Solusi Ide Danusan Selain Jual Risol dan Paid Promote yang Merusak Aesthetic Feed IG Kamu




Campusnesia.co.id -  Istilah Danusan atau dana usaha sudah ada sejak penulis masuk kampus, tepatnya 14 tahun silam. 

Caranyapun beragam yang paling umum pada waktu itu adalah jualan nasi uduk untuk sarapan, awul-awul atau jualan baju layak pakai di car free day atau cetak stiker lalu dijual. 

Belakangan berkembang dengan jualan risol dan aneka merchandise, yang masih sama adalah kalau gak laku dibeli sendiri agar tetap bisa setor target penjualan ke bendahara acara atau organisasi. 

Sejak era media sosial berkembang, ada perubahan variasi danusan, apa yang disebut dengan Paid Promote atau PP, konsepnya menawarkan kepada individu atau pemilik usaha mempromosikan produk dan jasanya lewat penyelenggara acara. 

Makna bebasnya, Paid Promote adalah istilah yang digunakan apabila kita membayar sebuah akun yang memiliki engagement yang tinggi, baik itu selebgram, atau influencer atau akun publik lainnya. Biasanya untuk materi konten berasal dari kita, mereka hanya tinggal mempostingnya di akun mereka.

Promosi berupa gambar dan caption selanjutnya akan di post di Instagram panitia dengan variasi waktu dan jenjang postingan sesuai harga tertentu. 

Program paid promote model ini jadi masalah ketika efektifitasnya tidak terukur, segmentasi audiens, eksposure dan impactnya karena di post oleh akun-akun random. 

Kedua, isi promosi yang kadang gak sesuai, promo apk premium yang belum jelas legalitasnya hingga produk dan jasa yang gak jelas. 

Follower atau teman yang tidak tergabung jadi panitia pasti akan aneh melihatnya, teman IG yang biasa posting kehidupan sehari-hari ujug-ujug jadi posting apk premium buat promosi. 

Tidak sedikit panitia yang merasa terpaksa karena harus ikut-ikutan posting promosi, bisa karena alesan estetik feed ig hingga ya males aja gitu, tak jarang ada oknum.panitia yang tidak memenuhi kewajibannya. 

Apakah model Danus paid promote salah? Tidak. 

Menurut penulis ini cara yang relevan degan perkembangan jaman, apalagi di musim pandemi yang tidak memungkinkan jualan risol dan gorengan. 

Problemnya terletak pada keharusan semua panitia tiba-tiba sosial medianya yang bersifat pribadi jadi ajang promosi, selain masalah estetik, efektifitas dan impact pada klien juga perlu diperhitungkan. 

Solusinya? 

Organisasi mahasiswa atau event sekolah dengan basis masa dan acara rutin kenapa tidak membuat media populer? 

Idealnya bisa membuat portal dan sosial media serta channel youtube dengan bahasan yang menarik dan bermanfaat. 

Jadikan sarana sharing hal yang bermanfaat baik untuk internal maupun khalayak umum sekaligus kolam untuk mengumpulkan audiens atau followers. 

Dengan demikian bisa terukur demografi penikmat kontennya dan jika saatnya dibutuhkan bisa jadi alat jualan untuk ditawarkan kepada perorangan atau usaha untuk promosi produk dan jasa. 

Sederhanaya sepeti konsep akun-alun menfess dan base, ketika sudah rame buka jasa paid promote. 

Dengan demikian tak perlu lagi memaksa panitia atau anggota organisasi ikut-ikutan promosi dan mengganggu privasi. 

Semoga bermanfaat, sampai jumpa.




Penulis
Nandar




===
Baca Juga:



Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon