Raju: Etoser Multitalenta Anak Pembuat Batu Bata



Dulu banyak yang mencibirnya karena hidup dalam kemiskinan dengan hutang keluarga yang menggunung. Namun anak pembuat batu bata ini telah membuktikan, bahwa setiap orang berhak bermimpi. Kini mimpinya berbuah segudang prestasi dan membawanya ke mancanegara. Berikut ini kisah inspiratif dari seorang anak desa.

Raju sekilas seperti nama orang India, namun itu adalah  nama yang disandang oleh pemuda kelahiran Desa Sukolilo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ,sembilan belas tahun lalu. Pemuda bernama lengkap Moh. Khoiruddin Rajulaini ini  merupakan putra dari pasangan Sugianto dan Poni’ah. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani tepatnya sebagai pembuat batu bata di tanah garapan milik salah seorang warga, sedangkan Ibunya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Raju, anak sulung dari dua bersaudara ini sejak kecil gila betul dengan hobi menyanyi. Maka, ketika duduk dibangku kelas dua SD, Raju kecil sudah diminta bergabung dalam grup  rebana ARISMA (Aktivitas Remaja Islam Musholla Ar-Rohmah). Hal ini bermula ketika salah seorang pengurus organisasi tersebut mendengar Raju sedang bernyanyi lagu-lagu Haddad Alwi dan Sulis yang kala itu sedang booming. Raju dan kakak sepupunya pada saat itu asyik bersenandung di pojok kamar kecil rumahnya persis ditepi lorong jalan kecil untuk jalur warga ke mushola. Sehingga membuat tertarik setiap warga yang berjalan, termasuk pengurus organisasi tadi.

Menjadi personil termuda bukan berarti bernyali kecil. Ia sudah terbiasa tampil diberbagai kegiatan, grup rebananya menjadi grup rebana favorit yang sangat sering diundang untuk mengisi acara di rumah-rumah. Tidak hanya tingkat  desa, namun  sampai tingkat kecamatan, kabupaten, juga sampai ke luar kota. Bahkan beberapa kali sempat menjuarai festival rebana tingkat kecamatan dan kabupaten. Ia pun pernah seketika tersohor akibat kepiawaiannya dalam bernyanyi lagu islami di Desa Prawoto yang terpublikasi melalui salah satu stasiun TV lokal pada tahun 1997. Ini pula yang membentuk dirinya memiliki mental berani dan percaya diri.

Dari dunia tarik suara ini, rupanya Raju berhasil mendapat honor. Lima ribu rupiah adalah upah dari hasil “menjual” suaranya selama kurang lebih lima jam mulai dari pukul delapan malam hingga pukul satu pagi. Semua itu ia lakukan sebagai konsekuensi dari permintaan warga yang mengundang. Ia lakoni sampai duduk di bangku kelas 1 SMP.  Honor itulah yang sering ia tabung untuk keperluan sekolahnya.

Penghasilan bapaknya yang sebagai tukang batu bata tentu tidak seberapa jika harus menutupi berbagai kebutuhan keluarga. Bagi keluarganya,  makan nasi aking (nasi basi yang dikeringkan kemudian dimasak) itu hal yang biasa. Maka bapaknya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terkadang berjualan bawang keliling atau menjadi buruh panen padi milik orang lain.

Raju kecil pernah berternak kelinci karena dia memang sangat menyukai kelinci.  Dimasa itu seringkali  sang bapak yang kerja serabutan pulang kerumah tanpa membawa uang sepeserpun, hanya seikat daun pisang yang dibawa pulang. Itu pun sebagian untuk makanan kelincinya. Uang hasil ikut rebana tak cukup untuk beli lauk pauk, dan lebih sering disimpan untuk kelak membeli seragam. Akhirnya satu per satu kelinci pun harus mereka relakan untuk jadi hidangan mereka tiap harinya. Meski sayang dengan kelincinya,  namun urusan perut keluarga lebih penting, hasilnya sembilan ekor kelinci berumur tanggung telah habis dalam tiga minggu.

Di suatu malam selepas  sholat isya’, sewaktu pulang mengaji dari musholla, Raju menghampiri bapaknya yang nampak lusuh meniup bara api diperapian yang disusun dari batu-bata. Raju senang karena ia mengira malam itu ia akan makan ikan panggang atau sate. Namun ternyata berbeda dengan kenyataannya. Dengan nada membujuk bapaknya berkata “Nak, malam ini kita makan seadanya ya… bapak hanya bisa mencari ini”. “Itu apa pak?” pertanyaan polos Raju yang masih penasaran. Bapaknya menjawab  “Ini orong-orong, serangga (sejenis jangkrik) yang diberi garam sedikit dan disangrai, nanti dimakan dengan nasi”. Raju tersentak kaget, namun akhirnya ia paksakan untuk perlahan mengunyahnya beberapa ekor. Rasa lapar juga cintanya pada sang bapak mengalahkan apa yang terasa di lidah.

Tidak hanya bapaknya, ibunyapun ikut berjuang untuk keluarga. Pada suatu pagi buta ibunya pergi kepasar  mencoba peruntungan untuk berjualan buah srikaya dipasar, dan sampai siang, tak satupun terjual. Ibu kembali pulang dengan keranjang yang masih utuh isinya dengan wajah sedih menangis. Buah srikaya yang tak laku itupun tak bisa diolah, karena itu masih milik orang lain dan harus dikembalikan.

Raju kecil yang polos terkadang tak kuat menahan lapar. Ia terkadang makan di tempat orang lain karena memang tak tersisa makanan sedikit pun. Akibat  ulahnya, Raju sering kena marah orang tuanya ketika mereka mengetahui Raju makan di tempat orang lain. Mereka tak rela anaknya kelak terlalu bergantung pada orang lain.

Hutang orang tuanya sudah sangat banyak dan menumpuk. Kemana-mana dihina. Terpaksa mereka sering hanya makan nasi berbumbu garam. Jika mempunyai sedikit uang baru untuk membeli lauk dan sayuran. Meski kondisi demikian Raju tetap mempunyai mimpi, mimpi terbesarnya ialah suatu saat nanti ia akan menjadi kebanggaan orang tuanya dan menjadi inspirator bagi teman-teman senasib dengannya. Ia akan membangunkan rumah untuk keluarganya dan menghajikan keluarganya. Ia selalu berdoa kelak akan terwujud mimpi-mimpi itu.

11 Juli 1998 merupakan hari kelahiran adik yang sangat ditunggunya. Raju mulai ditanamkan oleh ayahnya tentang kemandirian. Adiknyakah yang kini mendapat giliran untuk lebih diperhatikan. Didikan keras orang tuanya membuat Raju sadar bahwa hidup itu perlu kemandirian. Tidak cengeng. Pukulan, tendangan, berkumur tanah adukan batu-bata disawah sebagai hukuman karena menangis, dan omelan sudah sering ia rasakan waktu itu. Ia menyadari semua itu adalah pelajaran berharga baginya untuk menjadi anak tangguh yang mandiri.

Di tengah kondisi seperti itu justru Raju mulai meraih prestasi. Ia masih sempat  mewakili madrasahnya dalam lomba tilawatil Qur’an di kecamatan dan menjadi juara bertahan peringkat ke-1 selama 3 tahun berturut-turut. Dibidang pramuka pun ia pernah menyumbangkan prestasi tertinggi sebagai Juara 1 Tim Pramuka Siaga bersama teman-teman dari sekolahnya.

Akhir sekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah,  Raju dibingungkan dengan beberapa pilihan. Ia harus ikut ujian nasional, sedangkan kegiatannya di grup rebananya  juga sedang padat. Hampir tiap malam pentas dari satu desa ke desa lain. Saking padatnya, sempat ia mendapatkan nilai rapor merah disalah satu semesternya.  Mulai sejak itu ia putuskan untuk tidak ikut rebana lagi sementara waktu sampai menyelesaikan ujian di sekolah.

Menginjak Kelas VII SMP ia mulai mengenal OSIS dan menikmati betul kegiatan di organisasi itu,  hingga pulang sore menjadi hal yang biasa. Lelah beraktivitas dan berjalan jauh tiap hari ke SMP,  membuatnya benar-benar tidak pernah ikut rebana lagi.

Momentum berhenti dari grup rebana, membuat prioritasnya beralih kepada prestasi akademik dan minat bakat dilingkungan sekolahnya. Hasilnya, kembali ia mendulang prestasi, seperti Juara 1 Lakon Drama, Juara 1 Lomba Baca Puisi, Juara 1 Lomba Baca Cerpen, Juara 2 Lomba Menyanyi Islam, dan Juara 1 Lomba Tilawatil Qur’an di SMP nya. Bahkan ia pernah beberapa kali mewakili SMP nya dalam berbagai perlombaan setingkat kecamatan hingga karesidenan.  Dalam bidang akademis pun  ia coba bangkit,  karena pernah menjadi peringkat 46 dari 48 siswa, namun usahanya berbuah manis, ia berhasil  masuk dalam 5 siswa terbaik dan peringkat ke 6 untuk nilai ujian nasional di SMP nya.

Semenjak di bangku kelas 3 SMA Raju ingin sekali bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Senang rasanya ketika ada kakak-kakak kelasnya yang datang ke SMA memakai berbagai macam warna jas almamater. Mereka saling menunjukkan kebanggaan mereka terhadap universitas masing-masing.
Dalam hati Raju tertancap tekad bahwa ia harus bisa seperti mereka. Namun , sepertinya ia harus membentur tembok  yang begitu besar baginya,  yaitu izin dari orang tua. Ya, mereka tidak menghendaki jika ia kuliah. Apalagi kalau bukan karena alasan biaya. Ia sangat menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita bisa kuliah, bukanlah hal mudah baginya. Keterbatasan ekonomi keluarga ditambah doktrin-doktrin masyarakat yang mengganggap sepele pendidikan membuat ayahnya marah apabila ia menyebut kata kuliah. Tetangga tak seorangpun mendukung, justru malah mematahkan semangatnya dan meremehkannya. Mulai sejak itu, angan-angan dan harapan yang begitu tinggi untuk bisa kuliah terkadang menyiksa batinnya.
Ia sering mencoba mengambil hati orang tua agar mereka merestui keinginannya untuk kuliah. Ia mencoba lebih giat membantu ayahnya membuat batu bata di sawah. Ia rutin memikul ratusan bahkan ribuan batu bata kering dan memasukkan ke dalam tempat pembakaran 2 hari sekali. Membantu orang tua mengambil daun pisang untuk dijual. Menggantikan peran ibunya memasak, mencuci piring, dan membersihkan rumah rutin hampir setiap hari dibantu adik perempuannya yang juga mempunyai cita-cita  sepertinya.
Bulan Februari 2009 merupakan awal titik perjuangannya mencari jalan keluar agar bisa kuliah tanpa harus membebani orang tuanya. Raju mencoba mendaftar ke perguruan tinggi melalui PSSB (Program Seleksi Siswa Berpotensi). Pada saat itu ada dua orang teman SMAnya yang juga mendaftar melalui jalur yang sama. Mereka sangat berprestasi di kelas masing-masing. Pada masa-masa try out ujian nasional di sekolah, kedua temannya ini mengajaknya untuk ikut mendaftar Beastudi Etos dari Beastudi Indonesia. Semula Raju tidak mau ikut, karena ia belum begitu tahu pasti mengenai Beastudi Etos. Namun, teman-temannya terus meyakinkan.
Pada saat itu, Etos Semarang menyelenggarakan kegiatan pengenalan Beastudi Etos beserta kompetisi setingkat Jawa Tengah bernama Central Java Competition (CJC)2009. Raju tertarik untuk ikut mendaftar bersama kedua temannya ini sebagai peserta kompetisi. Ini merupakan pertama kalinya Raju mengikuti lomba tanpa didampingi guru dan juga kali pertama ia ke Semarang.
Berbekal niat dan keberanian mereka akhirnya sampai di Semarang. Mereka menginap di Asrama Beastudi Etos Semarang. Nah, dari sinilah Raju mendapatkan informasi lengkap mengenai Beastudi Etos. Ia sangat tertarik untuk ikut. Kedua temannya sudah membawa berkas pendaftaran Beastudi Etos  dan langsung mengumpulkannya kepada panitia. Sedangkan ia belum mengumpulkan karena awalnya belum yakin. Padahal hari itu merupakan dua hari sebelum pendaftaran Beastudi Etos ditutup.
Dalam lomba tersebut, mereka bertiga berhasil merebut juara ke-2 dan membawa pulang uang satu setengah juta. Uang inilah yang ia gunakan untuk mengurusi berkas-berkas Beastudi Etos dan sewaktu-waktu ada panggilan ke Semarang.
Raju pulang kerumah dengan perasaan senang sekali. Ia pulang dengan membawa Piala Gubernur warna biru besar. Lalu ia menceritakan pengalamannya itu kepada orang tuanya. Melalui cerita dan piala yang ia bawa, luluhlah hati kedua orang tuanya karena bangga dan kemudian merestui Raju untuk kuliah.
Malam harinya, sang bapak begitu gigih mengurusi berkas-berkas yang dipersyaratkan oleh Beastudi Etos, seperti surat keterangan pendapatan, surat keterangan tidak mampu, fotokopi, dan lainnya. Raju pun memantapkan hati untuk menuliskan kisah hidupnya di selembar kertas folio garis yang dipersyaratkan pula oleh panitia. Di hari terkahir pendaftaran, akhirnya Raju baru bisa ke Kantor Pos untuk mengirim berkas pendaftaran.
Pertengahan tahun 2009 Raju dinyatakan diterima PSSB Undip. Ia melihat di website pengumuman lolos PSSB Undip dan sentak sangat bangga bisa satu kampus dengan 11 calon mahasiswa lainnya dari Merauke, Aceh, Padang, Bali, dll. Untuk wilayah Jawa Tengah hanya ada dua  yang diterima dan  Raju menjadi salah satunya. Namun sayang kedua teman SMA nya tidak diterima.
Disuatu hari, Raju mendapatkan informasi melalui pesan singkat (SMS). Isi pesan itu adalah … Selamat kepada Muhammad Khoiruddin Rajulaini. Jurusan S-1 Teknik Industri Universitas Diponegoro diterima di Beastudi ETOS untuk wilayah Semarang. Segera persiapkan segala yang diperlukan untuk verifikasi. ….Isi pesan tersebut ia simpan sampai saat ini untuk dijadikan kenangan terindah dalam perjuangannya meraih mimpi untuk duduk dibangku perkuliahan.
Selama dibina ETOS Raju telah menorehkan begitu banyak pencapaian yang terus memotivasinya agar terus yakin akan pertolongan Allah SWT dalam mencapai cita-cita. “ETOS akan selalu menjadi jiwa dalam perjalanan hidup saya” kata Raju. Kini, Raju terus membangun istana kesuksesan, keping demi keping batu bata prestasi terus ia susun. Raju pun aktif  dalam mengikuti berbagai organisasi kampus yang yang  membuat ia semakin dewasa dalam mengatur waktu.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Undip 2012, Kepala Dept. Mentoring IIC Undip 2011, Pementor Teknik Industri Undip 2010-2012, Staff Dept. PSDM BEM FT KM Undip 2010, Anggota Youth For Change International (Education Division), BEST Semarang, IMASAKA, dan FOSIAR Pati sudah pernah ia jabat. Keaktifannya dalam berorganisasi inilah membuatnya terpilih menjadi salah satu delegasi Undip dalam 33rd Engineering Development Motivation and Awareness Training (EDMAT-33) di University of Malaya, Malaysia.
Meskipun memiliki banyak kegiatan, tidak  menjadi penghalang baginya untuk tetap berprestasi. Selama kuliah ia pernah mendapatkan berbagai prestasi dan penganugerahan baik akademik maupun non akademik.
Prestasi yang pernah ia raih dantaranya adalah peraih IP 4,00 semester 1 dan semester 6 serta ber-IPK cumlaude sampai sekarang (3,80), Pencipta Mars ETOS angkatan 2009 nasional, Pemenang 1 Undip Idol 2010, Juara Harapan 2 Pop Singer Undip 2010, Pemenang 3 PEKSIMINAS Undip 2012, Finalis PEKSIMIDA Jawa Tengah 2010, Juara 1 Gradasi’s Song Singing Competition Jakarta 2010, Mutsabaqoh Tilawatil Qur’an di Universitas Indonesia Jakarta 2010, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Se-Jawa oleh Studi Ilmiah Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta 2010, Semi finalis English Debating FST 2011, The Winner of International English Debating Group A on EDMAT in Malaysia, Finalist of International Essay Contest (IEC) GOI PEACE and UNESCO Tokyo Japan 2011. Peraih ETOSER AWARD 2010 dan Peraih ETOSER AWARD 2012 Wilayah Semarang. Dan Raju baru-baru ini terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik Undip 2012 dan menjadi Mahasiswa Berprestasi 2 Tingkat Undip 2012.
Menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi  Undip merupakan tantangan sekaligus amanah tersendiri baginya. Karena untuk beberapa kegiatan ia akan menjadi wakil atau delegasi universitas. Selama ia menjadi Mawapres berbagai tawaran pun datang, seperti halnya menjadi pembawa acara international seminar yang diadakan oleh salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia,menjadi juri debat bahasa inggris, dan menjadi pembicara untuk kegiatan-kegiatan lembaga kemahasiswaan.
Raju sempat beberapa kali mendapat penawaran menarik untuk belajar di luar negeri. Seperti halnya tawaran beasiswa studi dari University of South Australia dan tawaran dari salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta untuk studi di Jerman. Serta beberapa invitation letter untuk kegiatan International Conference di Swiss, Singapura, dan Thailand. Beberapa ada yang ingin ia ambil, beberapa lainnya ia lepas karena sesuatu hal dan tidak selaras dengan jadwal kuliah dan amanah organisasinya sebagai pemegang posisi tertinggi di Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Undip. Untuk itu ia lebih memprioritaskan organisasi yang digawanginya itu.
Jiwa mandiri tetap ia bangun, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, ia memiliki beberapa aktivitas ekonomi rutin seperti menjadi tentor les privat untuk anak-anak SMP, meski terkadang harus berjalan kaki untuk menuju rumah muridnya karena memang tidak mempunyai kendaraan. Selain itu iapun  menjadi surveyor lembaga, dan baru-baru ini menjadi salah satu peserta magang di International Office Undip yang menangani international event baik didalam maupun luar negeri.


Baginya selama yang ia lakukan hal baik , ia tidak akan malu. Kini, ia bisa menjadi inspirasi bagi adiknya, bagi keluarga, bagi tetangga dikampungnya, bagi rekan-rekan dikampusnya, dan tentu bagi kita semua.
Semenjak di bangku kelas 3 SMA Raju ingin sekali bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Senang rasanya ketika ada kakak-kakak kelasnya yang datang ke SMA memakai berbagai macam warna jas almamater. Mereka saling menunjukkan kebanggaan mereka terhadap universitas masing-masing.
Dalam hati Raju tertancap tekad bahwa ia harus bisa seperti mereka. Namun , sepertinya ia harus membentur tembok  yang begitu besar baginya,  yaitu izin dari orang tua. Ya, mereka tidak menghendaki jika ia kuliah. Apalagi kalau bukan karena alasan biaya. Ia sangat menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita bisa kuliah, bukanlah hal mudah baginya. Keterbatasan ekonomi keluarga ditambah doktrin-doktrin masyarakat yang mengganggap sepele pendidikan membuat ayahnya marah apabila ia menyebut kata kuliah. Tetangga tak seorangpun mendukung, justru malah mematahkan semangatnya dan meremehkannya. Mulai sejak itu, angan-angan dan harapan yang begitu tinggi untuk bisa kuliah terkadang menyiksa batinnya.
Ia sering mencoba mengambil hati orang tua agar mereka merestui keinginannya untuk kuliah. Ia mencoba lebih giat membantu ayahnya membuat batu bata di sawah. Ia rutin memikul ratusan bahkan ribuan batu bata kering dan memasukkan ke dalam tempat pembakaran 2 hari sekali. Membantu orang tua mengambil daun pisang untuk dijual. Menggantikan peran ibunya memasak, mencuci piring, dan membersihkan rumah rutin hampir setiap hari dibantu adik perempuannya yang juga mempunyai cita-cita  sepertinya.
Bulan Februari 2009 merupakan awal titik perjuangannya mencari jalan keluar agar bisa kuliah tanpa harus membebani orang tuanya. Raju mencoba mendaftar ke perguruan tinggi melalui PSSB (Program Seleksi Siswa Berpotensi). Pada saat itu ada dua orang teman SMAnya yang juga mendaftar melalui jalur yang sama. Mereka sangat berprestasi di kelas masing-masing. Pada masa-masa try out ujian nasional di sekolah, kedua temannya ini mengajaknya untuk ikut mendaftar Beastudi Etos dari Beastudi Indonesia. Semula Raju tidak mau ikut, karena ia belum begitu tahu pasti mengenai Beastudi Etos. Namun, teman-temannya terus meyakinkan.
Pada saat itu, Etos Semarang menyelenggarakan kegiatan pengenalan Beastudi Etos beserta kompetisi setingkat Jawa Tengah bernama Central Java Competition (CJC) 2009. Raju tertarik untuk ikut mendaftar bersama kedua temannya ini sebagai peserta kompetisi. Ini merupakan pertama kalinya Raju mengikuti lomba tanpa didampingi guru dan juga kali pertama ia ke Semarang.
Berbekal niat dan keberanian mereka akhirnya sampai di Semarang. Mereka menginap di Asrama Beastudi Etos Semarang. Nah, dari sinilah Raju mendapatkan informasi lengkap mengenai Beastudi Etos. Ia sangat tertarik untuk ikut. Kedua temannya sudah membawa berkas pendaftaran Beastudi Etos  dan langsung mengumpulkannya kepada panitia. Sedangkan ia belum mengumpulkan karena awalnya belum yakin. Padahal hari itu merupakan dua hari sebelum pendaftaran Beastudi Etos ditutup.
Dalam lomba tersebut, mereka bertiga berhasil merebut juara ke-2 dan membawa pulang uang satu setengah juta. Uang inilah yang ia gunakan untuk mengurusi berkas-berkas Beastudi Etos dan sewaktu-waktu ada panggilan ke Semarang.
Raju pulang kerumah dengan perasaan senang sekali. Ia pulang dengan membawa Piala Gubernur warna biru besar. Lalu ia menceritakan pengalamannya itu kepada orang tuanya. Melalui cerita dan piala yang ia bawa, luluhlah hati kedua orang tuanya karena bangga dan kemudian merestui Raju untuk kuliah.
Malam harinya, sang bapak begitu gigih mengurusi berkas-berkas yang dipersyaratkan oleh Beastudi Etos, seperti surat keterangan pendapatan, surat keterangan tidak mampu, fotokopi, dan lainnya. Raju pun memantapkan hati untuk menuliskan kisah hidupnya di selembar kertas folio garis yang dipersyaratkan pula oleh panitia. Di hari terkahir pendaftaran, akhirnya Raju baru bisa ke Kantor Pos untuk mengirim berkas pendaftaran.
Pertengahan tahun 2009 Raju dinyatakan diterima PSSB Undip. Ia melihat di website pengumuman lolos PSSB Undip dan sentak sangat bangga bisa satu kampus dengan 11 calon mahasiswa lainnya dari Merauke, Aceh, Padang, Bali, dll. Untuk wilayah Jawa Tengah hanya ada dua  yang diterima dan  Raju menjadi salah satunya. Namun sayang kedua teman SMA nya tidak diterima.
Disuatu hari, Raju mendapatkan informasi melalui pesan singkat (SMS). Isi pesan itu adalah … Selamat kepada Muhammad Khoiruddin Rajulaini. Jurusan S-1 Teknik Industri Universitas Diponegoro diterima di Beastudi ETOS untuk wilayah Semarang. Segera persiapkan segala yang diperlukan untuk verifikasi. ….Isi pesan tersebut ia simpan sampai saat ini untuk dijadikan kenangan terindah dalam perjuangannya meraih mimpi untuk duduk dibangku perkuliahan.
Selama dibina ETOS Raju telah menorehkan begitu banyak pencapaian yang terus memotivasinya agar terus yakin akan pertolongan Allah SWT dalam mencapai cita-cita. “ETOS akan selalu menjadi jiwa dalam perjalanan hidup saya” kata Raju. Kini, Raju terus membangun istana kesuksesan, keping demi keping batu bata prestasi terus ia susun. Raju pun aktif  dalam mengikuti berbagai organisasi kampus yang yang  membuat ia semakin dewasa dalam mengatur waktu.
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Undip 2012, Kepala Dept. Mentoring IIC Undip 2011, Pementor Teknik Industri Undip 2010-2012, Staff Dept. PSDM BEM FT KM Undip 2010, Anggota Youth For Change International (Education Division), BEST Semarang, IMASAKA, dan FOSIAR Pati sudah pernah ia jabat. Keaktifannya dalam berorganisasi inilah membuatnya terpilih menjadi salah satu delegasi Undip dalam 33rd Engineering Development Motivation and Awareness Training (EDMAT-33) di University of Malaya, Malaysia.
Meskipun memiliki banyak kegiatan, tidak  menjadi penghalang baginya untuk tetap berprestasi. Selama kuliah ia pernah mendapatkan berbagai prestasi dan penganugerahan baik akademik maupun non akademik.
Prestasi yang pernah ia raih dantaranya adalah peraih IP 4,00 semester 1 dan semester 6 serta ber-IPK cumlaude sampai sekarang (3,80), Pencipta Mars ETOS angkatan 2009 nasional, Pemenang 1 Undip Idol 2010, Juara Harapan 2 Pop Singer Undip 2010, Pemenang 3 PEKSIMINAS Undip 2012, Finalis PEKSIMIDA Jawa Tengah 2010, Juara 1 Gradasi’s Song Singing Competition Jakarta 2010, Mutsabaqoh Tilawatil Qur’an di Universitas Indonesia Jakarta 2010, Juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Se-Jawa oleh Studi Ilmiah Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta 2010, Semi finalis English Debating FST 2011, The Winner of International English Debating Group A on EDMAT in Malaysia, Finalist of International Essay Contest (IEC) GOI PEACE and UNESCO Tokyo Japan 2011. Peraih ETOSER AWARD 2010 dan Peraih ETOSER AWARD 2012 Wilayah Semarang. Dan Raju baru-baru ini terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik Undip 2012 dan menjadi Mahasiswa Berprestasi 2 Tingkat Undip 2012.
Menjadi seorang Mahasiswa Berprestasi  Undip merupakan tantangan sekaligus amanah tersendiri baginya. Karena untuk beberapa kegiatan ia akan menjadi wakil atau delegasi universitas. Selama ia menjadi Mawapres berbagai tawaran pun datang, seperti halnya menjadi pembawa acara international seminar yang diadakan oleh salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia,menjadi juri debat bahasa inggris, dan menjadi pembicara untuk kegiatan-kegiatan lembaga kemahasiswaan.
Raju sempat beberapa kali mendapat penawaran menarik untuk belajar di luar negeri. Seperti halnya tawaran beasiswa studi dari University of South Australia dan tawaran dari salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta untuk studi di Jerman. Serta beberapa invitation letter untuk kegiatan International Conference di Swiss, Singapura, dan Thailand. Beberapa ada yang ingin ia ambil, beberapa lainnya ia lepas karena sesuatu hal dan tidak selaras dengan jadwal kuliah dan amanah organisasinya sebagai pemegang posisi tertinggi di Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) Undip. Untuk itu ia lebih memprioritaskan organisasi yang digawanginya itu.
Jiwa mandiri tetap ia bangun, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, ia memiliki beberapa aktivitas ekonomi rutin seperti menjadi tentor les privat untuk anak-anak SMP, meski terkadang harus berjalan kaki untuk menuju rumah muridnya karena memang tidak mempunyai kendaraan. Selain itu iapun  menjadi surveyor lembaga, dan baru-baru ini menjadi salah satu peserta magang di International Office Undip yang menangani international event baik didalam maupun luar negeri.
Baginya selama yang ia lakukan hal baik , ia tidak akan malu. Kini, ia bisa menjadi inspirasi bagi adiknya, bagi keluarga, bagi tetangga dikampungnya, bagi rekan-rekan dikampusnya, dan tentu bagi kita semua.
sumber: www.beastudiindonesia.net

Artikel Terkait

Previous
Next Post »