Trending Omset MS Glow Rp 600 Miliar per Bulan, Jika untuk Beli Cilok dan Pertamax Dapatnya Segini

 


Campusnesia.co.id - Jagad twitter 24 Maret 2022 rame tentang omset MS Glow 600 Milyar rupiah per bulan, merek kosmetik yang sedang naik daun dengan ownernya Gilang Widya Pramana a.k.a Juragan 99.

Mengutip dari laman Kumparan.comPengusaha Gilang Widya Pramana alias Juragan99 mengeklaim bahwa omzet penjualan produk Ms Glow  mencapai Rp 600 miliar per bulan. Hal itu diungkapkan Juragan 99 dalam wawancara dengan Tempo pada Rabu (23/3).

Pengakuan Juragan 99 itu mendapat respons dari Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo. Pras langsung meminta Ditjen Pajak untuk memeriksa apakah Juragan 99 sudah membayar  sesuai dengan kewajibannya.

"Wow gurih nih Ditjen Pajak RI. Setahun omset Rp 7,2 T. Berarti memungut PPN 10 persen Rp 720 M. Tinggal cocokin ke SPT PPN dan SPT PPh," kata Pras seperti dikutip dari akun Twitter miliknya, Kamis (24/3).

Banyaknya crazy rich yang senang memamerkan kekayaan di media sosial, kata Pras, mempermudah kerja Ditjen Pajak. "Semoga banyak yang pamer kayak gini nih," ucapnya.

Oke, seperti yang biasa kami lakukan, walau viral dan kontroversi tentang Ms Glow, Juragan 99 dan klaim crazy rich kita tidak akan masuk ke pembahasan silang pendapat dan berbagai teori yang beredar.

Kami lebih tertarik dengan klaim omset 600 milyar rupiah per bulan yang artinya Rp7,2 triliun per tahun.

Mengutip dari akun twitter Big Alpha @BigAlphaID yang mengungkap data menarik yaitu perbandingan omset MS Glow dengan brand kosmetik Indonesia yang sudah berrtahun-tahun eksis.

Penjualan Martha Tilaar  pada tahun 2020 sebesar Rp297 Miliar berarti sama dengan Rp24,75 miliar per bulan. 

Sedangkan Penjualan Mustika pada tahun 2020 Ratu Rp318 miliar  atau sama dengan Rp26,4 miliar per bulan. 

Dari data ini bisa disimpulkan penjualan MS Glow 24 kali lebih besar dari pemain lama.

Ngomong-ngomong tentang omset MS Glow, uang Rp600 miliar kalau dikonversi dalam berbagai satuan kira-kira seberapa sih? yuk kita kembali gunakan konversi besutan cing Abdel dan Gilang Bhaskara dalam hohohihi.id ini hasilnya.

Rp 600.000.000.000 Enam Ratus Milyar 

- Beli cilok (500/butir) bisa dapat 1.200.000.000 Butir

- Beli Pertamax (9.000/liter) bisa dapat 66.666.667 Liter

- Toll Jakarta-Surabaya (722.000) bisa dapat 831.025 Kali 
atau 16.620.500 Jam / 692.521 Hari / 23084 bulan/ 1924 tahun Perjalanan Tanpa Henti

- Kerja Di Klaten (UMK 2.015.623/bulan) bisa dapat 297.675 Bulan / 24.806 Tahun

- PNS Jakarta(27jt/bulan) bisa dapat 22.222 Bulan / 1.852 Tahun

- Belanja Karangan Bunga (1,1M) bisa dapat 553 Kota

- Bonus Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020 (5,5M) bisa dapat 109 Medali

Rp 600.000.000.000 Enam Ratus Milyar sama dengan 12.000.000 Lembar uang Rp 50.000

Panjang = 152 mm
Lebar = 72 mm
Maka Luas (p*l) adalah 10.944 mm2 / 109,44 cm2

- Dibagikan ke Warga Palangkaraya 45 Lembar Setiap Warga

- Dibagikan ke Warga Pasar Minggu 39 Lembar Setiap Warga

- Dibagikan ke Warga Jakarta Selatan 5 Lembar Setiap Warga

- Dibagikan ke Warga Jakarta 1 Lembar Setiap Warga


Untuk sobat Campusnesia yang mau coba konversi sendiri bisa klik di sini https://konversi.hohohihi.id 


Sekilas Info 

Ngomongin brand kosmetik, Indonesia banyak sekali yang sudah eksis dan sukses sejak era 90an sebelum era skincare dan beauty kekinian yang semakin viral.

Beberapa diantaranya sebut saja Marta Tilaar dengan brand Sari Ayu, Mustika Ratu dan Wardah. 

Lewat sekilas info kali ini, yuk coba kita napak tilas dan belajar sejarah beberapa merk kosmetik tanah air yang legendaris tersebut.


Biografi Martha Tilaar
Martha Tilaar (lahir 4 September 1937) adalah seorang pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang kosmetika dan jamu dengan nama dagang Sariayu. Bekerja sama dengan Kalbe Farma, ia membuat perusahaan kosmetika dan jamu Martina Berto.

Martha lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 4 September 1937. Ketika kecil, anak sulung dari tiga bersaudara ini justru bertingkah seperti lelaki, enggan merawat diri. Ibunya, Nyonya Handana, kerap menegurnya lalu menitipkan putrinya pada seorang ahli kecantikan tradisional di Yogyakarta, Titi Poerwosoenoe, yang mengajarinya cara bersolek.

Martha sempat mengajar di Sekolah Dasar selama dua tahun. Setelah meraih gelar Sarjana Pendidikan dari IKIP Jakarta, ia juga sempat mengajar di alma maternya selama tiga tahun. Lalu mengikuti suaminya, Dr. Henry A. Rudolf Tilaar, yang bertugas ke Amerika Serikat. Di sanalah ia belajar mengenai kecantikan. 

Ia mengambil kuliah kecantikan dan lulus dari Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, Amerika Serikat. Ia kemudian bekerja selama tiga tahun di Campes Beauty Salon, Universitas Indiana, Amerika Serikat. 

Begitu lulus dari akademi kecantikan, Martha segera membuka praktek salon kecantikan di negeri Paman Sam itu. Ia membuat selebaran semacam brosur sederhana, mempromosikan jasa layanan salonnya. Berbagai usaha promosi dilakukan seperti masuk ke kampus-kampus, mendatangi rumah-rumah mantan dosen untuk mendandani para istrinya. 

Begitu pula kepada mahasiswa-mahasiswa Indonesia, atau ibu-ibu yang mengikuti suaminya tugas di luar negeri. Tak hanya jasa kecantikan, Martha pun sempat membuka layanan baby sitter.

Setelah kembali ke Jakarta pada tahun 1969, ia membuka salon kecil sederhana di garasi rumah milik ayahnya, dengan ukuran 6 x 4 meter. Dimulai dari modal 1 juta rupiah di saku, hasil menabung selama tinggal dan bekerja di Amerika Serikat, selain juga sumbangan dari Handana, sang ayah serta adik-adiknya, Ratna dan Bambang, maka, awal tahun 1970, tepatnya tanggal 3 Januari 1970, berdirilah Martha’s Salon. 

Ia terus berupaya mengembangkan salonnya itu, dengan membagikan selebaran-selebaran ke lingkungan sekitar, memanjakan para pengunjung salon dan mengajak mereka bercakap-cakap, untuk mendekatkan emosional. 

Dengan kedekatan itu, para pengunjung menjadi betah dan menjadi pelanggan tetap salonnya. Seiring berjalannya waktu, salonnya mulai menjadi langganan para peragawati serta istri pejabat di masa itu. Dua tahun kemudian, ia membuka salon kedua di Jalan Anggur No. 3 Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sambil memulai penggunaan merek dagang baru Sariayu Martha Tilaar.

Tahun 1972, ia pun pergi ke Eropa untuk belajar ramu-ramuan. Ia mengunjungi pabrik Yves Rocher di Prancis, Mary Quant di Inggris, dan Hartleben di Jerman Barat. Kembali ke Indonesia, empat tahun kemudian didirikannya Martha Griya Salon yang memperkenalkan perawatan tradisional.

Menginjak tahun 1977, Martha Tilaar menjajaki kerjasama dengan Boenjamin Setiawan dan Theresia Harsini Setiady, dari Kalbe Farma. Mereka sepakat membuat perusahaan kosmetik dan jamu, bernama PT Martina Berto, dan meluncurkan Sariayu Martha Tilaar sebagai produk pertama. 

Dilanjutkan kemudian dengan membuka pabrik kosmetik pertama di Jalan Pulo Ayang, Kawasan Indsutri Pulo Gadung, Jakarta Timur yang diresmikan oleh Nyonya Nelly Adam Malik, istri Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu Adam Malik pada 22 Desember 1981. 

Baru berusia dua tahun perusahaan itu mendapat penghargaan tertinggi untuk penampilannya pada The First Asian Beauty Congress and Exhibition, Singapura. Martha sendiri memperoleh gelar Doktor Kehormatan di bidang Fashion Artistry dari The World University Tucson, Arizona, Amerika Serikat, 1984.

Pada tahun 1983, Martha mendirikan PT Sari Ayu Indonesia, khusus sebagai distributor produk kosmetika Sariayu Martha Tilaar. Tahun 1986, Martha Tilaar membuka pabrik kedua, kali ini di Jalan Pulo Kambing II/1, masih di area yang sama yakni di Kawasan Industri Pulo Gadung yang kali ini diresmikan oleh Nyonya Karlinah Umar Wirahadikusumah, istri Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.

Sepanjang tahun 1988-1995 PT Martina Berto berkesempatan mengakuisisi sejumlah perusahaan, seperti PT Kurnia Harapan Raya, PT Cempaka Belkosindo Indah, PT Cedefindo, PT Estrella Lab, dan PT Kreasi Boga. Mengandalkan kekuatan riset dan 37 peneliti di Martha Tilaar's Innovation Center (MTIC), Martha sukses memproduksi merek kosmetika, perawatan tubuh, spa, dan jamu yang dikenal hingga mancanegara. 

Sebut saja Sariayu, Caring, Belia, Rudy Hadisuwarno Cosmetics, Biokos, Professional Artist Cosmetics (PAC), Aromatic, Jamu Garden, dan Dewi Sri Spa. Sebagai korporasi, Martha Tilaar Group juga berhasil meraih ISO 9001, ISO 14000, dan Sertifikasi GMP di Asia pada 1996.

Kemudian, pada tahun 1999 Martha Tilaar beserta anggota keluarga berkesempatan membeli seluruh saham PT Kalbe Farma yang ada pada PT Martina Berto. Sejak saat itulah Martha Tilaar dan keluarga menguasai sepenuhnya saham PT Martina Berto. Bersamaan itu dilakukanlah konsolidasi perusahaan digabungkan ke dalam Martha Tilaar Group.

Pada bulan Juli 2002, Martha Tilaar diberikan penghargaan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon pada UN Global Compact Leaders Summit di New York karena menjalankan perusahaan yang memiliki program meliputi 10 prinsip etika Global Compact, seperti hak asasi manusia, tenaga kerja, konservasi pengendapan, dan anti-korupsi sejalan dengan delapan Tujuan Pembangunan Milenium.

Sebagai wujud kepedulian pada kesenian daerah, Martha mendirikan usaha kerajinan di Sentolo, Yogyakarta bernama Prama Pratiwi Martha Gallery. Dia juga memiliki Kampoeng Djamoe Organik di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Sebagai kontribusi bagi kota kelahirannya, Gombong, Jawa Tengah, pada tahun 2014 Martha pun meresmikan Roemah Martha Tilaar, yakni rumah masa kecilnya yang telah direnovasi dan ditata ala museum. (sumber: id.wikipedia.org)


Mustika Ratu
PT Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan yang memproduksi kosmetik dan produk kesehatan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Sejarah panjang PT Mustika Ratu Tbk semula merupakan industri rumahan yang didirikan oleh Ibu BRA Mooryati Soedibyo pada tahun 1975 yang dimulai dari dalam garasi kediaman Ibu BRA Mooryati Soedibyo. 

Usaha tersebut semakin lama semakin berkembang menjadi sebuah Perusahaan besar yang didirikan di Jakarta dan berdomisili di Jalan Gatot Subroto Kav. 74-75, dengan nama PT Mustika Ratu berdasarkan Akta Pendirian No. 35 tanggal 14 Maret 1978.

Perusahaan ini resmi didirikan pada 14 Maret 1978 oleh Mooryati Soedibyo. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, pada tanggal 8 April 1981 Mustika Ratu secara resmi telah mengoperasikan pabriknya yang berlokasi di jalan Raya Bogor KM 26,4 Ciracas, Jakarta Timur. 

Dengan didirikannya pabrik ini, Perseroan secara konsisten memperkuat reputasi dan keahliannya dalam menciptakan inovasi dan memproduksi produk kecantikan, perawatan tubuh, jamu dan obat tradisional.

Dalam rangka memperkokoh struktur permodalan serta mewujudkan visinya sebagai perusahaan kosmetik dan jamu alami berteknologi tinggi terbaik di Indonesia, pada tahun 1995 PT Mustika Ratu mendapatkan persetujuan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal untuk melakukan penawaran umum perdana dan mencatatkan sahamnya di PT. Bursa Efek Indonesia dengan kode saham tercatat MRAT.

Untuk terus menjaga standar mutu dan kualitas produk yang baik, terhitung sejak tahun 1996 Perseroan telah mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan ISO 9002. Kemudian pada tahun 2009 Perseroan menerapkan standar internasional 9001 (versi terbaru dari ISO 9001:2008) tentang sistem Manajemen lingkungan. 

Selain itu, Perseroan juga telah memperoleh sertifikat Good Manufacturing Process (GMP) pada tahun 2004, sertifikat Halal untuk produk teh tahun 2010 dan sertifikat Halal untuk produk jamu tahun 2011, serta sertifikat ISO 14001:2015 berlaku sejak 10 Maret 2020 hingga 05 Februari 2023.

Dengan menerapkan strategi yang kokoh dan kinerja terarah, kini PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) telah berkembang dan dikenal sebagai pionir perusahaan kosmetika dan jamu tradisional terdepan di tanah air. (sumber: id.wikipedia.org)


Wardah
Wardah Cosmetics atau Wardah adalah merek produk kecantikan (kosmetik) yang diproduksi oleh salah satu perusahaan manufaktur komestik terbesar di Indonesia besutan Nurhayati Subakat, PT Paragon Technology and Innovation. Wardah diperkenalkan tahun 1995. 

Empat tahun kemudian, merek ini mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI, yang menjadikannya sebagai pelopor merek halal produk kecantikan di Indonesia.

Asal-Usul Nama Wardah
Nama "wardah" erat kaitannya dengan strategi sebagai pelopor produk kecantikan halal. "Wardah" berasal dari bahasa Arab (الورد) yang artinya mawar. Mawar sendiri merupakan salah satu bunga yang populer dan dijuluki pula sebagai ratu bunga. 

Kata "wardah" sendiri merupakan salah satu dari tiga nama khas Arab yang dianggap Islami yang diusulkan untuk menjadi merek atau brand atau nama dari produk kecantikan halal yang akan diproduksi oleh PT Pusaka Tradisi Ibu. Di antara ketiganya, "wardah"-lah yang dipilih.

Produk yang dikeluarkan dan diproduksi dengan merek Wardah terdiri dari empat kategori, yaitu produk perawatan kulit khususnya wajah (skincare), perawatan tubuh (bodycare), perawatan rambut (haircare), dan make up. Produk-produk perawatan kulit dari Wardah meliputi toner, serum, pembersih wajah, sabun wajah, pelembab, micellar, masker wajah, scrub wajah, krim wajah, krim mata, serta essence.

Slogan wardah adalah Kosmetika Suci & Aman, Inspiring Beauty, Feel The Beauty, Beauty Moves You. Hingga tahun 2019, slogan atau tagline Wardah adalah inspiring beauty (menginspirasi kecantikan). 

Slogan ini dipakai selama lebih kurang 20 tahun, sebelum akhirnya slogan terbaru, feel the beauty (rasakan kecantikan) diperkenalkan.

Pembaharuan slogan ini disebutkan oleh Shabrina Salsabila, brand manager Wardah sebagai upaya merek ini mendekatkan diri dengan gaya hidup wanita modern, sehingga nantinya Wardah lebih mengerti dan memahami mengenai cantik menurut konsumennya.

Wardah sebagai merek halal produk kecantikan berawal dari kerja sama perusahaan pembuat dengan salah satu pesantren. Ketika muncul dengan brand halal, awalnya Wardah mengundang rasa penasaran, mengapa kosmetik membawa-bawa agama.

Diluncurkan pada tahun 1995, perjalanan Wardah tidak mudah dan langsung berhasil. Butuh waktu 18 tahun untuk Wardah mencuri perhatian konsumen tanah air. Sejak 2013 hingga kinilah Wardah mengukuhkan diri sebagai salah satu merek kosmetik terkemuka.

Penerimaan publik terhadap Wardah tidak semata-mata dikarenakan konsep halal yang diusung dan konsumen yang didominasi oleh kalangan Muslim. 

Faktor lain yang mendukung adalah latar belakang pendiri Wardah, Nurhayati Subakat, yang merupakan lulusan farmasi Institut Teknologi Bandung. Sebagai lulusan farmasi, Nurhayati membangun citra produknya sebagai produk berkualitas, aman, diawasi oleh ahli farmasi, serta diproses dengan teknologi tinggi.

Wardah menjadi salah satu merek produksi PT Paragon yang paling laku di pasaran. Disebutkan bahwa pada tahun 2018, merek kosmetik halal ini menempati urutan pertama di Indonesia pada jenis produk pelembab wajah, perawatan kulit, serta make-up. Ada pun produk pembersih kulitnya menempati urutan ketiga.

Keberhasilan Wardah dalam 20 tahun kiprahnya yang bertransformasi dari pencari ceruk atau celah di antara pasar kosmetik tanah air hingga menjadi pemimpin di pasar utama dan tidak hanya digandrungi komunitas Muslim saja adalah salah satu pencapaian terbesar merek ini. (sumber: id.wikipedia.org)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon