Menuju Gaya Hidup Zerowaste, Mahasiswa Undip Ajak Warga Pilah Sampah Rumah Tangga


Campusnesia.co.id -- Klaten (9/2), sebagai negara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa, pengelolaan sampah masih menjadi PR yang besar bagi Indonesia. Meskipun telah diatur melalui Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang kemudian diperkuat lagi dengan Peraturan Daerah di masing-masing daerah, kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah masing-masing sebelum dibuang di tempat pembuangan sampah dianggap masih rendah. 

Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya jenis sampah yang terlihat bercampur baur di tong atau keranjang sampah. Ironisnya, terkadang campuran sampah tersebut berada di tempat sampah yang sudah diberi penanda warna.

Meskipun terkesan sepele, mencampur segala jenis sampah menjadi satu dapat menimbulkan permasalahan lingkungan yang akhirnya berimbas kembali ke manusia. Timbulan sampah dapat memicu pencemaran lingkungan seperti bau tidak sedap dan pencemaran air tanah. 

Tidak hanya itu, sampah tersebut dapat menjadi sarang bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit, dimana kondisi tersebut tentu sangat perlu dihindari di kala pandemi seperti saat ini. Oleh karena itu, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro Semarang dibawah bimbingan Mahendra Pudji Utama, S.S., M. Hum. berinisiasi untuk  mengajak warga Desa Gatak, Kec. Delanggu, Kab. Klaten untuk memilah sampah mereka sebelum dibuang di tempat sampah.


Konsep yang ingin dibawa oleh mahasiswa bernama Ersan Putro Santoso tersebut adalah sebuah gaya hidup yang dikenal dengan sebutan zero waste. Gaya hidup zero waste merupakan sebuah gerakan peduli lingkungan dimana sebisa mungkin mengurangi penggunaan barang atau material sekali pakai yang dapat mencemari lingkungan. 

Di masyarakat, penerapan konsep ini lebih dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse, Recycle), meskipun sebenarnya memiliki 2R yang lain (Refuse dan Rot). Dari konsep ini juga diharapkan bahwa barang bekas pakai yang ingin dibuang dapat berubah value dari “sampah”, menjadi “sesuatu yang lebih bernilai”.

Di kala pandemi seperti saat ini, Ersan memilih untuk menggunakan pendekatan yang meminimalisir pengumpulan masa. Untuk itu, ajakan yang ditawarkannya adalah melalui media poster tempel yang bisa disaksikan warga yang melintas di beberapa tempat di Desa Gatak. 


Selain menggunakan media poster, Ersan juga membuat sebuah tempat sampah pilah dengan kerangka berbahan pipa paralon yang kemudian diserahkan ke warga yang belum punya tempat sampah pilah. 

Diharapkan dengan adanya poster dan tempat sampah tersebut, dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat untuk mengolah sampah rumah tangga mereka dengan lebih bijak, dan secara perlahan, dapat menuju masyarakat zero-waste yang lebih peduli lagi pada limbah di lingkungannya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon