Ngomongin Brainly, Situs Tempat Pelajar Mencari Jawaban Tugas Sekolah dan Paradigma Siswa Pintar Pandai Menghafal

 


Campusnesia.co.id - Masih segar diingatan penulis, saat menjalani jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA sebelum era smartphone setiap kali ada PR mengerjakan soal di LKS (Lembar Kerja Siswa) maka setidaknya harus membaca rangkuman materi dan buku paket untuk menemukan setiap jawaban.

Hal berbeda dengan cara pelajar hari ini dalam mengerjakan PR dari sekolah. Apalagi selama pandemi yang memberlakukan pembelajaran jarak jauh dengan online.

Untuk mengerjakan soal banyak siswa jaman sekarang memanfaatkan bantuan dari mbah Google, uniknya mereka tak bahkan tak perlu mengetik kata kunci yang hendak dicari di kolom pencarian.

Cukup menekan tombol ikon microphone atau google assisten dan mengucapkan mantra "Ok Google, sebutkan contoh toleransi di lingkungan sekolah" selang sepersekian detik terdengarlah suara dari mbak Google "berikut adalah informasi dari (menyebutkan sumber) dan memunculkan daftar jawaban" siswa tinggal copy dan paste atau tulis ulang jawabanya tersebut.

Jadi ingat kata bu Sisca Soewitomo yang legendaris "Bagaimana pemirsa, mudah bukan cara membuatnya? selamat mencoba..."

Selain menggunakan google assistant dan google voice, situs paling populer di kalangan pelajar dalam menjawab soal dan ulangan dari sekolah adalah Brainly.

Sebuah situs yang konsepnya tanya jawab seputar dunia pendidikan, pengguna dibagi menjadi dua, yaitu penanya dan penjawab.

Bagi akun yang menjawab terdapat sistem rating dan poin, berapa jumlah jawaban, dari jumlah jawaban tersebut berapa yang masuk kategori Tercerdas, jumlah ucapan terima kasih dan poin yang didapatkan pemberi jawaban.

Poin ini digunakan sebagai alat untuk mengajukan pertanyaan, semakin banyak poin yang didapat dari memberi jawaban, semakin banyak kesempatan untuk bertanya.

Wikipedia menulis, Brainly adalah perusahaan pendidikan berbasis teknologi dan sebuah situs web belajar yang memungkinkan penggunanya untuk saling bertanya dan menjawab pertanyaan terkait dengan pelajaran sekolah secara terbuka ke pengguna lainnya.

Brainly dapat digunakan di Android, iOS dan peramban web dengan menyediakan tiga tingkat pendidikan, yaitu SD, SMP dan SMA serta terdapat 25 kategori mata pelajaran. 

Di Brainly para pengguna dapat menanyakan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan dari pengguna lain, dengan menjawab pertanyaan pengguna lain maka penjawab akan diberi poin sesuai dengan yang ditentukan penanya. 

Pengguna yang menulis pertanyaan akan berkurang poinnya sesuai dengan yang dia inginkan sebagai imbalan bagi penjawab. Poin ini akan dikumpulkan tiap harinya, pengguna yang mendapatkan poin terbanyak akan tampil di halaman utama.

Brainly didirikan oleh Lukasz Haluch, Michal Borkowski dan Tomasz Kraus pada tahun 2009 di Krakow, Polandia dalam versi bahasa Polandia bernama Zadane.pl. 

Karena melihat adanya kemauan siswa dalam membantu sesama dalam menyelesaikan pekerjaan rumah mereka, Brainly bertujuan membuat kegiatan tersebut dapat dilakukan secara daring.

Brainly mengalami perkembangan yang cepat di negara Ukraina, Polandia, Rusia dan Brasil, mencpai 25 juta siswa di seluruh dunia. Kemdian, Brainly mulai memasuki Amerika Serikat dan mendapatkan lebih dari 50.000 pengguna.


Pergeseran paradigma siswa pintar adalah yang pandai menghafal
Munculnya google, smartphone dan aplikasi semacam Brainly membuat pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan yang harus dipahami oleh siswa, orang tua terumata guru dan stakeholder pendidikan di pemerintahan.

Jika dahulu siswa pintar identik dengan mereka yang pandai menghafal buku pelajaran kini hal tersebut nampaknya tak lagi relevan, bayangkan untuk sebuah jawaban mereka tingga bertanya ke mbak Google dengan handphone.

Paradigma yang tepat menurut penulis mestinya adalah Pemahaman materi yang diajarkan, dengan demikian tak perlu lagi menuntut siswa hafal 100 persen pengetian suatu materi tapi cukup dengan memahami, bagaimana mereka menjelaskan dan menjawab sesuai dengan pemahaman yang didapat yang disampaikan dengan susuan kata dan kalimat masing-masing, yang penting isin dan konteksnya buka seberapa sama dengan pengertian dalam buku paket.

Disclaimer, tentu saja ini untuk pelajaran yang sifatnya tidak saklek seperti makna ayat Al Quran dalam pelajaran Agama Islam atau yang lain.

Ketergantungan siswa pada Brainly
Dalam kemudahan yang dihadirkan aplikasi semacam Brainly dan lainnya bukan berarti tanpa efek negatif, misalnya adalah ketergantungan siswa pada kemudahan mendapat jawaban secara instan.

Tak jarang kemudahan ini membawa pada kemalasan memahami materi pelajaran sehingga kesulitan saat ujian denga pengawasan ketat.

Pembelajaran jarak jauh dengan sistem online selama pandemi ini juga memuculkan fenomena baru bahkan saat siswa mengerjakan ulangan, PTS dan UAS yang notabene semestinya dikerjakan tanpa menyontek.

Sekolah tak kurang akal dengan menggunakan aplikasi ulangan, PTS dan UAS khusus, dimana setelah membuka soal selama tes berlangsung HP yang digunakan tak dapat digunakan untuk membuka aplikasi lain seperti Google.

Sayangnya pelajar tak kurang akal, jika Handphonenya dugunakan untuk ulangan, maka mereka meminjam hp dari keluarga lainya untuk mecari jawaban.

Dalam sebuah kesempatan saya pernah menemukan pertanyaan di twitter base sekolah tentang "aplikasi Brainly untuk mahasiswa apa ya?" yang membuktikan bahwa paradigma jawaban hafalan memang harus digeser ke paradigma pemahaman materi.


Ok demikian tadi sobat Campusnesia, postingan kita kali ini tentang Ngomongin Brainly, Situs Tempat Pelajar Mencari Jawaban Ulangan dan PR Sekolah dan perubahan paradigma siswa pintar pandai menghafal yang mestinya dirubah.

Jika ada pendapat lain bisa berbagi pandanga di kolom komentar, semoga bermanfaat sampai jumpa.


Penulis:
Nandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon