Blackberry dan BBM, Tak Ada yang Terlalu Besar untuk Tumbang





Campusnesia.co.id -- Siapa diantara sobat Campusnesia yang sempat memiliki HP Blackberry dan pesan instan BBM? hayo angkat tangan. Pasti suka bikin status, kirim broadcast dan Ping..Ping..Ping kan?. Kabar duka harus kita terima 18 April lalu BBM mengumumkan akan mengakhiri layananya 31 Mei 2019 mendatang. Sayang sekali ya, setelah smartphonenya tergilas Iphone dan Android kini layanan pesan instanya pun harus tutup layanan.



Seperti Yahoo, tak ada yang terlalu besar untuk tumbang, mungkin itu istilah yang tepat menggambar Blackberry dan BBM, Tapi tahukan sobat beberapa fakta menarik tentang BBM baik Blackberrynya maupun aplikasi pesan instannya? yuk coba kita gali satu persatu.


1. Persaingan Smart Phone BBM, Android dan iPhone
Salah satu yang ikonik dari ponsel Blackberry adlah tombol track ball nya, kayak mouse jaman dulu. Blackberry sebagai smartphone keluaran RIM (Research in Motion) merajai pasar ponsel pintar kala itu dengan 20 persen penguasaan pasar global.

Tahun 2005 Google mengakuisi Android untuk bersaing di ranah ponsel pintar dan secara desain menyerupai Blackberry dengan tombol keyboard fisik.


tahun 2007 Apple hadir dengan iPhone dengan full touch screen, respon Google segera berganti konsep mengejar iPhone dengan Androidnya, namun Blackberry masih santai-santai saja.

Finally, pada 2016, BlackBerry menyerah. Pada tahun itu, mereka hanya memperoleh 0,1 persen pangsa pasar, dan akhirnya menjual dua unit utama bisnis konsumennya: BlackBerry Messenger (BBM) dan merek dagang "BlackBerry".

Merek dagang “BlackBerry” mereka lisensikan ke TCL Corporation, produsen perangkat elektronik asal Cina. Oleh TCL, merek tersebut digunakan untuk memberi daya tawar bagi telepon pintar yang mereka bikin, seperti BlackBerry Keyone dan BlackBerry Key2. 

Sedangkan, aplikasi pesan instan BBM dibeli PT. Elang Mahkota Teknologi (Emtek), konglomerasi asal Indonesia pemilik SCTV dan Indosiar dan Bukalapak. 

Menurut Laporan Keuangan Konsolidasi Kuartal 4-2018, Emtek mengakuisisi BBM melalui anak usahanya yang berkedudukan di Singapura bernama Creative Media Works (CMW) senilai Rp2,74 triliun. CMW bertransaksi mengambil alih BBM pada 27 Juli 2016, sebelum BlackBerry melisensi merek dagangnya ke TCL. 

Pada 2012, BBM sukses mengambil 37 persen pangsa pasar aplikasi pesan instan di Indonesia. Secara global, pada 2014, aplikasi ini memiliki 160 juta pengguna terdaftar. Tahun 2016, kala Emtek mengambil BBM, aplikasi itu memiliki 60 juta pengguna di Indonesia. 

2. Kesalahan Blackberry dan BBM
Dalam artikel Wired “The Mistakes That Cost BlackBerry Its Crown”, disebut bahwa BlackBerry gagal karena perusahaan itu tidak adaptif pada perubahan. Tatkala iPhone lahir, sebagaimana diungkap Steve Jobs saat peluncuran, iPhone tidak merevolusi dunia ponsel, tetapi merevolusi cara manusia berinteraksi dengan ponsel. Bila dahulu, seperti pada penggunaan BlackBerry, manusia berinteraksi dengan ponsel melalui tut-tut di keyboard, kini interaksi terjadi sepenuhnya melalui tombol-tombol di layar. Touchscreen sepenuhnya. 

BlackBerry baru merilis smartphone yang sepenuhnya touchscreen pada akhir 2008. Kala itu, BlackBerry memperkenalkan BlackBerry Storm. 

Kesalahan kedua yang dilakukan BlackBerry, sebagaimana tertulis dalam artikel “Why Blackberry's Biggest Strength Isn't Smartphones,” ialah betapa telatnya BlackBerry menciptakan ekosistem aplikasi, sebagaimana App Store yang dibangun Apple dan Play Store yang dibuat Google. 

Ponsel yang tidak up-to-date dan nihilnya beragam aplikasi membuat BlackBerry ditinggal sebagai produsen pembuat ponsel. Sedihnya, ini pun terjadi pada aplikasi pesan instan mereka. 

Dalam publikasi “BlackBerry: is this RIP for BBM?”, disebut BBM gagal menjadi aplikasi pesan instan utama karena BBM memiliki banyak keterbatasan, yang kemudian dieksploitasi para pesaingnya. 

Misalnya, sebelum hadir pada Android dan iOS, BBM merupakan aplikasi yang eksklusif di BlackBerry. WhatsApp hadir mengisi kekosongan aplikasi pesan instan di berbagai platform. Bukan hanya pada Android dan iOS, tapi juga ponsel-ponsel berbasis Java. 

Akibatnya, pada 2013, saat BBM hanya memiliki 80 juta pengguna aktif, WhatsApp telah memiliki 300 juta pengguna. 

Selain itu, ada banyak fitur-fitur standar suatu aplikasi pesan instan yang alpa pada BBM. Video call dan voice call ada di Skype, Viber, maupun WhatsApp, tetapi tidak ada di BBM. Lalu, tidak ada fitur share location dan video sharing. BBM pun lupa memasukkan fitur stiker tatkala dunia pesan instan tengah berkembang dulu. 

Di Indonesia, BBM awalnya hanya bisa digunakan dengan mengaktifkan paket khusus dari provider telekomunikasi. Sementara itu, WhatsApp, Line, Telegram, dan berbagai aplikasi pesan instan lainnya, cukup mengandalkan paket internet standar. 

BBM kini tenggelam. Dalam laporan keuangan Emtek, nilai BBM telah menyusut dibandingkan harga beli dahulu. Kini, BBM diperkirakan bernilai Rp1,97 triliun, tertinggal dari WhatsApp yang valuasinya diperkirakan berkali-kali lipat lebih tinggi dibandingkan $19 miliar, nilai tatkala Facebook memboyong aplikasi itu pada 2014. 

Sumber:
Baca selengkapnya di Tirto.id dengan judul "BlackBerry: Dulu Raja, Kini Dilupa", https://tirto.id/blackberry-dulu-raja-kini-dilupa-dkWe. 

Follow kami di Instagram: tirtoid | Twitter: tirto.id

Artikel Terkait

Previous
Next Post »