Untung Banyak, Mahasiswa KKN Tematik UNDIP Memanfaatkan Limbah Oganik Pertanian yang Jarang Diketahui Kegunaannya

 


Campusnesia.co.id - Desa Bojongnangka, Kabupaten Pemalang – Mahasiswa KKN Tematik Undip melakukan optimalisasi sampah untuk membantu masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan yang sehat di desa Bojongnangka. 

Desa Bojongnangka memiliki suatu permasalahan yaitu kurangnya pengetahuan publik mengenai pengolahan sampah organik maupun anorganik yang baik dan benar. Padahal sampah organik merupakan sampah yang banyak dihasilkan dari rumah tangga sebagian besar dari hasil limbah dapur yang jika di akumulasi akan terjadi penumpukan sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.

Kepala Desa Bojongnangka, Bapak Wahmu, S.E mengatakan bahwa “kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap persoalan sampah menjadi suatu urgensi, masih banyak masyarakat yang masih sering membuang sampah  sembarangan, berbagai alasan yang dilontarkan oleh masyarakat, seperti tidak adanya tempat khusus yang disediakan oleh pihak yang berwenang, dan bahkan ketidakpedulian masyarakat terhadap rasa malas untuk memilah sampah”. Tanpa disadari pemilahan sampah yang baik dapat memudahkan petugas dalam memilah sampah mana yang didaur ulang dan dimanfaatkan, sehingga sampah dapat bernilai ekonomi.

Pada kegiatan KKN ini Didampingi oleh Dosen pembimbing lapangan dr.Siti Fatimah, M.Kes dan Dr. Fahmi Arifan S.T., M.Eng. mendorong Carissa Rafifah (20) mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri anggota KKN Tematik UNDIP berinisiatif untuk mengadakan program kerja “Pemanfaatan Bonggol Jagung Menjadi Briket Sebagai Pengganti Bahan Bakar Kayu”.

Salah satu cara pengolahan limbah adalah dengan membuat biobriket yang mana biomassa diproduksi dengan memampatkan bahan limbah organik menjadi bentuk padat, yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar. 

Proses pembuatan briket ini relatif sederhana dan hemat biaya, menjadikannya pilihan yang menarik. Selain itu, briket biomassa memiliki kandungan energi yang tinggi dan pembakaran lebih efisien daripada bahan bakar tradisional, mengurangi jumlah emisi berbahaya yang dilepaskan ke atmosfer. 

Produk Biobriket bonggol jagung kepada warga desa


Di desa Bojongnangka sendiri memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah namun dibalik itu terdapat limbah pertanian yang menumpuk seperti limbah bonggol jagung, sekam padi, tempurung kelapa, dan jerami. 

Selama ini limbah tersebut hanya dibiarkan di lahan pertanian atau di bakar. Banyak warga yang belum menyadari adanya cara yang tepat agar dapat mengurangi jumlah sampah serta menghasilkan produk yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi bagi masyarakat.

Edukasi dan penyuluhan dilakukan kepada kader petani dan pemilik kebun dan juga kepada masyarakat sekitar yang mana tujuannya agar maksimal dalam memproduksi bahan alternatif baru dan terbarukan dengan memafaatkan produk yang ramah lingkungan. 

Antusias warga sangat lah tinggi saat setelah mendapatkan penjelasan mengenai biobriket salah satu warga (Pak Udin) beliau mengatakan “Sampah organik untuk pembuatan biobriket sangatlah mudah dan banyak di desa kami, jadi saya menemukan emas dalam hal ini. Daya tarik bahan bakar alternatif ini sangat tinggi karena ramah lingkungan”.

Penyuluhan Biobriket bonggol jagung kepada warga desa

Produk hasil pembuatan biobriket dibagikan kepada penjual ayam bakar dan sate yang ada di sekitar Desa Bojongnangka untuk memperkenalkan bahan alternatif pengganti kayu bakar. Respon penjual penjual tersebut setelah mencoba memasak menggunakan biobriket sangat positif (Mas Edi) “Sebetulnya mbak selama saya berjualan Asap dari kayu bakar atau batok kelapa biasanya memengaruhi mata saya, menyebabkan air mata keluar," katanya kepada Carissa, "dan pada titik-titik tertentu juga terasa gatal, ditambah dengan hidung meler".

Biobriket tidak hanya tidak mengandung bahan kimia berbahaya, arangnya hampir tidak berasap, yang berarti risiko menghirup asap berbahaya berkurang begitu pula bau tidak sedap yang dapat menggantung di udara dan menempel di pakaian, kulit, dan rambut. “jika saya membandingkan dari arang biasa dan dari biobriket, panas dari briket bertahan lebih lama, jadi hemat karena lebih sedikit dibandingkan dengan yang biasa digunakan sebelumnya,” tambahnya mas Edi penjual ayam bakar.

Dari program ini (D. dr.Siti Fatimah, M.Kes) selaku dosen pembimbing lapangan menjelaskan bahwa  “dengan ada penyuluhan biobriket sebagai bahan bakar dapat membantu meringankan permasalahan desa. Penting untuk dicatat bahwa peralihan total ke briket dalam waktu dekat mungkin bukan tujuan yang layak, karena belum banyak kesadaran dan kemampuan warga desa untuk memproduksi secara besar besaran. Namun produksi ini untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan lingkungan karena kedepannya penggunaan energi biomassa ini tidak akan turun tapi akan meningkat." 

"Harapannya juga ke depannya dapat merekrut masyarakat untuk menekuni usaha pembuatan biobriket atau bisa dilanjutkan oleh BUMDes program kerja dari adik adik KKN Tematik 2023 untuk mengurangi limbah organik di Desa Bojongnangka." Ujar Dr. Fahmi Arifan S.T., M.Eng.

Edukasi dan penyuluhan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat di Desa Bojongnangka yang memiliki masalah penumpukan limbah organik dan tentunya mengurangi polusi udara yang dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan pada kulit maupun saluran pernapasan. Dengan demikian, program ini pun dapat meningkatkan upaya utilisasi sampah berkelanjutan di Desa Bojongnangka. 






Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon