Nilai-nilai Pendidikan pada Novel Totto-Chan Gadis di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi

 



Campusnesia.co.id - Secara umum pendidikan ialah sebuah proses atau usaha seseorang untuk mengembangkan potensi orang lain dengan melakukan pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Menurut Purwanto (2016:46) tujuan pendidikan diciptakan untuk dapat dicapai dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan ialah bersifat ideal, sedang hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.

Sistem pendidikan adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar guna mencapai tujuan agar pelajar dapat secara aktif mengembangkan potensi dalam dirinya yang dibutuhkan untuk dirinya sendiri dan masyarakat. Tujuan dari sistem pendidikan adalah untuk meningkatkan potensi dan memperdayakan individu dengan lebih efektif. Dengan tujuan ini, diharapkan individu yang memiliki pendidikan baik dapat memiliki kreativitas, pengetahuan, kepribadian, kemandirian, dan menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab. 

Menurut (Darman, 2017), pendidikan sangatlah krusial bagi setiap individu, dan melalui pendidikan, dapat tercipta manusia yang cerdas secara intelektual serta mampu mengembangkan aspek spiritualnya. Pendidikan juga memiliki nilai serta kontribusi yang sangat besar dan berarti dalam meningkatkan kualitas suatu negara. Kualitas sebuah negara tergantung pada tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa. 

Pendidikan yang diterapkan dalam Novel Totto-Chan di Jendela Karya Tetsuko Kuroyanagi, membawakan sebuah pendidikan yang aneh dan unik pada zaman tersebut. Dimana para murid dibebaskan berekspresi dan mempelajari hal yang ingin mereka inginkan.


1.  Latar Belakang Pengarang

Tetsuko Kuroyanagi lahir pada 9 Agustus 1933 di Tokyo, Jepang. Ia berasal dari keluarga dengan latar belakang seni, di mana ayahnya adalah seorang pemain biola dan guru besar. Semasa kecil, Tetsuko memiliki nama panggilan Totto-chan dan pernah bersekolah di Tomoe Gakuen, sebuah sekolah dasar yang unik dan didirikan oleh pendidik Sosaku Kobayashi selama Perang Dunia II. Ia awalnya bercita-cita menjadi penyanyi opera dan belajar di Tokyo College of Music, namun kemudian beralih ke dunia akting dan televisi, menjadi aktris dan pembawa acara yang sangat terkenal di Jepang.

Novel Totto-Chan Gadis di Jendela Karya Testsuko Kuroyanagi merupakan novel semi autobiografi yang menggambarkan cerita masa kecilnya belajar pada sebuah sekolah unik dengan gerbong kereta bekas sebagai ruang kelasnya. Dalam kesehariannya belajar di Tomoe Gakuen, Totto-Chan mendapatkan berbagai pengalaman luar biasa dalam hidupnya. Novel ini menjadi bestseller di Jepang dan diterjemahkan ke banyak bahasa, menggambarkan nilai-nilai pendidikan dan kenangan masa kecil Tetsuko yang hangat dan penuh makna.



2. Pendidikan Masyarakat 

Pendidikan masyarakat dalam novel Totto-chan karya Tetsuko Kuroyanagi mencerminkan kondisi pendidikan Jepang pada masa Perang Dunia II, di mana sistem pendidikan masih kaku dan menekankan hafalan serta disiplin ketat. Namun, novel ini juga menggambarkan sebuah sekolah unik, Tomoe Gakuen, yang berbeda dari sistem pendidikan konvensional saat itu. Sekolah ini memberikan kebebasan berekspresi kepada anak-anak dan menekankan pengembangan karakter serta kreativitas, yang sangat kontras dengan pendidikan formal yang cenderung menekan inisiatif dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat Jepang pada masa itu.

Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami reformasi pendidikan yang signifikan sebagai respons terhadap kegagalan masa lalu dan pendudukan Sekutu. Sistem pendidikan yang baru menekankan pendidikan dasar selama enam tahun dan pendidikan menengah selama tiga tahun yang wajib, dengan tujuan membangun sumber daya manusia yang berpengetahuan luas dan memiliki keterampilan sosial konkret. Filosofi pendidikan bergeser dari hafalan dan disiplin ketat menjadi pembentukan karakter, kerja sama, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis. Hal ini mencerminkan perubahan besar dalam pendidikan masyarakat Jepang yang berusaha memulihkan mental dan kualitas hidup bangsa pasca perang, sebagaimana juga tercermin dalam pengalaman pendidikan Totto-chan di sekolah yang progresif tersebut.


3. Analisis Pendidikan Anak dari Carl Rogers dalam Novel Totto Chan karya Tetsuko Kuroyanagi

Carl Rogers menekankan pentingnya penghargaan terhadap individu, kebebasan untuk belajar, dan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi. Rogers percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk belajar dan berkembang secara alami. Berikut analisis pendidikan anak dari Carl Rogers dalam novel Totto Chan :


a. Penerimaan Tanpa Syarat (Unconditional Positive Regard)
Carl Rogers menekankan pentingnya penerimaan tanpa syarat terhadap individu, yang membuat anak merasa dihargai apa adanya tanpa takut dihakimi atau dikritik1. Dalam Totto-chan, guru Kobayashi menerapkan prinsip ini dengan menerima Totto-chan apa adanya, meskipun ia berbeda dari anak-anak lain dan sering dianggap nakal oleh sekolah sebelumnya. Contohnya, Kobayashi tidak memarahi Totto-chan, melainkan memahami keunikannya dan membimbingnya secara lembut.

“Kobayashi-sensei selalu menyambutku dengan senyuman dan berkata, ‘Kamu boleh jadi dirimu sendiri di sini.’”

Kalimat ini menggambarkan penerimaan tanpa syarat yang membuat Totto-chan merasa nyaman dan diterima.

b. Penghargaan terhadap Keunikan dan Potensi Anak
Rogers percaya setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda, sehingga pendidikan harus menghargai dan menyesuaikan cara belajar anak sesuai dengan minat dan kebutuhannya12. Di Tomoe Gakuen, Totto-chan diajarkan dengan metode yang tidak kaku, seperti belajar di kereta tua dan bebas bereksplorasi, yang mendukung kreativitas dan rasa ingin tahunya.

“Di sekolah Tomoe, aku bisa belajar sambil bermain, mengeksplorasi alam, dan bertanya apa saja yang aku ingin tahu.”

Ini menunjukkan bagaimana lingkungan belajar yang menghargai keunikan anak mendorong motivasi intrinsik belajar.


c. Motivasi Intrinsik dan Pembelajaran yang Bermakna
Menurut Rogers, motivasi belajar yang paling efektif berasal dari dalam diri anak (motivasi intrinsik), yang muncul ketika anak merasa bebas dan memiliki kontrol dalam proses belajarnya. Di novel, Totto-chan tidak dipaksa untuk belajar dengan cara yang membosankan, melainkan didorong untuk aktif dan menemukan jawaban sendiri, sehingga ia termotivasi secara alami.

“Aku belajar bukan untuk nilai, tapi karena aku ingin tahu dan senang mencoba hal baru.”
Kalimat ini mencerminkan motivasi intrinsik yang ditekankan Rogers.

d. Guru sebagai Fasilitator dan Hubungan Positif
Rogers menegaskan bahwa hubungan guru dan murid yang penuh empati, penghargaan, dan penerimaan tanpa syarat adalah dasar pembelajaran yang efektif15. Kobayashi-sensei berperan sebagai fasilitator yang mendukung Totto-chan, bukan sebagai otoritas yang menekan.

“Sensei selalu mendengarkan ceritaku dan membantuku tanpa memaksakan kehendaknya.”
Ini menggambarkan hubungan positif yang mendorong perkembangan Totto-chan secara menyeluruh.

e. Penekanan pada Proses Belajar, Bukan Hasil Akhir
Teori Rogers menekankan bahwa proses pembelajaran lebih penting daripada hasil akhir atau nilai1. Di Tomoe Gakuen, anak-anak diberi kebebasan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari pengalaman, yang membangun rasa percaya diri dan kemandirian.

“Di sini, aku tidak takut salah karena semua kesalahan adalah bagian dari belajar.”
Ini sesuai dengan prinsip Rogers yang menghargai proses belajar sebagai pengalaman bermakna.

Novel Totto-chan sangat menggambarkan prinsip-prinsip teori belajar humanistik Carl Rogers, terutama dalam hal penerimaan tanpa syarat, penghargaan terhadap keunikan anak, motivasi intrinsik, hubungan guru-murid yang positif, serta penekanan pada proses belajar. Pendekatan pendidikan yang humanistik ini membuat Totto-chan berkembang secara optimal, merasa dihargai, dan termotivasi untuk belajar dengan sukarela.


Novel Totto-Chan: Gadis di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi menggambarkan nilai-nilai pendidikan yang humanis dan progresif, yang sejalan dengan teori Carl Rogers mengenai pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan terhadap keunikan anak, serta pembelajaran yang berpusat pada motivasi intrinsik dan hubungan positif antara guru dan murid. 

Melalui pengalaman belajar Totto-chan di sekolah Tomoe Gakuen, novel ini menunjukkan bahwa pendidikan yang membebaskan dan mendukung potensi individu dapat membentuk pribadi yang percaya diri, mandiri, dan kreatif. Kisah ini menjadi cerminan bahwa pendidikan yang ideal bukan hanya soal hasil akademik, tetapi juga proses yang menghargai pertumbuhan manusia secara utuh.


Penulis:
Marsanabila Rifa Idanta
Mahasiswa Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas




Referensi:

Baringbing, David Bachiel. Teori Belajar Menurut Carl Rogers. https://www.scribd.com/document/278935973/Teori-Belajar-Menurut-Carl-Rogers

Umam, Muchamad Chairul (2019) Implementasi Teori Belajar Humanistik Carl R. Rogers Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Vol. 5 No. 2 (247-264). Institut Agama Islam Negeri Salatiga. file:///C:/Users/Marsanabila%20rifa/Downloads/irja,+Section+editor,+MUCHAMAD+CHAIRUL+UMAM.pdf

Ong, Susy. Reformasi Pendidikan di Jepang Pasca Perang Dunia II. Universitas Indonesia.chrome- extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://lmsspada.kemdiktisaintek.go.id/pluginfile.php/79977/mod_resource/content/2/Reformasi%20Pendidikan%20di%20Jepang%20Pasca%20PD.pdf

(2010) Biografi Tetsuko Kuroyanagi (Totto Chan). Ahmadijind.blogspot. https://ahmadihind.blogspot.com/2010/06/biografi-tetsuko-kuroyanagi-totto-chan.html

Biografi Tetsuko. Scribd. https://www.scribd.com/document/359505961/Biografi-Tetsuko

Santosa, Sedya. Hidayat, wahyu (2024). Memahami Konsep Belajar Anak Usia Dasar : Studi Analisis Teori Belajar Carl Rogers Serta Penerapannya di Sekolah Dasar. Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia. file:///C:/Users/Marsanabila%20rifa/Downloads/Article+2_WahyuHidayat_June_2024.pdf

Artikel Terkait

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)