same high school. They dated for 10 years, but, after his drug scandal, Joo Ka-Ram disappeared. Now, they reunite again while working at the same high school.

Meanwhile, the rugby team has 7 players including its captain Yoon Seong-Joon (Kim Yo-Han). Yoon Seong-Joon is in the 3rd year of high school. He has a twin brother who is a member of the junior national soccer team. Yoon Seong-Joon also played soccer in the past, but he switched to rugby due to his lack of talent. He is twisted by envy and feels inferior toward people with talent. Yet, Yoon Seong-Joon is a hard-working person who wants to be recognized in sports.

Daftar Film Korea dan Jepang Tayang Bulan Juli 2025 Catat Tanggal Mainnya

0
 



Campusnesia.co.id - Selamat datang bulan Juli, tak terasa tahu 2025 sudah berlalu setengan jalan dan kali ini menemanikan semester kedua sobat pembaca, Campusnesia bahal menghadirkan informasi tentang Daftar Film Korea dan Jepang Tayang Bulan Juli 2025.

Apa saja? ini dia daftarnya:


1, Baban Baban Ban Vampire - Film Jepang Tayang 4 Juli 2025
Ranmaru Mori (Ryo Yoshizawa) bekerja di pemandian umum sebagai pekerja paruh waktu. Dia sebenarnya adalah vampir berusia 450 tahun. Dalam pencarian cita rasa tertinggi, yaitu darah perawan berusia 18 tahun, dia menjaga Rihito Tatsuno (Rihito Itagaki) yang berusia 15 tahun, yang merupakan putra tunggal pemilik pemandian umum. Suatu hari, Rihito Tatsuno jatuh cinta pada pandangan pertama dengan teman sekelasnya Aoi Shinozuka (Nanoka Hara). Jika cinta Rihito Tatsuno menjadi kenyataan, itu berarti dia akan berada dalam bahaya kehilangan keperawanannya. Dalam situasi putus asa yang tiba-tiba, Ranmaru Mori memutuskan untuk menghentikan Rihito Tatsuno dari melangkah lebih jauh dengan cinta sejatinya.


Berdasarkan serial manga "Baban Baban Ban Vampire" oleh Hiromasa Okujima (pertama kali diterbitkan 13 Oktober 2021 di Bessatsu Shonen Champion).


2. Natsu no Suna no Ue - Film Jepang Tayang 4 Juli 2025
Kehidupan Osamu Koura (Joe Odagiri) terhenti setelah kehilangan putranya yang masih kecil. Karena rasa kehilangan yang dirasakannya, ia berpisah dari istrinya Keiko Koura (Takako Matsu). Bahkan setelah galangan kapal tempatnya bekerja bangkrut, ia belum menemukan pekerjaan baru. Suatu hari, adik perempuannya (Hikari Mitsushima) memintanya untuk tinggal bersama putrinya yang berusia 17 tahun, Yuko (Akari Takaishi), dan ia meninggalkannya bersamanya. Adik perempuannya adalah seorang ibu tunggal dan Yuko tumbuh tanpa mengenal kasih sayang dari seorang ayah. Osamu Koura dan Yuko tiba-tiba mulai hidup bersama. Saat mereka mulai hidup bersama, mereka menghadapi rasa sakit yang mereka miliki dan menemukan secercah harapan.

Film ini berdasarkan drama teater tahun 1998 "Natsu no Suna no Ue," yang naskahnya ditulis oleh Masataka Matsuda.


3. Wall to Wall - Film Korea Tayang 18 Juli 2025
Woo-Sung (Kang Ha-Neul) adalah seorang pekerja kantoran biasa berusia 30-an. Ia telah berhasil membeli apartemennya sendiri, yang merupakan impiannya sejak lama. Untuk membeli apartemen tersebut, ia menggunakan semua tabungannya, mengambil pinjaman, dan bahkan menggunakan ladang bawang putih milik ibunya. Ia kini tengah berjuang untuk melunasi pinjaman berbunga tinggi tersebut. Yang memperburuk keadaan, ia menderita suara bising terus-menerus dari lantai tetangga. Karena suara bising tersebut, ia terlibat konfrontasi tajam dengan para tetangganya. Woo-Sung kemudian bekerja sama dengan tetangganya di lantai atas, Jin-Ho (Seo Hyun-Woo) untuk mencari sumber suara tersebut. Sementara itu Eun-Hwa (Yum Hye-Ran) adalah seorang perwakilan penghuni kompleks apartemen dan ia berusaha menjaga kedamaian di gedung tersebut.


4. Omniscient Reader - Film Korea Tayang 23 Juli 2025
Kim Dok-Ja (Ahn Hyo-Seop) adalah seorang pekerja kantoran biasa. Ia adalah penggemar berat web novel fantasi yang kurang dikenal "Three Ways to Survive in a Ruined World," yang baru saja menyelesaikan 10 tahun penayangannya. Kim Dok-Ja adalah satu-satunya orang yang telah membaca web novel tersebut hingga akhir dan tahu bagaimana akhirnya. Suatu hari, Kim Dok-Ja menghadapi dunia yang berubah menjadi web novel "Three Ways to Survive in a Ruined World." Sementara itu, Yoo Joong-Hyeok (Lee Min-Ho) adalah tokoh utama dalam "Three Ways to Survive in a Ruined World." Ia memiliki kemampuan khusus untuk hidup kembali setelah ia meninggal. Ia adalah pria tampan dengan keterampilan bertarung yang luar biasa.


Yoo Joong-Hyeok dan Kim Dok-Ja memulai perjalanan epik untuk menyelamatkan dunia. Orang-orang di sekitar mereka termasuk Yoo Sang-A (Chae Soo-Bin), Lee Hyeon-Seong (Shin Seung-Ho), Gong Pil-Doo (Park Ho-San), Jung Hee-Won (Nana), Han Myeong-O (Choi Young-Joon) dan Lee Ji-Hye (Kim Ji-Soo).

Berdasarkan novel web "Jeonjijeok Dokja Shijeom" karya Sing Shong (pertama kali diterbitkan pada 6 Januari 2018 melalui Naver). Proses syuting dimulai pada 5 Desember 2023 dan selesai pada Mei 2024.


5. My Daughter is a Zombie - Film Korea Tayang 30 Juli 2025
Virus zombi tiba-tiba merajalela di mana-mana. Lee Jeung-Hwan (Cho Jung-Seok) adalah seorang ayah tunggal biasa yang membesarkan putrinya Lee Soo-A (Choi Yoo-Ri) sendirian. Sayangnya, Lee Soo-A digigit zombi. Lee Jeung-Hwan membawa putrinya ke kampung halamannya tempat ibunya Kim Bam-Soon (Lee Jung-Eun) tinggal. Ia berjuang untuk melindunginya.



Berdasarkan komik web "Zombiega Dweeeobeorin Naui Ddal" oleh Lee Yoon-Chang (diterbitkan 22 Agustus 2018 - 17 Juni 2020 melalui Naver).



Totto-chan: Sebuah Studi Kasus tentang Dinamika Id, Ego, dan Super Ego dalam Pembentukan Karakter

0
 



Campusnesia.co.idNovel Totto-chan Si Gadis Keci di Tepi Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi yang terbit pada tahun 1981. Merupakan karya sastra yang menggambarkan perjalanan jiwa seorang anak perempuan bernama Totto-chan dalam menghadapi dunia pendidikan dan lingkungan sosialnya. Novel ini tidak hanya bercerita tentang pengalaman masa kecil, tetapi juga mengandung dimensi psikologis yang mendalam. Dalam kajian psikologi sastra, terutama yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, karya sastra dipandang sebagai cerminan alam bawah sadar manusia, termasuk konflik batin dan perkembangan kepribadian tokoh di dalamnya. Freud membagi aspek kepribadian menjadi tiga komponen utama yaitu id, ego, dan superego, yang berperan dalam membentuk perilaku dan psikologi individu. Essay ini akan membahas bagaimana teori psikologi sastra Freud dapat diterapkan untuk memahami karakter dan perkembangan jiwa Totto-chan dalam novel tersebut. 


Pembahasan
Menurut Sigmund Freud, kepribadian manusia terdiri dari tiga komponen utama yaitu id, ego, dan superego. Id merupakan dorongan naluriah yang beroperasi di alam bawah sadar dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dan hasrat tanpa memperhatikan realitas. Ego berfungsi sebagai penengah antara id dan dunia nyata, beroperasi di tingkat sadar dan bertugas menyesuaikan dorongan id dengan norma sosial. Sedangkan superego adalah bagian kepribadian yang berisi nilai moral dan norma yang dipelajari dari lingkungan sosial, berfungsi mengontrol dan mengarahkan ego agar bertindak sesuai dengan aturan. Dalam konteks sastra, teori ini digunakan untuk menganalisis karakter tokoh dan konflik psikologis yang mereka alami, karena karya sastra sering kali mencerminkan kondisi jiwa dan alam bawah sadar pengarang maupun tokoh dalam cerita.

Dalam novel ini Totto-chan, karakter utama Totto-chan, memperlihatkan perubahan dan perkembangan kepribadian yang unik dan menarik untuk dianalisis dengan menggunakan teori Sigmund Freud. Totto-chan adalah anak yang penuh rasa ingin tahu dan ekspresif. Id Totto-chan tampak jelas dalam keinginannya untuk bebas berekspresi dan bermain sesuai dengan naluri kanak-kanak, seperti, bermain, belajar, dan berinteraksi secara bebas, tanpa dibatasi oleh norma ketat yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Ketika ia dikeluarkan dari sekolah karena perilakunya yang dianggap tidak sesuai, hal ini mencerminkan konflik antara dorongan id-nya dan aturan yang diwakili oleh superego lingkungan sekolah.

Ego Totto-chan berfungsi sebagai penengah antara keinginan alami dan tuntutan realitas. Ego Totto-chan berkembang seiring dengan pengalamannya di sekolah baru yang lebih memahami kebutuhan psikologis anak, yaitu Tomoe Gakuen. Di sekolah ini, guru dan lingkungan mendukung perkembangan ego yang sehat dengan menyeimbangkan antara keinginan id dan tuntutan superego. Metode pembelajaran yang kreatif dan penuh kasih sayang memungkinkan ego Totto-chan untuk menyesuaikan diri dan berkembang tanpa harus menekan dorongan naluriah yang ada dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bagaimana ego berfungsi sebagai mediator yang mampu mengggabungkan kebutuhan bawah sadar dan realitas sosial secara baik.

Superego Totto-chan juga mulai terbentuk melalui interaksi dengan guru dan teman-temannya di sekolah baru. Seperti, ketika ia menceritakan banyak hal kepada bapak kepala sekolah Tomoe Gakuen dan bernyanyi bersama teman-temannya sebelun makan. Nilai-nilai moral dan norma yang diajarkan secara tidak langsung membentuk kesadaran moralnya, sehingga ia belajar menghargai aturan yang ada namun dengan cara yang lebih manusiawi dan sesuai dengan perkembangan psikologisnya. Proses ini menunjukkan perkembangan superego yang sehat, yang tidak menindas id secara berlebihan, melainkan mengarahkan perilaku Totto-chan ke arah yang positif.

Ada perubahan signifikan dalam kepribadian Totto-chan setelah ia berada di Sekolah Tomoe. Sebelumnya, Totto-chan dianggap nakal dan berbeda oleh guru-guru di sekolah lamanya karena tingkah lakunya yang penuh rasa ingin tahu dan sulit dikendalikan. Ia merasa dianggap aneh dan kurang mendapatkan perhatian yang memadai, sehingga muncul rasa tidak aman dan kurang percaya diri. Setelah pindah ke Sekolah Tomoe, yang menerapkan metode pendidikan humanistik dan inklusif oleh kepala sekolah Sosaku Kobayashi, Totto-chan mengalami perubahan positif yang cukup baik. Di sekolah ini, ia diterima apa adanya, diberikan kebebasan untuk mencari tahu, dan didukung untuk mengembangkan potensinya tanpa tekanan aturan yang ketat. Hal ini membuat Totto-chan merasa aman, nyaman, dan sangat bersemangat untuk belajar dan beraktivitas di sekolah. Ia menjadi lebih percaya diri, ceria, dan penuh semangat, bahkan setiap pulang sekolah selalu bercerita dengan antusias tentang pengalaman dan kegiatannya.

Novel ini, menggambarkan bagaimana pengalaman masa kecil dan lingkungan sekitar berperan penting dalam perkembangan kepribadian Totto-chan. Sigmund Freud menekankan bahwa pengalaman masa kanak-kanak sangat menentukan pembentukan kepribadian dewasa. Dalam novel ini, pola asuh orang tua yang peduli dan lingkungan sekolah yang mendukung sangat membantu pada perkembangan mental Totto-chan yang sehat dan bahagia. Hal ini sesuai dengan pandangan Sigmund Freud bahwa keseimbangan antara id, ego, dan superego yang didukung oleh lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang berkembang dan konsisten.

Dalam novel ini juga, Totto-chan menunjukkan kemampuan adaptasi yang baik meskipun menghadapi penolakan dan ketidakpahaman dari lingkungan awalnya. Mekanisme pertahanan seperti sublimasi terlihat ketika Totto-chan menyalurkan energi dan keinginannya melalui kegiatan belajar dan bermain di sekolah baru yang lebih mendukung. Perkembangan psikologis Totto-chan dalam novel ini juga menunjukkan bagaimana lingkungan yang suportif sangat penting bagi pembentukan kepribadian yang sehat. Peran orang tua dan guru yang peduli terhadap kebutuhan mental anak menjadi faktor utama yang membantu Totto-chan mengatasi konflik internal dan menumbuhkan ego yang kuat dan superego yang seimbang seperti yang telah di jelaskan sebelumnya.

Selain itu, novel ini juga dapat dilihat sebagai ekspresi dari alam bawah sadar pengarangnya, Tetsuko Kuroyanagi, yang menanamkan pengalaman dan nilai-nilai hidupnya ke dalam tokoh Totto-chan. Sesuai dengan teori psikologi sastra Sigmund Freud, karya sastra merupakan cerminan jiwa pengarang yang mengolah pengalaman bawah sadar menjadi bentuk narasi yang bermakna. Novel ini bukan hanya cerita anak-anak, tetapi juga ekspresi psikologis yang mendalam tentang kebebasan, kreativitas, dan perkembangan jiwa manusia.


Penutup
Novel Totto-chan Si Gadis Kecil di Tepi Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi ini, memberikan gambaran yang kaya tentang perkembangan psikologis seorang anak melalui pengalaman pendidikan dan lingkungan sosialnya. Dengan menggunakan teori psikologi sastra Sigmund Freud, kita dapat memahami bagaimana struktur kepribadian id, ego, dan superego berperan dalam membentuk karakter Totto-chan serta bagaimana konflik dan penyesuaian antara ketiganya terjadi dalam cerita hidupnya. Novel ini juga menegaskan pentingnya lingkungan yang mendukung bagi perkembangan jiwa anak agar dapat tumbuh secara sehat dan bahagia. Melalui analisis psikoanalisis, karya ini tidak hanya menjadi bacaan yang dapat menyentuh hati, tetapi juga sumber wawasan psikologis yang mendalam tentang perubahan dan perkembangan kepribadian manusia.


Penulis:
Pitri Pramugita
Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas Padang


Referensi:
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/10463/7386/17780
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/kala/article/download/9598/pdf_1
https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjll/article/download/18368/5877
https://eprints.unm.ac.id/7016/1/Artikel%20Windasari.pdf

Pendidikan yang Humanistik: Analisis Carls Rogers atas Novel Totto-Chan Si Gadis Kecil di Tepi Jendela Karya Kuroyanagi Tetsuko

0
 



Campusnesia.co.id - Sastra memiliki peranan penting dalam menggambarkan realitas kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan, serta dinamika psikologis dan sosial masyarakat. Salah satu karya sastra yang memuat nilai-nilai tersebut adalah Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi. Novel ini bukan hanya sebuah kisah anak-anak biasa, tetapi juga catatan memori penulis tentang masa kecilnya yang mengesankan saat bersekolah di Tomoe Gakuen, sebuah sekolah alternatif yang dipimpin oleh Kepala Sekolah Kobayashi. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1981 di Jepang dan sejak itu menjadi buku yang sangat populer, bahkan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di seluruh dunia.

Konsep inti yang menonjol dalam Totto-chan adalah pendidikan humanis. Pendidikan humanis menekankan pentingnya pengembangan potensi individu secara holistik, meliputi aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral. Berbeda dengan sistem pendidikan tradisional yang seringkali kaku dan berorientasi pada nilai akademis semata, pendidikan humanis menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran. Dalam konteks novel, sekolah Tomoe Gakuen yang didirikan oleh Kepala Sekolah Kobayashi adalah representasi ideal dari pendidikan humanis.

Menurut pendekatan teori humanistik dari Abraham Maslow sangat relevan. Maslow, seorang psikolog humanistik, mengembangkan teori hierarki kebutuhan manusia, yang menjelaskan bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu sebelum dapat mencapai aktualisasi diri. Penerapan teori Maslow juga tampak dalam cara sekolah ini menangani siswa dengan kebutuhan khusus. Di Tomoe Gakuen, anak-anak dengan disabilitas belajar bersama dengan siswa lainnya tanpa diskriminasi. Hal ini mencerminkan pemenuhan kebutuhan sosial dan harga diri semua siswa, termasuk mereka yang sering kali terpinggirkan dalam sistem pendidikan konvensional. Lingkungan yang inklusif seperti ini memungkinkan semua anak merasa diterima, dihargai, dan percaya diri.

Selain itu, karakter Kepala Sekolah Kobayashi juga dapat dilihat sebagai representasi dari pemimpin pendidikan yang humanistik. Ia tidak hanya mengatur proses belajar-mengajar, tetapi juga membangun relasi emosional yang kuat dengan siswa. Ia mendengarkan mereka dengan empati, memperhatikan kesejahteraan mereka, dan menciptakan suasana yang menyenangkan di sekolah. Ini sesuai dengan pandangan Maslow bahwa lingkungan yang mendukung dan aman sangat penting untuk perkembangan psikologis anak.

Beberapa ciri utama pendidikan humanis yang tergambar dalam Totto-chan meliputi:

• Berpusat pada Anak : Anak-anak diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang ingin mereka pelajari terlebih dahulu, sesuai dengan minat dan kecepatan mereka sendiri. Ini memungkinkan proses belajar yang lebih menyenangkan dan efektif karena didasarkan pada motivasi intrinsik anak. Totto-chan, yang sebelumnya dianggap "nakal" dan "berbeda" di sekolah lamanya, justru berkembang pesat di Tomoe Gakuen karena pendekatannya yang berpusat pada anak.


• Penghargaan terhadap Individualitas : Setiap anak di Tomoe dihargai keunikan dan individualitasnya. Kepala Sekolah Kobayashi tidak mencoba "membetulkan" atau menyeragamkan anak-anak, melainkan memahami dan mengakomodasi kebutuhan serta karakteristik mereka yang beragam. Ini terlihat dari penerimaannya terhadap Totto-chan yang energik dan imajinatif, serta anak-anak lain dengan disabilitas fisik atau tantangan belajar tertentu.

• Pengembangan Keterampilan Sosial dan Emosional : Interaksi antar siswa dan antara siswa dengan guru sangat ditekankan. Kegiatan seperti makan siang bersama di luar ruangan, piknik, dan kunjungan ke Kuil Meiji memperkuat ikatan sosial dan mengajarkan empati. Anak-anak belajar bagaimana berinteraksi dalam kelompok, menyelesaikan konflik, dan memahami perasaan orang lain.

• Pembelajaran Berbasis Pengalaman : Kurikulum di Tomoe tidak hanya terbatas pada buku teks. Anak-anak belajar melalui pengalaman langsung, seperti menanam sayuran di kebun sekolah, membersihkan halaman, atau melakukan perjalanan ke luar kota. Pendekatan ini membuat pembelajaran lebih relevan, konkret, dan bermakna.


Latar Belakang

Totto-chan, tokoh utama dalam novel ini, digambarkan sebagai anak yang aktif, ingin tahu, dan penuh energi. Karena perilakunya dianggap mengganggu oleh sekolah lamanya, ia dikeluarkan dari sekolah dan akhirnya bersekolah di Tomoe Gakuen. Di sana, ia menemukan lingkungan yang sangat berbeda, sekolah dengan gerbong kereta sebagai ruang kelas, guru-guru yang sabar, serta kepala sekolah yang peduli dan memahami dunia anak-anak. Hal inilah yang menjadi inti dari novel ini sebuah kritik lembut terhadap sistem pendidikan yang terlalu menekankan pada disiplin kaku dan keseragaman, dan sekaligus menjadi sebuah pujian terhadap sistem pendidikan yang memanusiakan anak.


Novel ini menjadi penting untuk dikaji karena menawarkan sudut pandang yang segar mengenai pendidikan. Dalam dunia modern yang masih banyak terjebak pada sistem pendidikan berbasis ujian dan standar, Totto-chan menjadi pengingat bahwa pendidikan seharusnya berfokus pada anak itu sendiri pada kebahagiaannya, rasa ingin tahunya, dan keunikannya. Pesan ini menjadi sangat relevan dalam konteks pendidikan masa kini yang mulai mengarah ke pendekatan pendidikan humanistik, yaitu pendidikan yang menghargai perbedaan dan menyesuaikan proses belajar dengan kebutuhan individu anak.

Latar belakang budaya dan sejarah Jepang juga memperkaya isi novel ini. Berlatar pada masa sebelum dan saat Perang Dunia II, novel ini tidak hanya memperlihatkan kehidupan sehari-hari anak-anak Jepang, tetapi juga menunjukkan bagaimana sistem pendidikan saat itu mulai berubah sebagai respons terhadap ketegangan zaman. Meski tidak secara langsung menyinggung isu-isu politik atau perang, narasi dalam Totto-chan tetap menghadirkan gambaran sosial yang kuat tentang pentingnya menciptakan ruang yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak, bahkan di tengah kondisi dunia yang tidak menentu.


Pembahasan

a. Pendidikan Humanistik dalam Perspektif Carl Rogers
Carl Rogers adalah salah satu tokoh utama dalam aliran psikologi humanistik yang menekankan pada potensi individu untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang mendukung. Menurut Rogers, setiap manusia memiliki self-actualizing tendency, yaitu kecenderungan alami untuk mencapai pertumbuhan pribadi dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri. Dalam konteks pendidikan, Rogers menekankan pentingnya lingkungan belajar yang bebas dari ancaman, penuh empati, dan menghargai individualitas siswa.

b. Penerapan Teori Carl Rogers dalam Novel Totto-chan
Dalam novel ini, karakter Kobayashi, Kepala Sekolah Tomoe Gakuen, merupakan figur ideal dari pendidik humanistik versi Carl Rogers. Beliau memperlakukan murid-muridnya dengan penuh cinta, tanpa menghakimi, dan selalu berusaha memahami latar belakang serta kebutuhan masing-masing anak. Hal ini sangat sejalan dengan konsep dari Rogers, di mana pendidik menerima anak apa adanya, bukan berdasarkan perilaku atau prestasi mereka.
Contoh nyata dari penerimaan tanpa syarat terlihat ketika Totto-chan pertama kali bertemu kepala sekolah. Meskipun Totto-chan dianggap “nakal” oleh sekolah lamanya dan banyak bercerita selama wawancara, kepala sekolah dengan sabar mendengarkannya selama berjam-jam tanpa memotong. Tindakan ini mencerminkan empati dan penerimaan yang tulus prinsip dasar dari pendekatan Rogers.

c. Kebebasan Belajar dan Peran Guru sebagai Fasilitator
Salah satu aspek terpenting dari teori Carl Rogers adalah bahwa guru bukanlah pusat pengetahuan, melainkan fasilitator yang menciptakan lingkungan kondusif bagi proses belajar. Dalam Tomoe Gakuen, siswa diperbolehkan memilih urutan pelajaran yang ingin mereka kerjakan setiap hari. Sistem ini mencerminkan prinsip “freedom to learn”, di mana anak-anak diberi otonomi dan tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.

d. Aktualisasi Diri Anak dalam Lingkungan yang Mendukung
Rogers percaya bahwa jika seseorang hidup dalam lingkungan yang kondusif yaitu penuh penerimaan, empati, dan kejujuran maka ia akan mampu mencapai aktualisasi diri, yakni menjadi pribadi yang utuh dan berkembang. Novel Totto-chan memperlihatkan bagaimana seorang anak yang dianggap “bermasalah” oleh sekolah konvensional, justru tumbuh dengan baik di lingkungan pendidikan yang mendukung dan menghargai keunikan dirinya.


Kesimpulan

Novel Totto-chan: Si Gadis Kecil di Tepi Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi merupakan karya sastra dengan nilai-nilai pendidikan dan kemanusiaan. Melalui kisah nyata masa kecil Totto-chan di Tomoe Gakuen, pembaca diajak untuk melihat bagaimana pendidikan yang bersifat humanistik dapat membentuk karakter anak menjadi pribadi yang lebih percaya diri, kreatif, dan peduli terhadap sesama. Tokoh Kepala Sekolah Kobayashi menjadi simbol penting dari sosok pendidik ideal, yang memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang, empati, dan penghargaan terhadap keunikan masing-masing individu. 

Nilai-nilai seperti kebebasan belajar, inklusivitas, penghargaan terhadap perbedaan, dan pentingnya hubungan emosional yang sehat antara guru dan murid tercermin kuat dalam novel ini. Pendekatan ini sangat selaras dengan pandangan tokoh psikologi humanistik seperti Carl Rogers, yang menekankan bahwa proses belajar yang efektif hanya bisa terjadi dalam lingkungan yang mendukung, aman, dan penuh penerimaan tanpa syarat.

Dengan gaya penulisan yang sederhana namun menyentuh, Totto-chan tidak hanya berhasil menyampaikan kisah yang menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya menciptakan sistem pendidikan yang berpihak pada anak. Novel ini relevan tidak hanya di zamannya, tetapi juga hingga kini, sebagai cermin dan kritik terhadap sistem pendidikan yang sering kali terlalu menuntut dan mengabaikan aspek emosional serta psikologis anak.


Penulis:
Muhammad Yazid Habibillah
Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas



Referensi:
• Kuroyanagi, T. (2008). Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela (terj. Pakuan N). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

• Rogers, C. R. (1969). Freedom to Learn: A View of What Education Might Become. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

• Rogers, C. R. (1961). On Becoming a Person: A Therapist's View of Psychotherapy. Boston: Houghton Mifflin.

• Rogers, C. R. (1980). A Way of Being. Boston: Houghton Mifflin.

• Corey, G. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (9th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole.