Pemilik dan Sejarah Olive Chicken Ayam Goreng Crispy Oleh-oleh Khas Jogja

 


Campusnesia.co.id - Beberapa waktu viral di sosial media twitter seorang teman yang nitip oleh-oleh makanan kepada rekannya yang sedang wisata ke Jogja. Yang bikin aneh adalah ia tidak titip dibelikan Bakpia atau Gudeg yang selama ini dikenal sebagai oleh-oleh khas Jogjakarta tapi justru malah minta Olive Chicken.

Olive Chicken adalah brand ayam goreng krispi asal jogja yang karena rasanya enak dan harganya murah jadi pilihan banyak orang sebagai menu makan baik mahasiswa maupun warga biasa.

Hmm menarik ya sobat Campusnesia, tapi sebenarnya bagaimana sejarah dan kisah sukses Olive Chicken ini? yuk coba kita bahas.

Kami kutip dari laman nibble.id, Tampilan dan rasa ayam goreng di Olive Chicken memang khas dan berkesan, potongan pas banget untuk sekali makan. Tepung krispinya banyak menutupi seluruh ayam goreng dengan sempurna, warnanya yang golden brown jadi daya tarik dan menggoda nafsu makan.

Rasanya sangat enak bahkan disebut-sebut sebagai fried chicken terenak di Jogja. Jika sudah sekali coba sobat pasti bakal langsung suka dengan cita rasanya yang asin dan gurih sampai ke dalam, potongan dagingnya juga juicy dan tampak sangat segar.

Saat ini sudah ada lebih dari 100 outlet Olive Fried Chicken yang tersebar di hampir setiap sudut Jogja. Di mana pun sobat berada bisa dengan mudah menemukan gerai fried chicken satu ini, gerainya berwarna merah ini mencolok sehingga mudah menarik perhatian pembeli.

Dari sisi harga sangat terjangkau, misalnya satu porsi nasi sayap ayam lengkap es teh hanya dibanderol Rp8.000 saja, dada lembut Rp 13.000 jika dibawa pulang, paling mahal pun hanya Rp15.000 saja untuk dua potong fried chicken atau ayam geprek.


Sejarah Olive Fried Chicken Oleh-oleh Baru Khas Jogja

Olive Chicken didirikan oleh pasangan Kunardi Sastrawidjadja dan Aurora Sri Rahayu ini pertama kali buka di Jalan Taman Siswa pada tahun 2011 silam. Popularitas dan pelanggan yang setia serta yang jumlahnya begitu besar, membuat Olive Fried Chicken mampu bertahan selama satu dekade lamanya bahkan setelah dihantam pandemi.

Pak Kun sang owner tidak menyangka kalau usaha keluarga yang dirintisnya ini akan berkembang begitu besar.

Melansir dari Mojok, Pak Kun rupanya membulatkan tekadnya untuk buka usaha fried chicken enak dan murah ini karena rasa terima kasihnya pada Jogja. Sejak datang ke Jogja pada tahun 1993 untuk kuliah, Pak Kun yang berasal dari keluarga sederana harus berusaha hidup sehemat mungkin. Bahkan, dalam seharinya Pak Kun membatasi diri untuk hanya menghabiskan uang sebanyak Rp1.000 saja. 

Beruntungnya, gaya hidup dan harga makanan di Jogja yang cenderung murah ini sangat membantu Pak KUn dalam mengatur keungannya. Bahkan, Pak Kun terus mengingat kebaikan dan kemurahan Jogja inilah yang membuatnya sukses. 

Karena alasan tersebut lah, Pak Kun bertekad untuk jadiin Olive Chicken ini sebagai bentuk balas budinya kepada Jogja. Dengan begitu, mahasiswa rantau seperti dirinya dulu dan juga orang-orang dengan perekonomian menengah ke bawah masih bisa ngerasain fried chicken yang enak dan murah.

Kami lansir dari laman Mojok.co, Olive Chicken tidak mau buka franchise. Alasannya karena, orang yang membeli franchise pasti punya keinginan untuk mengejar keuntungan, balik modal cepat. 

Padahal prinsip Pak Kun dalam berbisnis tidak seperti itu. Ia tidak ingin terbebani harus menguntungkan investor, karena baginya yang penting dalam berbisnis itu bersenang-senang. Jadi meski gerai Olive Chicken akan berkembang lebih cepat jika diwaralabakan, ia memilih tidak melakukannya. Ia lebih memilih membuka cabang satu demi satu.

Bagi sobat yang sudah pernah menikmati Olive Chicken mungkin pernah berfikir rasa ayam Olive Chicken seperti KFC. Dari wawancara dengan Mojok.co sang owner berkisah saat pacaran, Pak Kun dan Bu Aurora kerap menghabiskan malam minggunya di KFC. Mereka memesan sepotong ayam untuk dimakan berdua. Bukan karena romantis, tapi ngirit uang jajan. Selama tiga tahun, mereka berdua rutin makan disitu. Bahkan pelayan di tempat makan tersebut sampai hafal menu yang mereka pesan. 

Mungkin karena seringnya makan di KFC, banyak orang bilang cita rasanya mirip. Pak Kun sendiri mengatakan, produk Olive Chicken dibuat dengan standar seperti yang dilakukan ayam goreng tepung merek dari luar negeri. Daging ayam yang digunakan selalu segar. Itu mengapa, salah satu ciri khasnya, daging ayam Olive Chicken itu selalu juicy. 

Hal inspiratif berikutnya adalah Olive Chicken rutin menggelar pengajian, bagi Pak Kun, ia percaya apa yang diperolehnya ini tidak lepas dari berkat Tuhan. Ia menganggap semua titipan Tuhan. Olive Chicken memiliki karyawan lebih dari 1.000 orang. Sebanyak 90 persennya adalah muslim. 

Meski ia pemeluk Kristen, sebelum pandemi ia rutin mengadakan pengajian untuk karyawannya. Alasannya,  karenanya ia percaya, Olive Chicken bisa bertahan dan berkembang atas izin Tuhan. “Ini yang mungkin disebut rida Tuhan. Karyawan juga akan mengingat, dalam bekerja, saya mungkin tidak selalu bisa mengawasi, tapi Tuhan akan selalu melihat apa yang kita kerjakan,” katanya.

Sebagai penutup berdasar pengalaman entah mengapa Olive Chicken lebih menikmat justru saat dimakan dalam keadaan sudah dingin misal beli pagi atau siang dimakan malam hari. Hal ini saya buktikan saat bulan puasa, Olive Chicken yang saya beli saat buka puasa masioh nikmat disantap saat sahur esok paginya.

Hal ini juga diakui oleh Puthut EA dan Pak Kun dalam acara PutCast di channel youtube Mojok, sang owner menjelaskan karena pemilihan bahan, pemrosesan, bumbu hingga cara memasaknya serta pengalaman bertahun-tahun mencari formula terbaik. Pak Kun sendiri mengakui bahwa fakta unik ini diketahui dari salah satu customer yang mau pesan untuk acara sahur.


Sumber gambar: Instagram/Kulineryogya


===
Baca Juga:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon