Menyoal Orang-Orang Nir-Akhlak yang Bersembunyi di Balik Akun Twitter Cosplay



Campusnesia.co.id - Semarang 30 Mei 2020, Tahun 2011  ketika baru punya smartphone samsung galaxy j1, sosial media yang pertama saya instal adalah twitter, entah mengapa suka saja dengan 140 karakter kala itu mencuit tentang banyak hal. Satu tahun berikutnya twitter seakan menemukan puncak kejayaannya bukan hanya sebagai micro blogging tapi juga sarana jualan hingga dikemudian hari ia tergantikan oleh facebook dan selanjutnya banyak beralih ke instagram untuk menjajakan aneka produk.

Di tahun yang sama, twitter mulai menunjukkan gelaja yang cukup serius, perbincangan mengarah ke politik, hari-hari selalu dibumbui dengan percakapan politik dari berbagai kubu, lalu muncul trending topik, hastag, dan istilah-istilah seperti keyboard warrior, cyber army dll. 

Ada apa? Iya 2012 bersamaan dengan ajang pilkada DKI yang sangat riuh, disusul dengan pilwakot Bandung dan Pilkada jawa barat tahun 2013. Tidak berhenti di situ, keriuhan twitter seakan mencapai puncaknya saat tahun politik 2014.

Pada tahap ini, banyak orang mulai enggan bermain twitter lagi, dianggap tak asyik dengan dominanya nuansa percakapan seputar politik dan kubu-kubuan. Twitwar antar tokoh twitter juga sering terjadi, bahkan pernah hanya karena twitwar di time line berlanjut baku hantam fisik di Istora. Kurang greget apa coba? Beberapa orang juga merasakan dinginnya lantai bui akibat cuitannya.

Setidaknya 2 tahun terakhir, twitter mulai menemukan kembali keseruannya, bukan hanya karena beberapa fiturnya yang telah diupdate seperti cara mudah membuat thead/utas atau jumlah karakter yang ditambah hingga 280 tombol bintang yang berganti love dan masih banyak lagi yang lainnya. Bangkitnya twitter belakangan karena invasi generasi Z yang sepertinya mulai jenuh dengan instagram yang disebut-sebut hanya untuk pamer dan golongan horang kaya, twitter sendiri menempatkan citranya sebagai media sosial kaum misquin. 

Sepengamatan saya, generasi Z ini unik ketika memasuki kancah dunia pertwitteran, time line menjadi lebih receh dan cair dengan segala macam pokok bahasan mereka. Banyak sekali akun-akun roleplayer (versi jaman saya mungkin bisa disebut anonim) mereka seakan ingin bebas ngetwit apa saja tanpa diketahui siapa pemilik akunnya, biasanya berava idol K-Pop atau nama akun yang random. Jika jaman saya orang berlomba membuat akun yang mewakili sosok di dunia nyata dan ingin saling mengenal dengan sesama akun real di twitter, generasi Z ini sebaliknya, justru mereka enggan saling follow dengan teman realnya. Unik.

Sampai di sini saya tidak ada masalah, hingga kemudian muncul akun-akun dengan istilah cosplay, membuat akun dengan nama sama atau plesetan tokoh yang terkenal baik dari dunia nyata maupun karakter tokoh dalam film dan mengetwit seolah-olah mereka adalah karakter itu.

Dari riset kecil-kecilan yang saya buat, setidaknya ada 2 jenis akun cosplay, pertama bertujuan untuk sarkasme dan yang kedua untuk bercanda, keduanya akan akan saya bahas dari sisi negatfinya.

Sebelumnya disclaimer, mungkin saya termasuk generasi millenial yang “agak kolot” generasi yang mecoba memegang teguh apa itu sopan santun di manapun berada, orang yang “ewoh” atau enggak enak mana kala harus ngomong kasar dan misuh ketika di tempat umum seperti warung misalnya, dan orang yang masih memegang teguh budaya “amit nuwun sewu” saat melintas di depan orang tua yang sedang “jagongan”.

Hati kecil saya risau dan terusik, ketika harus menemukan generasi atau orang yang lebih muda dengan mudahnya ngomong kasar di depan umum, tidak ada permisi dengan orang yang lebih tua dan bercanda berlebihan di sosial media apalagi bersembunyi dibalik akun anonim.

Kembali ke jenis-jenis akun cosplay, pertama jenis sarkasme, beberapa bulan yang lalu saya menemukan akun yang seolah-olah menjadi presiden Jokowi dengan nama akun @JOKOWI_COSPLAY saatu ini sudah rename menjadi @PresidenWKWK ia mengetwit “Siang ini, karena harus #dirumahaja, saya melatih Jan Enthes bermain lempar-lemparan tanggung  jawab” . Dibuat pada tanggal 3 April 2020 jam 13:17 WIB hingga artikel ini saya tulis sudah mendapatkan 13 ribu retwit dan 17 ribu like.



Dimana letak kesalahanya? Pertama, menurut saya tidak etis saja membuat akun menirukan presiden, terlepas dari kinerja presiden yang perlu dikritik, kamu tidak harus membuat akun palsu untuk olok-olok atau sarkasme sekalipun, kalau gentel ngetwitah dari akun real dan tidak masalah memberi kritik untuk presiden.

Contoh yang lain akhir-akhir ini mulai bermunculan akun cosplay dari tokoh-tokoh dalam serial animasi anak Upin-Ipin, ada orang-orang yang membuat akun atas nama tokoh masing-masing hingga sebuah twit dari akun @fizi_baik menjadi trending karena membahas tentang surga di bawah telapak kaki ibu, yang berarti orang yang tidak punya ibu sperti ipin-upin tidak akan masuk surga karena tidak punya ibu. 


Twit lain dari akun @fizi_baik “yang bertanye akhlak aku dimanae, jawabanye adalah, terkubur bersama orang tue nye ipin upin, awokwokwokwok” hingga artikel ini ditulis 30/05/2020 sudah mendapat 4.809 reply, 7.135 retwit dan 50ribu like. Akun twiter cosplay ini sendiri sudah difollow oleh 21 ribu.

Apa yang salah? Mengolok-olok atas nama bercanda dan bersembunyi di balik akun cosplay atau anonim itu hal yang salah bambang!!!

Sebagai manusia kita dibelaki dua hal, akal dan hati nurani, akal untuk memilah baik dan buruk dan nurani untuk memutuskan hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak, membuat akun cosplay agar bisa bebas berbicara tanpa merasa wajib bertanggung jawab misalnya, adalah yang yang sebaikmya tidak dilakukan, buat apa sih?

Dalam salah satu twitnya, pemilik akun @fizi_baik berdalih ia hanya bercanda dan bersenang-senang, inilah letak tidak bertanggung jawabnya, ia bersenang-senang bebas berbicara semaunya bersembunyi dibalik akun anonim mungkin dengan tujuan lari dari tanggung jawab personal tanpa memikirkan bahwa bisa saja ada orang yang tersinggung dengan cuitanya, belum lagi jika kita berfikir lebih jauh, karakter yang dibangun oleh studio produksi animasi dengan memikirkan sebaik mungkin menjadi ter-downgrade karena ulang pecundang yang bersembunyi di balik akun anomin yang sekedar melampiaskan hasyrat comelnya tanpa merasa harus bertanggung jawab.

Pernahkan pembaca ketika hendak mengtwit sesuatu, sudah mengetik panjang lebar lalu setelah beberpa saat berfikir memutuskan untuk mengeidt atau bahkan menghapus calon dan urung ngetwit tentang sesuatu? Itu bagus, saya sebut sebagai berfikir berlapis, sebelum memutuskan menulis sesuatu di media sosial berfikir berulang kali dan memikirkan dampaknya bagi orang lain. Kita tidak bisa mengkontrol persepsi orang lain atas twit kita, maka cara yang terbaik adalah dengan memikirkan baik-baik sebelum ngetwit sesuatu, ingat saat ini ada update pepatah, jarimu harimaumu.

Pesan juga untuk warga twitter yang menikmati bahkan ikut menimpali guyonan olok-olok ini, di mana hati nurasi kalian? 

Semoga plot twistnya enggak buka jasa endorse ya akun cosplay  yang berlindung di balik anonim. Sampai jumpa.

Penulis: Nandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »