TIM UNDIP RAIH 2 PENGHARGAAN PADA AJANG IDEERS 2016



Tim mahasiswa Universitas Diponegoro untuk pertama kalinya berpartisipasi dalam kompetisi tahunan IDEERS (Introducing and Demonstrating Earthquake Engineering Research in Schools) di Taiwan. UNDIP mengikuti kompetisi tingkat college/ undergraduate bersama dengan 49 tim dari beberapa negara yaitu: Inggris, Australia, Malaysia, Singapura, Filipina, Hongkong, Tiongkok, Indonesia, dan Taiwan sebagai tuan rumah. Pada ajang kompetisi yang berlangsung pada tanggal 10 – 11 September 2016 tersebut, Tim UNDIP diwakili oleh Muhammad Abror Aulia (S1 Sipil), Robert Susanto (S1 Sipil), Zaenal Khafidho (D3 Sipil), Almira Sulistiyono (D3 Sipil) dan Shady Dhamar (S1 Arsitektur).

Pada kompetisi ini, setiap tim membuat struktur dari potongan kayu yang disediakan dengan mengacu pada peraturan yang disyaratkan. Struktur yang dibuat kemudian digetarkan dengan percepatan yang meningkat pada setiap tahap, dari 250 gal sampai dengan 800 gal. Tim UNDIP akhirnya berhasil mendapatkan 2 penghargaan yaitu Efficiency Ratio Certificate of Excellent dan uang tunai sebagai hadiah, serta Quake-Resistant Certificate. Penghargaan Quake-Resistant Certificate diberikan kepada tim yang berhasil membuat struktur yang mampu menahan percepatan getaran sampai 400 gal. Pada kompetisi ini, struktur yang dibuat tim UNDIP mampu bertahan sampai percepatan maksimum yang diberikan yaitu 800 gal tanpa ada kerusakan yang berarti.

sumber: http://www.undip.ac.id/?p=3792&lang=id

Belajar dari 7 Start Up Lokal yang Gugur, dan Penyebabnya



Sobat campusnesia, beberapa tahun terakhir ini indonesia mulai ramai dengan yang namanya bisnis anak muda dengan teknologi dan internet yang kekinian, nama kerenya StartUp walau makna harfiahnya adalah semua bisnis atau usaha yang baru mulai dirintis atau dijalankan, tetapi bila kita menyebut StartUp maka akan identik dengan bisnis yang berbasis teknologi dan internet. Misalnya Ecomerce, Game dan aplikasi.

Bila melihat kesuksesan Google, Amazon atau Ebay siapa yang tidak tergiur untuk terjun ke bisnis startUp digital ini, tidak jauh-jauh di dalam negeri ada kaskus, Tokopedia, Bukalapak atau Gojek yang makin hari makin besar.

Tetapi ibarat pepatah tak ada yang abadi dan roda kehidupan terus berputar, bila di atas ada sederet kisah sukses perusahaan dan startUp teknologi ada juga yang gagal sebut saja sekelas Yahoo dan Multiply. 

Pertanyaanya bagaimana dengan starup di indonesia adakah yang juga mengalami kegagalan? jawabanya ada, dan berikut redaksi kutip dari thread menarik di Kaskus Lounge mari kita simak bersama dan ambil hikmahnya.

1. YesBoss



Perusahaan startup YesBoss mengumumkan hendak menutup layanan asisten virtualnya pada akhir Oktober ini. Hal ini ditegaskan dalam perubahan waktu operasional menjadi Senin sampai dengan Jumat, pada pukul 11.00-20.00 saja. Ternyata, YesBoss sedang menyiapkan sesuatu yang baru yakni Kata.ai.

Jika sebelumnya YesBoss menyediakan layanan asisten pribadi berbasis teks, sekarang mereka melakukan perubahan bisnis menyediakan platform conversational untuk menghubungkan pemilik merek dengan konsumen melalui teknologi chatbot. Produk terbaru yang diberi nama Kata.ai ini memanfaatkan software artificial intelligence, yakni dengan memakai mesin dialog Natural Language Processing/ NLP.

Untuk memastikan visi ini berjalan dengan baik, ahli Deep Learning dan NLP, Jim Geovedi, juga turut bergabung dalam jajaran tim Kata.ai sebagai Technology Advisor. Sebelum peluncuran resmi Kata.ai, YesBoss sudah bekerja sama dengan Microsoft, hingga perusahaan penyedia contact center Infomedia Nusantara, dan penyedia layanan perdagangan elektronik aCommerce, untuk memuluskan jalan mereka bekerjasama dengan ratusan merek berskala nasional dan perusahaan di berbagai industri. Penasaran ya kayak apa jadinya nanti kalo semua merek sudah menggunakan chatbot untuk melayani customernya?


2. Diana


Diana, layanan asisten pribadi virtual yang digarap oleh tim di bali Sribu dan Sribulancer ini menghentikan layanannya. Secara total, Diana hanya beroperasi selama 7 bulan sejak perkenalannya di awal September 2015. Penghentian layanan Diana ini berangsur mulai dari pengurangan jam operasional, menghentikan ketersediaan aplikasi di Play Store dan mengurangi jumlah karyawan. 

Alasan terkait penutupan layanan ini dikabarkan karena mereka tidak berhasil mendapatkan investasi eksternal untuk mendanai kebutuhan operasionalnya. Meski Diana sudah menghentikan layanannya, namun Sribu dan Sribulancer tetap beroperasi seperti biasa.

3. Shopious



Shopious yang awalnya didirikan pada tahun 2013 ini memiliki model bisnis sebagai marketplace fashion C2C (Customer to Customer). Lalu pada awal 2014, Shopious melakukan pivot menjadi agregator toko fashion di Instagram. Pivot sendiri adalah sebuah istilah yang cukup familier di dunia startup, di mana perusahaan sedang mempersiapkan untuk berpindah rencana bisnis dari A ke B karena model bisnis A tidak berjalan baik. Pedagang hanya perlu mendaftarkan diri dan membayar biaya berlangganan agar akun Instagram mereka terintegrasi dengan platform Shopious. Dengan begitu, penjual bisa mendapatkan audiens yang lebih luas; bukan cuma teman atau followers mereka di Instagram aja. 

Menurut Founder Shopious Aditya Herlambang, tutupnya Shopius bukan karena mereka kehabisan dana. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, di antaranya biaya marketing seperti SEO, SEM dan sebagainya semakin tinggi dan kompetisi berat dengan startup berkantong tebal. Ia mengaku kecewa dengan startup scene di Indonesia, yang menurutnya berbeda dengan Silicon Valley. Di Silicon Valley, startup berkompetisi dengan membuat produk dan layanan yang lebih baik. Di Indonesia, startup bersaing dengan besarnya pendanaan yang dimiliki.


4. Paraplou.com/ Vela Asia



Meluncur sebagai e-commerce pioner di Indonesia (didirikan Januari 2011) yang memfokuskan pada produk fashion premium, Paraplou mengklaim sebagai situs fashion terbesar ketiga di Indonesia. Startup ini dipimpin oleh mantan punggawa Rocket Internet Bede Moore dan Susie Sugden. Meskipun sektor e-commerce saat ini cukup menjanjikan di Indonesia, namun layanan e-commerce Paraplou.com mengumumkan penutupan layanannya per 24 Oktober 2015.

Padahal Paraplou Group selama ini dianggap cukup sukses membawa merek terkenal go online seperti Havaianas, Lee Cooper, Jack Nicklaus dan G2000.Dalam pengumuman resminya, Paraplou menutup layanannya karena kondisi permodalan. Meski sebenarnya pada awal 2015 sudah mendapatkan permodalan US$1,5 juta dari Majuven, namun kerasnya persaingan membuat layanan ini menyerah.

5. Valadoo


Layanan travel online yang menawarkan berbagai paket wisata ini berdiri sejak tahun 2010. Meski sempat mendapatkan investasi dari Wego bersamaan dengan pivot layanan, Valadoo mampu berkembang dengan baik di saat produk jasa sejenis masih sepi di ranah online. Hingga di bulan Agustus 2014 pihak Valadoo melakukan merger dengan Burufly, namun nyatanya pihak Valadoo masih keteteran. Hingga per tanggal 30 April 2015, Valadoo resmi menutup layanannya.

Salah satu aspek yang diungkapkan Jaka Wiradisuria, CEO dan Co-Founder Valadoo, bisnisnya tidak bertahan karena arah yang tidak jelas dari awal, terkait dengan model bisnis yang tidak matang. Perbedaan kultur dan ekspektasi pasca merger juga menjadikan proposisi bisnis tergoncang, termasuk dari sisi penggunaan teknologi pendukung. Saat ini Jaka memutuskan untuk bergabung dengan Ruma setelah memastikan karyawan Valadoo tidak terlantar pasca penutupan perusahaan.


6. Lamido



Berada di bawah naungan Rocket Internet atau Lazada Group, layanan online marketplace Lamido ini diluncurkan pada akhir 2013. Dalam operasinya, sub-produk dari situs e-commerce Lazada ini berhasil merangkul lebih dari 2500 merchant. Hingga akhirnya, startup yang dipimpin oleh Johan Antlov dan Giacomo Ficari ini memilih untuk menutup layanannya per bulan Maret lalu dan meleburkan tim serta rekanan merchant ke dalam bagian dari Lazada Indonesia.

Penyebab utamanya akibat persaingan yang ketat dengan para pemain yang sudah ada seperti Tokopedia dan Bukalapak, hingga akhirnya manajemen memilih untuk memperkuat layanan e-commerce Lazada.


7. Inapay



Inapay adalah penyedia layanan rekening bersama atau escrow yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan transaksi pembayaran saat transaksi online. Seperti tertulis di situsnya, per 25 Januari 2015 Inapay tidak lagi melayani jasa escrow setelah 3 tahun beroperasi.

Selama beroperasi, Inappay sudah memiliki pengguna hingga 25 ribu orang dan sudah membukukan 29.466 transaksi. Meski bukan jumlah yang sedikiti, namun ternyata tidak cukup karena layanan payment gateway lain sudah berevolusi untuk mengelola berbagai metode pembayaran sehingga sistem Escrow tidak lagi jadi preferensi. 

Mereka juga tak menjelaskan alasan tutup. Namun dalam pengumumannya, mereka menyebut banyak tantangan dalam dunia escrow yang belum terpecahkan, mulai dari edukasi sampai regulasi yang sampai saat ini menjadi tantangan terbesar.




7 Poster Ini akan Membuat Anda Mengernyitkan Dahi



Sobat Campusnesia, salam Jumpa, beda orang beda penyikapan atas sebuah peristiwa yang terjadi, termasuk beda orang beda cara menyampaikan pendapatnya akan sesuatu. Diartikel kali ini redaksi memiliki tema menarik tentang cara seseorang dalam mengekspresikan pendapatnya akan sebuah keaadaan.

Seorang pemuda bernama nandar, yang sehari-hari mengelola sebuah umkm percetakan merchandise punya cara unik menyampaikan kritiknya pada kondisi-kondisi di masyarakat. latar belakang dan hobinya di dunia desain grafis menjadi media penyampaian ide-idenya. 

poster-poster berikut ini akan membuat kita mengernyitkan dahi dan berfikir sejenak, mungkin di antara pembaca akan bergumam bener juga ya. ketika ditemui di outlet Loetju tempat ia bekerja pemuda ini menyampaikan poster-poster ini dikerjakan disela-sela aktivitas harianya untuk refreshing, ketika ditanya apa semua idenya orisinil beliau menyampaikan tidak semua mayoritas ide yang diperoleh dari inspirasi poster-poster yang sudah ada di internet, ia mencoba membuat versi yang lebih indonesia.

apa saja poster-poster itu? yuk kita lihat

1. Face a book


ketika koneksi internet semakin mudah murah, orang mulai ketagihan apalgi dengan sosial media, hingga kadang aktifitas belajar dan membaca enjadi berkurang. makna poster di atas yuk kurangi aktifitas berselancar di internet untu hal yang tidak penting perbanyak aktifitas yang lebih produktif.

2. Like please!


ada fenomena di mana sebagain orang yang bersosial media mencari like dan favorit menjadi kebanggaan, tidak terkecuali untuk tema-tema kemanusian, seyogyanya aktifitas yang demikian juga harus diimbangi dengan aksi nyata.

3. Don't Text and Drive


Hindari menggunakan pesan dan telepon saat berkendara, karena akan berbahaya untuk keselamatan anda.

4. Lets kids stay kids


Banyaknya orang yang tidak bertanggung jawab dala menggunakan interntet mebawa dampak negatif, isalnya pengunaan istilah-istilah yang maknanya ter-destruktif ke hal negatif. dala hal ini peran orang tua dalam mengawasi anak-anak ber internet menjadi krusial.

5. Judi


tak banyak penjelasan kai, dengarkan saja lagu bang haji Rhoma Irama tentang dampak buruk judi.

6. Serakah


ada yang menarik dari sebuah lagu Qosidah yang dinyanyikan oleh grup Nasida Ria berjudul "tahun 2000" lagu ini keluar di era 80-an memprediksi di masa mendatang akan sulit mencari kerja, banyak pengangguran, sawah dan ladang menyempit menjadi tempat hunian.

7. Coming Soon

Liputan: Mahasiswa D3 MUP FPP UNDIP Praktikum KWU di Loetju.com




Sobat Campusnesia apa kabar di pertengahan bulan oktober ini, buat kamu yang mahasiswa sudah selesai belum UTS nya? semoga lancar ya. Kali ini redaksi punya liputan menarik lagi tentang tema entrepreneurship atau kewirausahaan. Baru-baru ini kantor Loetju dan campusnesia kedatangan tamu spesial yaitu teman-teman dari jurusan D3 Manajemen Usaha Peternakan (MUP) FPP Undip yang sedang melakukan kunjungan perusahaan untuk praktikum mata kuliah Kewirausahaan.

Kelompok ini terdiri dari 5 orang mahasiswa angkatan 2015, Hilman Alamsyah, Lely Nursyakna, Wilis Hartati, April Nurhuda dan Herny Enggar. Kunjungan dilaksanakan hari Minggu tanggal 16 kemarin dan berlangsung kurang lebih 2 jam. Dalam sesi kali ini para tamu diterima dan dijamu oleh CEO Loetju.com mas Achmad Munandar. Secara teknis praktikumnya dilakukan dengan tanya jawab seputar usaha Loetju yang dikenal sebagai usaha yang bergerak dalam industri kreatif dalam hal ini merchandise dan digital printing.


Pertanyaan dimulai dengan sejarah berdirinya Loetju, siapa sangka ternyata menurut penjelasan mas Nandar, Loetju sudah ada sejak 2010 lahir dari 6 mahasiswa Teknik Undip yang kala itu sedang mengikuti ajang kompetsisi bisnis PMW Dikti, dan yang menarik lagi ternyata tidak banyak peserta PMW kala itu yang sampai sekarang usaha masih berjalan. Dari sekitar 40 kelompok, Loetju menjadi salah satu dari 2 usaha yang masih eksis dan berkembang.

Pertanyaan berikutnya para peserta praktikum menanyakan apa rahasia Loetju bisa eksis sampai sekarang ditengah persaingan usaha sejenis yang sudah menjamur di kota Semarang khususnya Tembalang. mas Nandar tanpa ragu berbagi rahasia kesuksesan Loetju menjaga eksistensinya di tembalang dan kota semarang. 



Menurut beliau kunci suksesnya ada 2 yang pertama memiliki ciri khas sebagai pembeda dan fokus pada kelebihan yang dimiliki. untuk ciri khas Loetju sudah dikenal sejak lama sebagai usaha yang menyediakan oleh-oleh souvenir tentang kota semarang dan kampus ini menjadi pengingat customer akan jati diri Loetju walau di Loetju juga ada divisi percetakan merchandise dan penjualan bahan baku merchandise. untuk yang ke 2 terkait fokus pada kelebihan Loetju puya 3 hal yang diandalkan yaitu manajerial order yang baik, kreatifitas dan  pelayanan yang friendly.



Ada banyak pertanyaan sebenarnya, tapi redaksi pilih yang menarik ya, misalnya tentang pertanyaan apakah dalam perjalanan Loetju selama ini ada kendala dan tantangan serta bagaimana mengatasinya. mas nandar menjelaskan dengan penuh perasaan mengenang masa-masa perjuangan Loetju misalnya di tahun 2011 ketika evaluasi tahunan sedang berlangsung manajemen Loeju mendapati keuangan Loetju yang semakin berkurang padahal dari orderan tidak pernah rugi, dari sini Loetju belajar tentang manajemen keuangan dan moment kejadian itu menjadi titik balik pengelolaan keuangan yang lebih baik sehingga sampai sekarang Loetju bisa berkembang secara organik mengandalkan keuangan yang dimiliki walau tanpa investasi tambahan dari luar. Mas nandar berbagi tips manajemen keuangan yang diterapkan dengan nama manajemen amplop. menyisihkan keuangan dari laba bersih untuk beberapa pos yang telah ditentukan, misalnya tabungan, bagi hasil owner, pengebangan dan operasional.





Dipenutup sesi tanya jawab, peserta bertanya apakah dengan memiliki dan menjalan sebuah usaha ada kepuasan yang dirasakan, mas nandar dengan antusias menjawab iya, misalnya bagaimana dengan mengelola usaha ini beliau bisa menyalurkan passionnya dalam dunia kreatfitas dan seni grafis jadi bekerja seakan bermain, yang lain dengan memiliki usaha dan bisa hire karyawan maka ada kebahagaian ketika mampu membuka lapangan pekerjaan dan berperan dalam mengurangi pengangguran walau belum banyak. beliau juga bercerita tentang sebuah divisi di Loetju yang sifatnya non profit yang diberi nama LOETJU foundation yaitu divisi yang mengelola uang infaq 10% dari laba tiap bulan yang diperuntukan untuk aneka kegiatan sosial dan kemanusiaan.dengan memiliki orientasi selain keuntungan semata menurut mas nandar ini menjadi trigger untuk berkerja lebih semangat lagi.

Menarik ya sobat campusnesia, mas nandar juga berpesan kalau ingin menjadi seorang wirausahawan dan memulai usaha mulai saja dari yang kecil dan yang bisa lakukan sekarang, kunci suksesnya adalah tekun kreatif dan pantang menyerah.

Untuk kelompok yang praktikum di Loetju kami dari redaksi campusnesia mengucapkan terima kasih untuk kunjungannya dan semoga kalian dapat nilai yang bagus ya di mata kuliah kewirausahaan ini, sampai jumpa/ redaksi 

Diponegoro Public Relation Day 2016 by BEM KM UNDIP

0



[ DPRDAY 2016 ]

Humas BEM Undip 2016 proudly present :
🎉Diponegoro Public Relation Day 2016🎉

Halo, Dips! :)

Buat kamu yang pengen belajar tentang keterampilan Public Relation, pengen jago di bidang lobbying, mau tau tips public speaking + pengen belajar design. pas banget nih buat kamu!

📌DPRday apasih?
Diponegoro Public Relation Day adalah suatu pelatihan kehumasan buat kamu yang pengen tau lebih dalam mengenai Public relation, dimana terdapat 3 kelas yang bisa kamu pilih:

1. Creative Design &  Publication
2. Smart and Genius Lobbying
3. Be a Creative Public Speaker

Pemateri:
1. Muhammad Ghazali Suwardi
    Ketua BEM Telkom University dan 
    Koor Media BEM SI 
    (kelas Creative design & Publication)

2. Enggar Bagus Listdiar
     Ketua Bidang Humas BEM Undip 2015
     (kelas Smart and Genius Lobbying)

3. Aulia Hasemi
     Ketua BEM FT 2015
     (kelas Creative Public Speaker)

dan Special Speaker
Agung S. Bakti, MSi
Executive director of CISSReC

Fasilitas :
1. Ilmu yang bermanfaat
2. Merchandise
Fasilitas :
1. Ilmu yang bermanfaat
2. Merchandise
3. Snack
4. Sertifikat dengan SK Rektor
5. Doorprize

Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Oktober 2016
Waktu             : Pukul 08.00 WIB s.d Selesai
Tempat           : Gedung A FEB Undip

HTM : FREE!!!
⚠ Limited Seat!!! ⚠

pendaftaran: bit.ly/diponegoroprday2016

More Information :
Phone : 085646046800 (Ariq)
Line     : Macvalerian

#Humas
#DPRday
#BeASmartandCreativePR

Bidang Hubungan Masyarakat
BEM Universitas Diponegoro 2016
Semangat Undip Melukis Indonesia dan ASEAN

(MAAF PESERTA SUDAH PENUH)

Dari Proyek Berbasis Teknologi, Fauzan Helmi Rintis Bisnis Startup




Jika mengintip perkembangan bisnis startup di Indonesia, akan muncul sederet nama anak muda yang kini menduduki posisi CEO. Salah satu dari deretan nama tersebut adalah Fauzan Helmi Sudaryanto atau yang akrab di sapa Ujan, alumni Fasilkom UI angkatan 2011.

Bersama dua orang teman kuliahnya, pria usia 23 tahun ini kini telah berhasil merintis sebuah startup berbasis aplikasi bernama Teman Jalan sejak bulan Agustus 2015 lalu. Teman Jalan mempertemukan pengendara dan penumpang yang memiliki rute perjalanan yang searah atau tujuan yang sama.

Ditemui oleh UI Update bulan September 2016 lalu, Ujan menceritakan bahwa dirinya memang sudah tertarik pada bidang teknologi komputer sejak menduduki bangku SMP.

“Saya belajar coding sejak SMP, belajar sendiri. Tadinya suka doang sih. Di komputer bisa nonton, main game. Nah saya ingin orang juga bisa main game atau memakai aplikasi buatan saya,” tutur pria yang pernah meraih gelar Mahasiswa Berpestasi di tahun 2015 itu.

Ditanya mengenai inspirasinya, Ujan mengatakan, bahwa ayahnya menjadi sosok yang berperan dalam mendidik dan membentuk pola pikirnya di awal.

“Dulu pas SMP, saya bikin proposal untuk minta komputer baru ke ayah. Komputer rumah udah 10 tahun, udah nggak kuat. Ayah saya nggak mau, dan saya harus ikut patungan. Lah, saya nggak punya uang kan?” ujarnya sambil tertawa.

Ujan menambahkan, “Akhirnya ada lomba Insyinyur cilik. Lombanya bikin karya tulis. Di situ ayah saya membimbing saya bikin karya tulis. Pertama kalinya seumur hidup! Saya menang juara tiga dan dapat uang. Waktu itu bahkan jadinya nggak jadi beli komputer, tapi beli laptop untuk saya sendiri.”

Memetakan Masalah dan Berinovasi Mencari Solusi

Ujan menuangkan ketertarikannya pada dunia teknologi komputer melalui partisipasinya dalam berbagai proyek dan kompetisi. Salah satunya adalah pembuatan Kamus Tradisional Online.

“Di SMA, saya bikin kamus bahasa daerah online. Saya keturunan Jawa, masa nggak bisa bahasa Jawa? Keluarga saya bisa semua. Keturunan Jawanya berhenti di saya. Is that a problem? Iya,” jelasnya.

Berbagai inovasi yang ia garap kemudian pun, diakui Ujan, berasal dari masalah-masalah yang ada di lingkungannya.

“Emang dari dulu udah suka dua hal, teknologi komputer sama solving problem. Kalau ada suatu masalah nih, apa yang bisa saya bantu dengan skill saya?” katanya.

Di bangku kuliah, Ujan mulai mencoba memetakan suatu masalah dan merefleksikan terhadap kemampuan yang ia miliki untuk membantu membereskan masalah tersebut.

Ia kemudian membuat aplikasi Siaga Banjir, sebuah aplikasi peringatan banjir, serta Bikun Mania, yakni sebuah aplikasi yang dapat mendeteksi bus kuning di Kampus UI.

“Waktu banjir, saya gak bisa bikin tanggul, nggak bisa lebarin sungai, dan nggak bisa menggusur rumah orang di pinggir sungai. Tapi saya punya teknologi, apa yang bisa saya lakukan? Saya beri tahu orang kalau saya punya banyak data. Waktu membuat Bikun Mania, orang-orang di halte bikun gak tahu kan bikun datang kapan? Oke, saya lacak busnya agar kita jadi tahu,” tambahnya.

Menerapkan 16 Team Principles

Pria kelahiran 12 Desember 1992 ini mengatakan bahwa dirinya pernah tinggal di Jerman saat menduduki bangku SD. Menurutnya, tinggal di negara lain berhasil membuka wawasan dan memperluas perspektifnya.

“Itu membentuk pola pikir. Di sana kan semuanya udah rapih, disiplin. Terus pas balik ke Indonesia lagi seperti masuk ke mesin waktu. Mundur beberapa tahun ke belakang. Di sana saya kelas satu SD naik bus dan kereta nggak ada masalah. Di sini gimana? Nggak aman,” katanya.

Hal ini menjadi dasar bagi dirinya, di bantu oleh dua orang rekan kuliahnya, Nana dan Caraka, untuk merintis startup Teman Jalan setelah mendapatkan gelar sarjana.

Ujan mengatakan bahwa rekan-rekan timnya di Teman Jalan berperan dalam mendorong dirinya untuk terus maju.

“Satu hal yang bikin saya terus maju sebenarnya tim saya. Setiap orang di tim saya punya expertise masing-masing yang orang lain nggak punya. Dan saya suka belajar dari mereka. Itu kenapa saya suka teamwork,” ujarnya.

Ditanya mengenai cara memimpin sebuah tim, Ujan mengatakan bahwa dirinya selalu menekankan pada delapan orang rekannya Teman Jalan mengenai 16 team principles yang ia buat.

“Saya punya team principles. Sebuah konvensi yang kita pakai dalam bekerja dalam tim. Itu benar-benar jadi panduan buat saya dan tim, untuk punya satu kesepakatan bersama buat bisa jalan. Saya sedang berusaha bikin tim saya percaya bahwa it’s okay to fail as long as we learn something,” tutupnya.

Penulis : Melati S. Paramita

Sumber: http://www.ui.ac.id/berita/dari-proyek-berbasis-teknologi-fauzan-helmi-rintis-bisnis-startup.html

Bersinar Kembali, Ainge CP ITB Rebut Juara 1 Petra Informatics Contest Surabaya



BANDUNG, itb.ac.id - Semua orang berlomba-lomba untuk mengejar prestasi. Prestasi kerap kali dijadikan sebagai alat ukur dari seberapa berhasil usaha keras yang dilakukan selama ini. Dengan perjuangan yang selama ini sudah mereka lakukan, Ainge CP ITB kembali bersinar di dunia competitive programming. Luqman Arifin Siswanto, Muhamad Visat Sutarno, dan Wiwit Rifa'i (Teknik Informatika 2013) berhasil menyabet juara pertama pada Petra Informatics Contest yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Petra Surabaya dan Binus University pada bulan September-Oktober 2016. Walau banyak rintangan, tim Ainge CP tetap memberikan kemampuan terbaiknya dalam ajang kali ini. 

Perjalanan Menuju Kesuksesan

Sejak memulai debutnya sebagai satu kesatuan, tim Ainge CP memiliki target untuk dapat berpartisipasi dalam International Collegiate Programming Contest yang diadakan oleh Association for Computing Machinery (ACM-ICPC) World Final. Sebelum mencapai tingkat world final, ada dua tingkat yang harus dilewati terlebih dahulu, yaitu provincial dan regional. Salah satu gelaran ACM-ICPC tingkat provincial  adalah Petra Informatics Contest tersebut, di mana mereka berhasil merebut juara pertama dan lolos ke tingkat regional. Dengan semangat yang tak pernah padam, kini tim Ainge CP sudah mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi ACM-ICPC tingkat regional yang akan melibatkan para mahasiswa dari seluruh negara di Asia. Di tengah kesibukan mereka sebagai mahasiswa tingkat akhir, Luqman, Visat, dan Wiwit tetap menyempatkan diri untuk berlatih competitive programming bersama di situs-situs dan media online yang ada.

Jatuh Bangun Selama Perjalanan

Dengan memboyong juara 1 di Petra Informatics Contest dan juara 2 pada Compfest 8, tim Ainge CP telah memukau banyak orang dengan gemilang prestasi mereka. Meskipun begitu, dibalik semua pencapaian tersebut mereka mengaku sering mencicipi kegagalan. Kegagalan tersebut bukan hanya mereka alami pada awal debut tim Ainge CP tapi juga hingga sekarang. Ketika mengerjakan soal-soal pemrograman yang ada pada situs online, mereka mengaku sering tidak berhasil menemukan solusi pemrograman yang tepat. Begitu pun saat mengikuti kompetisi-kompetisi untuk berlatih yang diadakan secara online, sulit bagi mereka untuk menduduki posisi-posisi teratas. "Kalau kita lihat yang di peringkat-peringkat atas website competitive programming itu, biasa orang dari luar Indonesia," ucap Luqman. Mahasiswa dari program studi Teknik Informatika tersebut menyatakan bahwa mereka perlu berlatih lebih banyak lagi agar dapat bersaing dengan negara lain, dan usaha yang sudah mereka lakukan selama ini masih belum cukup untuk mencapai mimpi mereka.

Perjuangan tim Ainge CP menjadi bukti nyata bahwa konsistensi dan keuletan merupakan poin yang penting dalam meraih prestasi. Mereka tidak pernah berhenti berjuang ataupun merasa cukup dan hebat. Melainkan karena kerendahan hati yang mereka miliki, tim Ainge CP tidak mau terlena dengan apa yang sudah mereka capai selama ini. Dalam menghadapi lomba, mereka selalu berlatih dengan rutin, bahkan saat perjalanan ke Surabaya dengan kereta untuk menghadapi kompetisi final Petra Informatics Contest yang diadakan pada 1 Oktober 2016. Selagi menunggu kereta mereka tiba di Surabaya, tim Ainge CP mengerjakan soal-soal pemrograman yang ada. Dengan keuletannya itu, tim Ainge CP bukan sekedar berprestasi dalam competitive programming, tetapi juga mampu menjadi figur dan teladan bagi massa kampus lainnya.

Tim UGM Juara Kompetisi Chem-E-Car di Australia



Tim Chem-E-Car Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih juara dalam ajang Chem-E-Car di Adelaide University, Australia pada 27-28 September 2016. Dalam lomba perancangan mobile prototipe yang digerakkan dengan reaksi kimia tersebut, UGM memperoleh juara 1 kategori poster.

Chem-E-Car merupakan kompetisi yang diperuntukkan bagi mahasiswa dalam mendesain prototipe mobil dengan bahan bakar reaksi kimia. Kompetisi kali ini diikuti tim-tim unggul dari berbagai negara di dunia seperti Australia, Iran, Indonesia, Malaysia, serta New Zealand.

General Manajer Tim Reactic Chem-E-Car UGM, Fadzri Sukmaji, menyampaikan dalam kategori poster mobil hasil riset UGM yang dinamai “Reactic 0.1” unggul dalam konsep penggunaan bahan bakar yaitu mengandalkan sel volta dari bahan-bahan organik. Sel volta tersebut bisa menghasilkan reaksi kimia sebagai energi untuk menggerakan mobil dan digunakan sebagai pengganti baterai.

“Mobil yang kami kembangkan ini digerakkan dengan reaksi kimia berbasis sel volta dengan katodanya memakai stainless stell dan aluminum sebagai anodanya. Sementara stopping mechanismnya  berbasis bahan organik sehingga ramah lingkungan,” papar Fadzri, saat dihubungi Kamis (29/9).

Fadzri menyebutkan inovasi dari mobil Reactic 0.1 ini terletak pada mekanisme stopping yang menggunakan bahan organik. Sementara mobil lainnya pada umumnya dikembangkan dengan bahan-bahan kimia. Adapun stopping mechanism yang digunakan adalah Vitamin C, obat merah, tepung maizena, dan sejumlah bahan kimia lain yang aman digunakan.  
“Mobil kami dinilai unggul karena inovasi penggunaan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan, sedangkan mobil tim lainnya masih menggunakan bahan-bahan kimia,” ungkapnya.

Selain mempertandingkan kategori poster, dalam kompetisi itu dipertandingkan pula kategori race. Hanya saja, mobil UGM belum mendapatkan juara di kategori race dan harus puas berada di urutan ke-5.

Fadzri mengatakan Reactic 0.1 mengandalkan sel volta berbasis bahan organik yang sangat mudah terpengaruh terhadap suhu. Sementara di Australia terdapat perbedaan suhu yang besar sehingga jalannya reaksi kimia menjadi berjalan lambat dan memengaruhi pergerakan mobil.

 “Meski belum bisa meraih juara di kategori race, kami tetap bangga karena inovasi yang kami kembangkan pada mobil Reactic 0.1  bisa menyabet juara kategori poster. Semoga di kompetisi internasional berikutnya kami bisa mendapatkan prestasi yang lebih baik,” tuturnya.

 Direktur Kemahasiswaan UGM, Dr. Drs. Senawi, M.P., mengaku bangga atas capaian Tim Chem-E-Car UGM di tingkat internasional. Hasil usaha dan kerja keras dalam melaksanakan riset dan pengembangan inovasi teknologi yang telah dilakukan dapat menghasilkan prestasi yang membanggakan.

“Segenap pimpinan dan civitas akademika UGM sangat bangga Tim Chem-E-Car UGM dapat berkontribusi menegakkan UGM menjulang tinggi karena prestasi dan mengakar kuat di hati rakyat,” kata Senawi. (Humas UGM/Ika)