Kisah Inspiratif Ibu Ngatiyem dan Ceriping Robanna




Campusnesia.co.id - Dulu, selain jualan sayur keliling, saya jualan pisang, ya cuma buahnya aja. Sebelum matang, biasanya ada pengepul yang datang. Hasil jualannya ya gak seberapa.


Sampai akhirnya, tahun 2009, saya diajak untuk membuat keripik atau ceriping olahan pisang dengan bimbingan dari mahasiswa-mahasiswa dari Beastudi Etos Semarang yang datang ke Dusun saya ini. Namanya, Ceriping Robbana.


ads



Saya sama ibu-ibu pun akhirnya tidak lagi menjual buah pisang saja. Kita buat ceriping pisangnya jadi banyak rasa. Ada coklat, keju, tiramisu, dan 5 rasa lainnya. Kita juga bikin dendeng dr jantung pisang, keripik bonggol pisang, dan terakhir kita bikin es cendol dari daun pisang.


Jadi ternyata banyak yang bisa dilakukan dari pohon pisang saja dan bisa punya nilai ekonomi. Alhamdulillah, setiap bulan ada yang pre order sampai 500 pcs dan butuh 60 kg pisang.

Ibu-ibu ada penghasilan tambahan sekitar 300-500 ribu setiap bulannya. Senang sekali, alhamdulillah, lha wong iso etuk duwit (lha kan bisa dapat uang), hehehe ~ Ibu Ngatiyem (58thn), warga Dusun Krasak, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Semarang.

Ibu Ngatiyem adalah salah satu penerima manfaat dari program pemberdayaan yang dikembangkan sendiri oleh para mahasiswa penerima Beastudi Etos Dompet Dhuafa Chapter Semarang.


Selain mendapatkan beasiswa dan bimbingan selama perkuliahan, para mahasiswa ini juga wajib untuk mengembangkan program pemberdayaan untuk masyarakat, agar manfaat tidak berhenti dalam dirinya saja, melainkan juga bagi banyak orang lainnya.

Ceriping Robbana adalah hasil pemikiran Mahasiswa Beastudi Etos Semarang dengan mempertimbangkan kearifan lokal di Dusun Krasak yang banyak sekali memiliki pohon pisang.

Dengan pemberdayaan tersebut, pohon pisang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi daripada sekedar menjual buahnya.

Pemberdayaan ini merupakan aliran manfaat dari zakat yang sahabat titipkan pada kami, hingga manfaatnya terasa sangat luas. Semoga akan lebih banyak lagi bermunculan cerita seperti Ibu Ngatiyem di Indonesia. 

Sahabat yang masih mahasiswa, ada cerita serupakah seperti yang dilakukan Mahasiswa Beastudi Etos di Semarang? 

Dikutip dari twitter Dompet Dhuafa

Artikel Terkait

Previous
Next Post »