Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri info herbal. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri info herbal. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Info Herbal: Mengenal Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Manfaatnya bagi Kesehatan

0



Campusnesia.co.id - Halo sobat campusnesia, kita kembali dalam segmen info herbal, segmen yang membahsa aneka tanaman herbal asli indonesia dan manfaatnya bagi tubuh ini. Kali ini yang akan kita bahas adalah sebuah rempah yang pasti di jumpai di setiap dapur kita, yaitu bawang putih atau dikenal dengan nama Allium Sativum L dalam bahasa latin. Selain menambah rasa lezat dalam sambal bawang dan ayam geprek, Bawang Putih juga banyak sekali manfaatnya bagi tubuh kita, yuk kenal lebih dekat.

Morfologi Bawang Putih

Bawang putih merupakan tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun, memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah daun dan termasuk dalam genus Allium. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil, setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih. Bawang putih termasuk tumbuhan daerah dataran tinggi namun di Indonesia jenis tersebut juga dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di atas permukaan laut (6).

Kandungan Bawang Putih

Komposisi kimia bawang putih per 100 gr: protein 4,5 gram, lemak 0,20 gram, hidrat arang 23,10 gram, vitamin B1 0,22 mg, vitamin C15 mg, kalori 95 kalori, posfor 134 mg, kalsium 49 mg dan besi 1 mg (8).  

Menurut Lingga dan Rustama (4) bawang putih mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan tanin, sedangkan berdasarkan penelitian Safithri (5), bawang putih mengandung karbohidrat, protein, sterol, alkoloid, flavonoid, fenol hidroquinon dan saponin.

Tanaman bawang putih juga terkandung zat aktif pertama yaitu allicin yang menghasilkan bau bawang putih (aroma) yang khas dihasilkan ketika senyawa sulfur dan allicin bereaksi dengan enzim alinase (1). Adapun kandungan sulfur lainnya adalah aliiri, ajoene, allylpropyl disulfide,
diallyl trisulfide, sallylcysteine, vinyldithinnes, dan lainnya. Selain itu juga terdapat enzim-enzim antara lain : allinase, peroxides, mirosinase dan lain-lain. (3).

Khasiat Bawang Putih bagi Kesehatan

Allicin adalah komponen utama yang berperan memberi aroma bawang putih dan merupakan salah satu zat aktif yang diduga dapat membunuh kuman penyakit (bersifat antibakteri). Berperan ganda membunuh bakteri, yaitu bakteri gram positif maupun gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoate. Allicin dianggap sebagai antioksidan utama, namun studi terbaru menunjukkan bahwa senyawa lain mungkin memainkan peran yang lebih, seperti senyawa polar fenolik dan steroid, yang menawarkan berbagai sifat farmakologi tanpa bau dan juga panas yang stabil (2).

Bawang putih merupakan contoh obat tradisional yang banyak digunakan masyarakat Indonesia karena memiliki berbagai macam khasiat. Bawang putih memiliki khasiat sebagai antibakteri, antifungi, antipertensi, antioksidan yang memiliki efek hipoglikemik dan anti agregasi platelet (7).

Dari beberapa penelitian bawang putih mengandung zat aktip allicin, enzim alinase, germanium (mampu mencegah rusaknya sel darah merah), sativine (mempercepat pertumbuhan sel dan jaringan serta merangsang susunan sel saraf), selenium (mikromineral penting yang berfungsi sebagai antioksidan), skordinin (antioksidan). Kandungan bawang putih bermanfaat sebagai bakterisida, fungisida dan dapat menghambat pertumbuhan jamur maupun mikroba lainnya (8).


Penulis: Ika Shintya
Editor: Nandar


Daftar Pustaka
1. Evennett, K. 2006. Khasiat Bawang Putih. Hal 11:21. Jakarta: Arcan.
2. Gebreyohannes, G. 2013. Medical Valueof Garlic: A Review, International Journal of Medicine and Medical Science. Vo. 5 (9): 400-402.
3. Kemper, K.J. 2000. Garlic (Allium sativum). Longwood Herbal Task Force. 1: 1-49.
4. Lingga, ME dan Rustama, MM. 2005. Uji Aktivitas dari Ekstrak Air dan  Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif yang Diisolasi dari Udang Dogol (Metapenaeus monoceros), Udang Lobster (Panulirus sp.), dan Udang Rebon (Mysis dan Acetes). Jurnal Biotika.5 (2).
5. Safithri M. 2004. Aktivitas Antibakteri Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Bakteri Mastitis Subklinis secara in vitro dan in vivo pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Bogor: IPB.
6. Savitri, E.S. 2008. Rahasia Tumbuhan Berkhasiat Obat Perspektif Al-Qur’an. Malang: UIN-Press.
7. Shokrzadeh, M and A.G. Ebadi. 2006. Antibacterial effect of Garlic (Allium sativum L.) on Staphylococcus aureus. Pak. J. Biol. Sci. 9: 1577-1579.
8. Solihin. 2009. Manfaat Bawang Putih. Jakarta: Media Management.

**Baca Juga artikel menarik seputar tanaman herbal dan rempah asli indonesia yang kaya manfaat di sini >> Info Herbal

Info Herbal: Mengenal Tanaman Sirih dan Khasiatnya



Campusnesia.co.id - Sobat campusnesia, kembali ke segmen info herbal yang berisi konten seputar tanaman herbal dari indonesia yang kaya manfaat, kali ini tanaman yang akan kita bahas adalah tanaman sirih, sudah ada sejak jaman dahulu kala, sering dimanfaatkan oleh nenek kita untuk "Nginang" daun sirih dicampur dengan pinang, gambir, tembakau, kapur, cengkih lalu dikunyah. Manfaatnya menjaga kesehatan mulut dan gigi, makanya jangan heran nenek buyut kita justru giginya masih utuh walau sudah usia lanjut.

Bagaimana dengan tanaman sirih? yuk kenalan lebih dekat.

Morfologi Tanaman Sirih
Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih yang subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).


Kegunaan Daun Sirih sebagai Antibakteri
Daun sirih (Piper betle L) secara umum telah dikenal msyarakat sebagai bahan obat tradisional. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya antibakteri. Daun sirih dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagaian besar terdiri dari betephenol yang merupakan isomer Eugenol allypyrocatechine, Cineol methyl eugenol, Caryophyllen (siskuiterpen), kavicol, kavibekol, estragol dan terpinene (Sastroamidjojo, 2007).

Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol terhadap Staphylococcus aureus. Kavikol dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Estragol mempunyai sifat antibakteri, terutama terhadap Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik, anti peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu penyembuhan luka (Zahra dan Iskandar, 2007).

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung 4,2% minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen (sisquiterpene), kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007).

Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa infusa daun sirih dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab pneumonia dan Gaseus gangrene. Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk mengobati batuk maupun berfungsi untuk bakteriosidal terutama terhadap Haemophylus influenza, Staphylococcus aureus dan Streptococcus haemoliticus (Mursito, 2002). 


Dafar Pustaka
Darmayanti, R., Mulyanto, dan Mulyono. 2006. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta : Agro Media Pustaka.

Hermawan, A., Eliyati, H., dan Tyasningsih, W. 2007. Pengaruh Ekstrak daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus auerus dan Escherchia coli dengan Metode Difusi Disk. Jurnal Penelitian. 4 (7), 1-7.

Mursito, B., 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Malaria. Jakarta : Penebar Swadaya. 

Sastroamidjojo, S. 2007.Obat Asli Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.

Zahra, S., dan Iskandar Y. 2007. Kandungan Senyawa Kimia dan Bioaktivitas. Jurnal Farmaka. 15 (3), 143-152.

*Baca info tanaman herbal asli Indonesia lainya beserta khasiat dan manfaatnya di segmen Info Herbal klik di sini.

Penulis: Ika Shintya
Editor: Nandar

Info Herbal: Mengenal Tanaman Kelor dan Manfaatnya untuk Kesehatan



Campusnesia.co.id - Sobat Campusnesia, sebagai daerah rtopis indonesia memiliki kekayaan hayati berupa aneka ragam tanaman herbal atau tanaman obat. Melalui serial Info Herbal, kami akan hadirkan info seputar tanaman herbal dan manfaatnya, kali ini kita akan membahas tanama kelor atau biasanya dikenal dengan daun kelor. Saking populernya bahkan ada pepatah "dunia tak selebar daun kelor" yuk kita bahas.

Deskripsi Tanaman Kelor

Tanaman kelor merupakan tumbuhan perdu yang menurut beberapa sumber berasal dari India, namun ada juga yang menyebutkan bahwa kelor berasal dari Asia Afrika dan Amerika. Tanaman kelor dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai dengan daerah yang mempunyai ketinggian 300-500 meter diatas permukaan laut. 

Tanaman kelor bertahan hidup pada musim kering yang panjang. Media yang lebih disukai untuk tumbuh adalah tanah kering lempung berpasir, atau lempung tetapi dapat tumbuh juga pada tanah yang didominasi tanah liat. Parameter lingkungan secara umum yang dibutuhkan tanaman kelor untuk tumbuh dengan baik adalah iklim tropis atau subtropis, ketinggian 0-2000 m dpl, suhu 25-35 C, pH tanah 5-9 (5).

Daun berupa helaian, bentuk bulat, bulat telur sampai bulat telur memanjang, pertulangan daun menyirip, pangkal helaian daun meruncing, tepi rata, ujung tumpul atau membulat, warna hijau sampai hijau kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa (4). 

Kelor dengan akarnya yang kuat bentuk pohon tidak terlalu besar tinggi antara 7-11 meter, batang kayunya getas (mudah patah) bercabang jarang dan berwarna kelabu. Daun dari tanaman kelor berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, bunganya berwarna putih kekuning-kuningan, tudung pelepah bunga berwarna hijau, aromanya semerbak, bunganya muncul sepanjang tahun. Buahnya berbentuk segitiga memanjang yang disebut klentang (jawa) mirip kacang panjang berwarna hijau bila dilukai pada pohonnya maka akan mengeluarkan getah berwarna putih dan akan berubah menjadi coklat (blendok) (4). 

Kandungan Daun Kelor

Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa daun kelor memiliki kandungan vitamin C tujuh kali lebih banyak daripada jeruk, potasiumnya tiga kali lebih banyak dari pada pisang, kadar vitamin A empat kali lebih banyak daripada wortel, dan mengandung kalsium empat kali lebih banyak daripada kalsium susu. Kandungan protein setiap 100gr daun kelor setara dengan zat gizi protein satu butir telur.

Tanaman kelor mengandung metabolik sekunder berupa flavonoid, alkoloid, tanin, steroid / triterpenoid, fenolat. Akar dan daun kelor mengandung zat yang berasa pahit, getir, dan pedas. Biji kelor mengandung minyak lemak dan lemak (4). 

Kulit akar kelor mengandung minyak terbang, sedangkan pada sel-sel tertentu mengandung myrosinin, emulsine, alkaloida pahit tidak beracun, dan vitamin (A, B1, B2, dan C) (3). Daun kelor kaya akan kandungan kalsium yang berguna untuk tulang dan potasium sebagai zat yang mampu menjaga kesehatan otak dan saraf. Hasil percobaan pembuatan sirup daun kelor, didapatkan hasil kadar protein 6,09 %, lemak 1,7 %, karbohidrat 13,59%, serat 4,7%, kalsium 0,2165%, magnesium 1,2 %, kalium 0,7%, vitamin A 0,03%, vitamin B 0,04%, vitamin c 0, 25% (2).

Khasiat dan Kegunaan Daun Kelor

Daun kelor berkhasiat untuk mengobati beberapa jenis penyakit, menambah stamina tubuh, di samping itu juga mengatasi masalah gizi buruk. Berdasarkan sebuah penelitian, daun kelor memiliki kandungan senyawa aktif yang diduga berfungsi sebagai obat, yaitu arginin, leusin, metionin, dan beberapa senyawa lain. Kandungan senyawa aktif tersebut menunjukkan daun kelor dapat berfungsi sebagai anti diabetes, anti oksidan, dan anti tumor (1).

Khasiat lain dari daun kelor adalah mengobati penyakit rematik dan pegal linu, obat luka bernanah, obat cacingan, sakit kuning, obat sakit mata, mencegah osteoporosis, mengatasi kulit kering, menjaga kesehatan otak dan saraf, mengobati sariawan, menangani masalah kesehatan yang berkaitan dengan mulut dan tubuh, obat diabetes, dan menurunkan tekanan darah, daun kelor juga diduga dapat memperbanyak produksi ASI karena kandungan protein, fiber, lemak, karbohidrat, kalsium dan zat besi. Daun kelor kaya akan antioksidan alami seperti batakaroten, vitamin C, kalsium dan, potasium (5). 

Namun yang perlu diwaspadai adalah adanya penelitian yang menyebutkan bahwa ekstrak daun kelor dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan pembentukan sperma ketika dosis melebihi 1000mg/kg dari berat badan. Untuk itu dalam penggunaanya sebagai obat harus tetap memperhatikan aspek-aspek farmakologis seperti dosis penggunaan, efek samping jangka pendek dan jangka panjangnya (1).

Penulis: Ika Shintya

Daftar Pustaka
1. Abednego, B. 2017. Ensiklopedia Daun Obat. Jakarta: Indonesia Publishing House.

2. Haryadi, N.K. 2011. Kelor Herbla Multikhasiat Ampuh Melawan Diabetes Mellitus, Kolesterol Tinggi, dan Penyakit Lainnya. Surakarta: Delta Media.

3. Heriana, A. 2013. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya.

4. Hendri, W. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

5. Widowati, I., dkk. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) terhadap Bakteri Pembusuk Ikan Segar (Pseudomonas aeruginosa). Jurnal: Universitas Negeri Yogyakarta. PELITA, Vol. IX No. 1, April 2014.

Info Herbal: Mengenal Kandungan dan Manfaat Umbi Gembili




Campusnesia.co.id - Sobat campusnesia kembali bertemu dalam segmen Info Herbal, kali ini sebenarnya lebih tepay jika disebut segmen umbi-umbian karena kita akan membahas salah satu jenis umbi yang mungkin jaman sekarang banyak yang tidak tahu, namanya Gembili. 

Daunnya mirip sirih namun lebih lebar dan merambat, dulu waktu saya kecil tahun 1990an tanaman gembili banyak tumbuh di pekarangan rumah merambat di pagar, ketika musim hujan dipanen diolah sederhana hanya dengan di kukus, rasanya biasa ada manis-manisnya dan pera di mulut. Belakangan mulai populer kembali sebagai pengganti nasi dan lebih sehat serta banyak dicari orang, yuk kenal lebih dekat dengan tanaman umbi Gembili.

Mengenal Kandungan dan Manfaat Umbi Gembili
Gembili (Dioscorea esculenta L.) merupakan umbi dari keluarga Dioscoreacea yang mempunyai keunggulan dapat tumbuh di lingkungan secara liar. Namun,  sampai saat ini gembili masih merupakan tanaman subsiten, yaitu bukan tanaman pokok yang dibudidayakan, karena pemanfaatannya masih terbatas (4).  

Tanaman gembili berbentuk perdu yang memanjat atau membelit,
tingginya antara 3-5m. Batangnya bulat, berbulu halus, ada yang berduri, dan ada yang tidak berduri. Daunnya tunggal, letaknya berseling, berbentuk jantung. Pangkal daunnya berlekuk dan permukaan daun berbulu halus. Umbinya berbentuk bulat panjang dan umbi dapat dipanen setelah berumur 8-9 bulan. Warna daging umbi bervariasi ada putih bening atau putih keruh. Bunganya tersusun dalam bulir yang berwarna hijau kekuningan (6). 

Umbi gembili memiliki susunan kandungan gizi yang bervariasi sesuai dengan spesies dan varietasnya. Komponen terbesar dari umbi gembili adalah karbohidrat sebesar 27–37%. Tepung gembili memiliki kadar karbohidrat yang tinggi dan kadar inulin sebesar 14,77%. Kadar ini lebih tinggi dibanding kadar inulin dari beberapa jenis umbi lain (8). 

Inulin adalah salah satu karbohidrat yang berfungsi sebagai prebiotik yang efektif, didefinisikan sebagai komponen pangan yang tidak dapat dicerna dan dapat merangsang secara selektif pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang menguntungkan di dalam saluran pencernaaan (2). Gembili mengandung inulin sebesar 14,629%. Inulin dapat mengurangi resiko kanker usus besar, menormalkan kadar gula darah dan membantu mempengaruhi penurunan kesehatan jantung dan mencegah kanker kolon (1).

Bila ditinjau dari sifat fisiokimianya, gembili memiliki kadar protein tinggi dengan viskositas rendah sehingga baik dikembangkan sebagai tepung komposit untuk produk pangan. Tepung gembili mengandung serat pangan tak larut air berupa selulosa, serta sedikit lignin dan hemiselulosa. (5). Penelitian praklinik pada objek diabetes menunjukkan bahwa pemberian tepung gembili dapat menurunkan kadar glukosa darah (7). Serat pangan tak larut air berperan dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi, kanker usus besar, dan infeksi usus buntu (3). 

Sebagai umbi dengan kandungan pati tinggi, umbi gembili sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tepung umbi yang kemudian dapat diaplikasikan menjadi filler pada nugget. Sejauh ini, beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai tepung gembili yaitu penambahan tepung gembili pada proses pembuatan pangsit, cookies, dan flakes. 


Daftar Pustaka
1. Azhar, M. 2009. Inulin Sebagai Prebiotik. Jurnal Sainstek. Vol. 12, No. 1
2. Marsono, Y. 2004. Serat Pangan dalam Perspektif Ilmu Gizi. Yogyakarta : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 
3. Muchtadi, D. 2001. Sayuran Sebagai Sumber Serat Pangan untuk Mencegah Timbulnya Penyakit Degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, Vol. 12, o. 1.
4. Prabowo, A.Y., Teti E., dan Indria P., 2014. Umbi Gembili (Dioscorea esculenta L.) Sebagai Bahan Pangan Mengandung Senyawa Bioaktif : Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2, No. 3, Hal. 129-135.
5. Richana, N., dan Titi C. S., 2004.  Karakterisasi Sifat Fisiokimia Tepung Umbi dan Tepung Pati dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi Kelapa dan Gembili.  Jurnal Pascapanen. Vol. 1, No. 1, Hal. 29-37.
6. Richiana, N., 2012. Araceae & Dioscorea “Manfaat Umbi-umbian Indonesia”. Bandung: Nuansa.
7. Setiawan, R.B., Khumaida, N. & Dinarti, D. 2015. Induksi mutasi kalus embriogenik gandum (Triticum aestivum L.) melalui iradiasi sinar gamma untuk toleransi suhu tinggi. Jurnal Agronomi Indonesia, 43 (1), 36–44.
8. Utami, R., Esti W., dan Annisa D.A.R.D., 2013. Kajian Penggunaan Tepung Gembili (Dioscorea esculenta) dalam Pembuatan Minuman Sinbiotik Terhadap Total Bakteri Probiotik, Karakter Mutu, dan Karakter Sensoris. Jurnal Teknosains Pangan. Vol. 2, No. 3.

Penulis: Ika Shintya

Info Herbal: Mengenal Tanaman Meniran dan Manfaatnya bagi Kesehatan



Campusnesia.co.id - Phyllanthus niruri L. merupakan tumbuhan yang tersebar luas di banyak belahan dunia. Indonesia mengenalnya sebagai meniran hijau karena membedakannya dengan Phyllantus urinaria yang lebih dikenal dengan meniran merah. Meniran sendiri berasal dari bahasa jawa, di etnis dayak dan melayu kalimantan tumbuhan ini disebut ‘hambin buah’ karena perwujudannya seperti menghambin (mengangkat atau menggendong) buah yang ada dibawah ketiak daunnya.

Secara umum meniran dapat tumbuh hampir di seluruh tempat dengan kehangatan yang cukup (6). Herba ini terdistribusi pada tempat dengan iklim tropis dan sub-tropis atau di kedua hemispher. Tanaman ini merupakan local indigenious dari hutan hujan tropis seperti hutan Amazon, daerah Asia tenggara dan Cina (8).  

Selain pada daerah hutan hujan, tanaman herbal ini juga dapat tumbuh pada lahan basah bahkan yang dekat dengan laut, sehingga dilaporkan juga tumbuh di daerah Amerika seperti Bahama, India terutama di daerah selatan, Nigeria, Ghana dan banyak tempat lainnya (8).


Morfologi Meniran
Phyllanthus niruri L. merupakan tanaman herba yang monokotil, annual, tumbuh secara liar. Bercabang dengan bentuk bulat, cabang kecil dan simetris, berbentuk seperti daun yang menyerupai bulu. Setiap daun kecil membawa sebuah bunga dibawahnya, dan lalu buah. Tegak, dengan ukuran 30 hingga 60 cm. 

Buahnya seperti kapsul, agak rata dan sangat kecil, dengan diameter 2-3 mm. Akar tunggang panjang dengan sedikit cabang. Bunga meniran terbagi tiga (poligam) yaitu biseksual, bunga jantan dan bunga betina (2). Bunga jantan memiliki 5 calix dan 3 stamen, sedangkan bunga bentina memiliki 5 calix dan putik, bunga biseksual memiliki semua bagian tersebut (4).

Kandungan dan Manfaat Meniran
Berdasarkan penelitian, meniran memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan dan hepatoprotektif, antihiperurisemia, imunomodulator, antimicrobial, antiplasmodial, dan gastroprotektif. 

Efek farmakologis tersebut disebabkan oleh adanya senyawa kimia dalam herba meniran yang termasuk dalam golongan flavonoid, alkaloid, terpenoid, lignan, polifenol, tanin, kumarin, dan saponin (3). Selain itu berbagai kajian fitokimia telah menemukan kandungan senyawa kimia herba meniran yang lebih rinci, yaitu antosianin, filantin, dan hipofilantin serta katekin dan sapogenin steroidal (7).

Bagian dari herba meniran (daun, akar dan batang) memiliki banyak manfaat sebagai obat tradisional, karena mengandung beberapa senyawa kimia yaitu alkaloid (sekurinin), flavonoid (kuersetin, kuersitrin, isokuersitrin, astragalin, nirunin, niruside, rutin, leukodelfinidin dan galakotekin), dan lignan (filantin dan hipofilantin). Pada tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.), senyawa flavonoid dapat berfungsi sebagai analgetik (5).

Daun meniran yang mengandung flavonoid memiliki aktivitas sebagai analgetik. Rasa sakit atau nyeri merupakan pertanda ada bagian tubuh yang bermasalah, yang merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi serta memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguangangguan di dalam tubuh seperti peradangan (rematik, encok), infeksi kuman atau kejang otot. 

Rasa nyeri dapat terjadi disebabkan oleh rangsangan baik mekanis maupun kimiawi yang ditimbulkan oleh kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator (perantara) nyeri seperti bradikinin, histamin, serotonin, dan  prostaglandin (1).

Penulis: Ika Shintya

Daftar Pustaka
1. Afrianti, Ria, Revi Yenti, dan Dewi Meustika. 2014. Uji Aktifitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Putih Jantan yang di Induksi Asam Asetat 1%. Padang : StiFa Indonesia Yayasan Perintis Padang.

2. Ariolla, Nicholas de. 2011. Chanca Piedra (Phyllanthus niruri L.). Laboratoriosfitofarma, Lima.

3. Bagalkotkar, G., Sagineedu, S.R., Saad, M.S., & Stanslas, J. 2006. Phytochemical from Phyllanthus niruri Linn.and their Pharmacological Properties: a review. Journal of Pharmacy and Pharmacology, 58(12), 1559-1570.

4. Joseph B. & S.J. Raj. 2011. “An Overview Parmacognistic Propertties if Phyllanthus Amarus Linn.”  International Journal of Pharmachology 7. Ansinet.

5. Mangunwardoyo, W. 2009. Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Antimikroba Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.). Jakarta: UI.

6. Narendra, K. 2012. “Phyllanthus niruri: A Review on its Ethno Botanical, Phytochemical and Pharmacological Profile” Journal of Pharmachy Research Vol. 5. Research Gate.

7. Nurcahyo, B. 2015. Identifikasi dan Autentikasi Meniran (Phyllanthus niruri) Menggunakan Spektrum UltravioletTampak dan Kemometrika. Bogor: IPB.

8. Paithankar V. V. dkk., 2011. “Review Article Phyllanthus Niruri: A Magic Herb”. Research in Pharmacy 1(4) : 1-9. India

Info Herbal: Kandungan dan Manfaat Tanaman Zaitun




Campusnesia.co.id - Tanaman zaitun (Olea europaea) memiliki pohon dengan tinggi mencapai 3-15 m. Bunga berwarna putih atau krem dan berukuran kecil-kecil, pada bulan Oktober sampai Maret bunga tersebut berkembang dan mempunyai panjang 6-10 mm. Dalam bentuk buah, zaitun muda yang berwarna hijau kekuningan kerap disantap begitu saja atau sebagai penambah rasa. Zaitun matang berwarna ungu kehitaman biasanya dibuat acar atau diperas diambil minyaknya. Buah zaitun matang mengandung 80 persen air, 15 persen minyak, serta 1 persen protein, karbohidrat, dan serat. Untuk menghasilkan buah dan berproduksi secara penuh, pohon zaitun harus berumur 15-20 tahun (6).

Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan glesiredat (ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya. Minyak zaitun juga mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B, C, D, dan vitamin E. Minyak zaitun mengandung mineral, protein, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan asam folat, dan zat-zat penting yaitu: nutrisi, squalene, zat besi, polifenol, asam lemak, dan omega 9 (4). 

Salah satu komponen penting minyak zaitun adalah tokoferol (vitamin E), terdiri atas tokoferol alfa, beta, gama, dan delta. Jenis alfa paling tinggi konsentrasinya, hampir mencapai 90 persen dari total tokoferol. Karena itu, minyak ini sangat ideal sebagai antioksidan yang melindungi sel-sel dari radikal-radikal bebas yang berbahaya. Zaitun adalah sumber istimewa dari polyphenols, senyawa antioksidan yang membantu mencegah penggumpalan darah yang berbahaya. Sebuah studi dalam Journal of American College of Cardiology mengaitkan senyawa ini dengan peningkatan kadar nitric oxide, molekul jantung sehat yang meningkatkan pelebaran pembuluh darah dan aliran darah (2).


Manfaat minyak zaitun diantaranya adalah dapat menurunkan berat badan, menurunkan kadar kolesterol, pencegahan kanker dan jantung koroner. Kandungan polifenol dalam minyak zaitun lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan teh hijau yang digadang-gadang sebagai antikanker, darah tinggi, diabetes, stroke, dan jantung koroner, oleh karena itu sangat cocok sebagai pilihan untuk mendapatkan kesehatan (7).


Polifenol adalah senyawa kimia alami sebagai antioksidan yang membantu melindungi sel-sel dari radikal bebas dan dapat mencegah resiko penyakit jantung. Polifenol memberikan efek vasodilator dalam pembuluh darah melalui peningkatan Nitric Oxide Syntase (NOS), merangsang quanylate cyclase dan membentuk cGMP sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah (1). 


Minyak zaitun memiliki konsentrasi squalene paling tinggi diantara minyak nabati lainnya. Kadarnya berkisar 2.500-9.250 miugram/g. Squalene bermanfaat untuk mengobati penyakit kanker. Komponen ini juga meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit TBC, hepatitis, flu, dan lain-lain. Minyak zaitun mengandung mengandung 55-85 %  asam oleat, yang mampu mereduksi serum LDL  (kolesterol jahat). Sehingga akan menghindarkan penyumbatan pembuluh darah oleh kolesterol dan mengurangi resiko penyakit jantung dan darah tinggi (3).


Riset menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan kaya antioksidan seperti minyak nabati, buah-buahan, sayuran, gandum dan kacang memiliki resiko serangan jantung dan kanker yang lebih rendah.1
Vitamin E juga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara umum, dengan cara meningkatkan kemampuan tubuh menangkal penyakit dan infeksi (5).


Daftar Pustaka
1. Athiroh, N. 2012. Mechanism of Tea Mistletoe Action ob Blood Vessels. Jurnal Kedokteran Brawijaya 27 (1) : 1-7. 

2. Kinanthi. 2009. Minyak Zaitun (Sumber Lemak Nabati). Jakarta : EGC.

3. Orey. C., 2008. Khasiat Minyak Zaitun Resep Umur Panjang Ala Mediterania. Jakarta : PT. Mizan Publika.

4. Savitri, C. Y., 2011. Perbaikan Daya Kelembaban Minyak Zaitun (Olea europeae) dan Gliserol dalam sediaan Krim Tangan. Medan : Fakultas Farmasi USU.

5. Selby, Anna. 2005. Makanan berkhasiat : 25 Makanan Bergizi Super untuk Kesehatan Prima. Jakarta : Erlangga.

6. Susilo, T.Y., 2012. Khasiat Minyak Zaitun (Olive Oil) dalam Peningkatan Kadar HDL (High Density Lipoprotein) Darah Tikus Wistar Jantan (Skrisi). Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

7. Trubus. 2010. My Healthy Life : Trio Herbal. Depok : PT. Trubus Swadaya.

penulis: Ika Shintya

Info Herbal: Mengenal Tanaman Mahkota Dewa yang Kaya Manfaat



Campusnesia.co.id - Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana. Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran buahnya yang besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak. 

Ada yang menyebut dengan nama Mustaka Dewa, Derajat, Mahkota Ratu, Mahkota Raja, Trimahkota, dan masih banyak lagi. Di Jawa Tengah, orang orang menyebutnya dengan nama Makuto Mewo, Makuto Rojo dan Makuto Ratu. Ada pula orang banten yang menyebut mahkota dewa dengan sebutan Raja Obat (4).


Morfologi Mahkota Dewa
Tanaman ini memiliki tinggi batang pohon yang dapat mencapai hingga 4 meter, kulit batangnya berwarna coklat kehijauan dengan batang kayu dalam yang berwarna putih. Buah mahkota dewa saat masih muda berwarna hijau dan saat sudah mulai tua berwarna merah terang, bentuknya bulat dengan diameter 3cm-5cm. 

Daging buah memiliki serat dan berair. Cangkang buah di bagian dalam setelah daging buah merupakan kulit biji dan strukturnya keras, bijinya berbentuk bulat lonjong berwarna coklat dengan bagian dalamnya berwarna putih. Bunganya berwarna putih dengan daun yang memanjang dengan satu tulang  daun berjari dan ujung daun runcing (1).

Manfaat Mahkota Dewa
Tanaman mahkota dewa pada awalnya berasal dari Papua dan selanjutnya telah menyebar ke berbagai negara tropik. Tanaman ini, antara lain pada buahnya mengandung berbagai zat bioaktif dari jenis-jenis senyawa fenolik dan flavonoid yang memiliki daya kerja sebagai anti-oksidan dan anti-inflammatori. 

Kandungan berbagai zat-zat tersebut menyebabkan tanaman mahkota dewa telah dikenal luas sebagai tanaman obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit seperti kanker, diabetes, penyakit hati, gangguan ginjal, stroke, migraine, serta berbagai penyakit kulit dan alergi (2).

Budidaya Mahkota Dewa
Tanaman herbal ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim tropis dan produksi buah tidak mengenal musim. Mahkota dewa dapat dibudidayakan pada ketinggian 10-1200 Mdpl. Lokasi pembudidayaannya sebaiknya di daerah yang jauh dari polusi agar tanaman tidak tercemar oleh unsur-unsur polutan berupa logam berat, arsen, dll. 

Untuk kegiatan konservasi tanah, mahkota dewa dapat ditanam di bibir teras pengolahan lahan. Tujuannya, adalah sebagai tanaman penguat teras, menghindari erosi, dan longsor. Selain itu, penanaman mahkota dewa dapat ditumpangsari dengan tanaman obat lain. Dalam budidaya mahkota dewa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terhindar dari resiko yang tidak diinginkan, yaitu pengolahan lahan, pengadaan bibit, penanaman, perawatan, panen,dan pasca panen (3).

Penulis: Ika Shintya

Daftar Pustaka
- Harmanto N. 2003. Mahkota Dewa : Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta: Agromedia Pustaka.
- Hendra, R. et al. 2011. Antioxidant, Anti-infammatory and Cytotoxicity of Phaleria macrocarpa (Boerl.) Scheff Fruit. BMC Complementary and Alternative Medicine. 11, 110-119.
- Winarto, W.P., 2003. Mahkota Dewa, Budidaya dan Memanfaatan untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya. 

Info Herbal: Kandungan dan Manfaat Semanggi Air Marsilea crenata Presl Bagi Kesehatan dan Lingkungan

0



Campusnesia.co.id -- Semanggi pasti menjadi salah satu nama tanaman yang tidak asing di telingga kita, namun apakah Sobat tahu apa sih kandungan dan manfaat tanaman ini? Yuk simak penjelasan berikut.

Semanggi air atau bisa disebut Marsilea crenata Presl. merupakan jenis tumbuhan paku-pakuan yang tumbuh di daerah danau, rawa dan sawah. Tanaman semanggi ini memiliki morfologi daun yang sangat khas yaitu bentuk daun yang meyerupai payung yang tersusun dari empat kelopak anak daun yang berhadapan. 

Kandungan mineral pada daun dan tangkai semanggi air adalah kalium, fosfor, besi, natrium, kalsium, seng, dan tembaga. Semanggi juga memiliki kandungan fitokimia seperti alkaloid, steroid, flavonoid, karbohidrat, gula pereduksi, dan asam amino. Kandungan mineral dan fitokimia yang berfungsi sebagai melarutkan kristal kalsium oksalat (CaOx) adalah kalium dan flavonoid (4).

Semanggi air (Marsilea crenata Presl.) berpotensi untuk diolah menjadi produk obat herbal karena khasiat yang dimilikinya. Beberapa manfaat Marsilea crenata Presl. antara lain sebagai peluruh air seni, ekspektoran, analgesik, mengobati kusta, demam, keracunan pada darah dan terapi untuk penyakit hepar (6). 

Ekstrak semanggi juga dapat menurunkan kadar trigliserida (3). Tanaman semanggi juga memiliki kandungan fitoestrogen. Aktivitas estrogenik dari fitoestrogen didukung karena terdapatnya gugus -OH pada struktur kimia penyusunnya seperti yang terdapat pada hormon estradiol (1).

Daun tanaman semanggi berfungsi menurunkan panas (antipiretik), menetralisir racun, antibioti, anti-inflamasi, penenang, menurunkan tekanan darah, stomakikum, dan diuretik, juga dalpat megobati demam dan flu (7). 

Semanggi mengandung minyak atsiri, saponin, dan zat samak, dan secara turun temurun telah digunakan sebagai obat penyakit asma, batu empedu, batu ginjal, batuk, busung perut, hati membesar, infeksi saluran kemih, radang amandel, radang kerongkongan, sakit kuning, selesma, dan centengan (8).

Tanaman semanggi air (Marsilea crenata Presl.) memiliki kemampuan fitoremediasi atau kemampuan menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik (5). 

Namun karenanya berdampak pada penimbunan logam berat pada tanaman semanggi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan juga menurunkan kualitas tanaman semanggi. Penggunaan tanaman semanggi yang memiliki kadar logam berat yang tinggi tidak direkomendasikan karena berbahaya untuk kesehatan tubuh (2).


Daftar Pustaka

1. Affiyati, A.N, Ciptono, dan Nurcahyo, H., 2018. Pengaruh Ekstrak Semanggi Air (Marsilea crenata) Terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium dan Ketebalan Lapisan Endometrium Tikus Putih Betina (Rattus norvegicus, L.). Jurnal Prodi Biologi, Vol. 7 No. 1.

2. Agil, M., Kusumawati, I, dan Neny P. N., 2017. Phenotypic Variation Profile of Marsilea crenata Presl. Cultivated in Water and in the Soil. Hindawi Journal of Botany. Volume 2017.

3. Hayudanti D, Wirjatmadi B., dan Adriani M., 2018. Effect Of Water Clover (Marsilea Crenata) Extract on Triglicerydes of The Hypertriglycerides Rats. International Journal of Public Health and Clinical Sciences e-ISSN: 2289-7577. Vol. 5: No. 6.

4. Nurjanah, A.A. dan Abdullah, A. 2012. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Semanggi Air (Marsilea crenata). Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Volume 1 : 152-158.

5. Purakayastha T.J. dan Chonkar P.K. 2010. Phytoremediation of Heavy Metal Contaminated Soils. Springer. Berlin Heidelberg.

6. Puspitasari, Y, Suciati, dan Agil, M., 2015. Isolasi Senyawa Terpenoid Dari Fraksi N- Heksana Daun Marsilea crenata Presl. Pada Hasil Kcv Fraksi No.2. Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.2 No.1.

7. Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

8. Sari. W, Lili S., dan Oei D. 2008. Care Yourself, Hepatitis. Penebar Plus. Jakarta.


Info Herbal: Kandungan Senyawa dan Khasiat Tanaman Binahong Bagi Kesehatan

0


 

Campusnesia.co.id -- Binahong menjadi salah satu tanaman obat yang sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai alternatif untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) berasal dari dataran Tiongkok yang dikenal dengan nama asli Dheng San Chi. 

Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, bunga, umbi, dan daun, akan tetapi bagian yang banyak digunakan sebagai bahan obat herbal adalah bagian daun (Manoi, 2009). Seluruh bagian tanaman menjalar mulai dari akar, batang, dan daunnya bisa diolah dengan direbus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Sekarang tanaman binahong juga telah dikemas dalam bentuk kapsul sehingga lebih praktis untuk dikonsumsi. 

Berdasarkan hasil penelitian oleh Katno (2006), binahong mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, asam oleanolik, dan minyak atsiri. Asam oleanolik tersebut mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi dan bisa mengurangi rasa nyeri pada luka bakar.

Daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam oleanolik. Asam oleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan pada tanaman. Mekanisme perlindungan oleh asam oleanolik adalah dengan mencegah masuknya racun ke dalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan sel. Asam oleanolik juga memiliki zat anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida pada asam oleanolik juga menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai toksin yang kuat untuk membunuh bakteri. Jadi dengan adanya asam oleanik ini akan memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik.

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) serta berbagai persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). Beberapa minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptik internal dan eksternal, bahan analgesik, hemolitik atau enzimatik, stimulan, untuk obat sakit perut, bahan pewangi kosmetik dan sabun.

Tumbuhan ini telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan pada luka bakar. Dimana kandungan yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah anti mikroba. Daun binahong juga memiliki kandungan asam askorbat yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat penyembuhan (Rochmawati, 2007). 

Sebagai obat luka, binahong mengandung beberapa kandungan kimia yaitu flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin, dan asam askorbat. Kandungan asam askorbat pada tanaman ini penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase yang menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka (Susetya, 2012).

Daun binahong mengandung flavonoid, alkoloid polifenol dan saponin sebagai antimikroba. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti-inflamasi, analgesik dan anti-oksidan (De Padua dkk. 1999). Sebagai anti-kanker, ekstrak daunnya dapat menghancurkan sel-sel kanker servik (Yuliani dkk. 2015). Ekstrak daunnya dibuat salep untuk menyembuhkan luka bakar pada kulit (Hidayati 2009). Ekstrak batang dan daun binahong juga berpotensi untuk menghambat pertumbuhan berbagai macam bakteri, temasuk Escherichia coli dan jamur (Kumalasari dan Sulistyani 2011).

Dikenal sebagai tanaman obat ajaib karena binahong memiliki banyak khasiat, antara lain adalah melancarkan dan menormalkan peredaran dan tekanan darah, mempercepat penyembuhan luka, mempercepat pemulihan kesehatan pasca operasi dan melahirkan (Miladiyah dan Prabowo 2012). Selanjutnya juga menyembuhkan luka dalam, asam urat, radang usus, maag, ambeien, sariawan berat, diabetes, rematik, mencegah stroke, menambah dan mengembalikan vitalitas dan daya tahan tubuh, serta melancarkan buang air besar dan air kecil (Manoi 2009).


Penulis: Ika Shintya


Daftar Pustaka

De Padua LS, Bunyaprahastra, Lemmens JR. 1999. Plant Resources of Southeast Asia 12 (1) Medicinal and Poisonous Plant. Porsea. pp. 286-287. Bogor.

Hidayati IW. 2009. Uji Aktivitas Salep Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) sebagai Penyembuh Luka Bakar pada Kulit Punggung Kelinci. Skripsi. Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Katno, dkk. 2006. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Edisi V1.  Departemen Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balai Penelitian Tanaman Obat, Hal 16 – 17. Jakarta.

Kumalasari E, Sulistyani N. 2011. Aktivitas antifungi ekstrak etanol batang binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Candida albicans serta skrining fitokimia. J Ilmiah Kefarmasian 1:51-62.

Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) sebagai obat. J Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 15:3.

Miladiyah I, Prabowo BR. 2012. Ethanolic extract of Anredera cordifolia (Ten.) Steenis leaves improved wound healing in guinea pigs. Univ Med 31:4-11.

Susetya D. 2012. Khasiat & Manfaat Daun Ajaib Binahong Cetakan 1. Pustaka Baru Press. p.25. Yogyakarta.

Yuliani SH, Anggraeni CD, Sekarjati W, Panjalu A, Istyastono EP, Setiawati A. 2015. Cytotoxic activity of Anredera cordifolia leaf extract on HeLa cervical cancer cells through p53-independent pathway. Asian J Pharm Clin Res 8:328-331.

Info Herbal: Mengenal Tanaman Kunyit



Campusnesia.co.id -- Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak yang bersifat tahunan yang tersebar luas di daerah tropis. Kunyit berasal dari India dan dapat hidup pada ketinggian 1300-1600 m di atas permukaan laut. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab kurkum dan Yunani karkom. Tanaman ini menyerupai jahe tetapi sedikit pahit, kelat dan pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya India, Cina Selatan, Indonesia, dan Filipina (Hapsoh dan Hasanah, 2011). 

Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m (Winarto, 2004). Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun. Panjang helai daun antara 31 – 83 cm. lebar daun antara 10 – 18 cm. daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6 – 10 daun (Winarto, 2004). Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tiga lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (Winarto, 2004).

Rimpang kunyit bercabang – cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku – buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umunya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004). Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus menerus membentuk cabang – cabang baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (Winarto, 2004).

Di Indonesia tanaman kunyit banyak di jumpai terutama di pasar-pasar tradisional. Tanaman kunyit ini merupakan tanaman tradisional yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan tambahan untuk makanan dan juga sebagai obat-obatan. Ada juga manfaat lain dari tanaman kunyit antara lain dapat digunakan sebagai ramuan tradisional (jamu) karena khasiatnya sangat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal-gatal dan menghilangkan kesemutan, pewarna alami bagi makanan (Nugroho, 1988). 

Kunyit dapat juga digunakan sebagai pengawet makanan karena rimpang kunyit mengandung komponen antara lain air, pati, serat kasar, abu dan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen yang menyebabkan timbulnya aroma dan cita rasa khas. Selain minyak atsiri komponen lain yang tak kalah pentingnya adalah zat penyusun warna kuning yang disebabkan oleh adanya senyawa kurkuminoid. Senyawa kurkuminoid ini terdiri dari senyawa kurkumin yang dominan dan turunannya yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Soedibyo, 1998).

Zat dalam rimpang kunyit berkhasiat untuk menghambat atau membunuh mikroba. Kurkumin yang memberi warna kuning pada rimpang dikenal bersifat antibakteria dan anti-inflamasi. Kurkumin berkhasiat mengatasi masalah peradangan jaringan, merangsang sel hati sehingga mencegah gangguan hati dan menyembuhkan penyakit kuning. Karena itu kunyit sering ditambahkan dalam makanan sebagai pengawet, pembunuh bakteri pembusuk dan penghilang bau amis pada ikan (Soedibyo, 1998).

penulis: Sri Ayuni
editor: Nandar

Daftar Pustaka
Hapsoh, Hasanah, 2011. Budidaya tanaman obat dan rempah. Medan: USU Press
Nugroho, A. N. (1988). Manfaat dan Prospek Pengembangan Kunyit. Trubus Agriwidya. Ungaran.
Soedibyo B. R. A. M., 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2 - 12.


Info Herbal: Mengenal Tanaman Temu Lawak



Campusnesia.co.id -- Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae) (1). Temulawak berasal dari Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah Indomalaya ke Australasia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina (2) tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Daerah Jawa menyebutnya temulawak, daerah Sunda disebut koneng gede, sedangkan daerah Madura disebut temu labak (1). Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis (2). Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur (3).

Tanaman berbatang semu dengan tinggi berkisar 1 m-2 m. Batang semu merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih (3), warnanya hijau atau coklat gelap. Rimpang berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Panjang daun 31 cm – 84 cm dan lebar 10 cm – 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 cm – 80 cm. 


Bunganya berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral, (1). tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9cm – 23cm dan lebar 4cm – 6cm. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8mm – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25cm – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit (3).

Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu lawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba. Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan kadar kolesterol, laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan menghilangkan nyeri sendi (1) (2). Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI, dan membersihkan darah (2).

Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan (4). Di sisi lain, temu lawak juga mengandung senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan nyamuk Aedes aegypti (5).

Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang lembap dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam (1). Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari (2).

penulis: Rindi
editor: Nandar

Daftar Pustaka:
1. Mahendra, B. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. s.l. : Swadaya, 2005.
2. Rukman, R. Temu-Temuan. s.l. : Kanisius, 2014.
3. Center, Tim Penulis Martha Tilaar Innovation. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. s.l. : Swadaya, 2002.
4. Sastrapradja, S., et al., et al. Tanaman Pekarangan. Jakarta : Balai Pustaka, 1981.
5. Ningsih, SU. Pengaruh konsentrasi ekstrak temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tangan manusia. Surakarta : Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,, 2008.

Info Herbal: Mengenal Tanaman Jahe yang Kaya Manfaat



Campusnesia.co.id x Infoherbal -- Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae. Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani Zingiberi, dari bahasa Sanskerta, singaberi yang berarti tanduk, karena bentuk rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa latin (officina) yang berarti digunakan dalam farmasi atau pengobatan.

Jahe dikenal dengan nama umum (Inggris) ginger atau garden ginger. Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa dilakukan di daerah katulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Di Indonesia sendiri, tanaman jahe relatif mudah ditemukan dan penggunaannya sudah meluas bukan hanya untuk keperluan memasak, tetapi juga untuk kesehatan, dan kecantikan. Manfaat jahe untuk wajah juga sudah mulai dikenal oleh masyarakat luas tidak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara.


Di Indonesia, jahe memiliki berbagai nama daerah. Sebagai contoh di Aceh jahe dikenal dengan nama halia, di Jawa Tengah jahe biasa disebut dengan jae, dan di Makassar jahe mempunyai nama daerah laia, sedangkan di Banjarmasin jahe memiliki sebutan yang berbeda yaitu tipakan dan masih banyak lagi nama daerah jahe yang lainnya. Adanya nama daerah jahe di berbagai wilayah di Indonesia tersebut menunjukkan bahwa penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia. 

Dari jenis, bentuk, besar rimpang warnanya, jahe dibagi atas tiga jenis, yaitu jahe putih besar, jahe putih kecil, dan jahe merah. Jahe dapat ditanam di tanah yang memiliki ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut dengan rata-rata curah hujan 2.500-4.000 mm/tahun. Namun, pada umumnya, jahe di Indonesia hanya ditanam di pekarangan rumah dan pemanfaatannya pun sebatas untuk konsumsi rumah tangga. Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Jahe sendiri di Indonesia sering digunakan sebagai jamu atau obat untuk menaikkan tingkat imunitas, seperti membantu mengatasi flu serta masuk angin.

penulis: Denni
editor: Nandar