Fousis Umbrella ala Siswi MAN 2 Kudus: Payung, Tongsis dan Tripod



Jakarta - Saat ini trend 'selfie' di kalangan anak muda menjadi gaya hidup yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang terus berinovasi serta keinginan manusia untuk melakukan segala hal secara ringkas dan mudah membuat produk-produk yang memiliki kegunaan multifungsi menjadi idola masyarakat.

Berangkat dari tujuan itulah, dua siswi dari MAN 2 Kudus, Jawa Tengah, menciptakan sebuah inovasi terkini yang bernama Fousis Umbrella. Kegunaannya pun tak hanya satu, tapi 3, terutama bagi anak muda yang saat ini sedang kecanduan selfie menggunakan tongsis (tongkat narsis).

"Fungsi utama penemuan kami adalah sebagai payung. Kain payung sendiri kami bikin dari terpal, namun dapat diganti dengan material lain yang lebih elastis dan tahan air," ujar Nurmila Karimah, inventor muda pencipta Fousis Umbrella kepada detikcom di acara National Young Inventors (NYIA) Award 2014 dan International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Gedung SMESCO, Jalan Gatot Subroto, Pancoran, Jaksel, Kamis (30/10/2014). 

Nurmila bersama rekannya, Oze Dora Ilala merupakan dua siswi yang sukses menjadi salah satu dari 25 finalis kompetisi ilmiah remaja Nasional yang diselenggarakan LIPI tahun ini. Dalam inovasinya, mereka menggunakan payung. Bukan payung biasa, karena payung ini dapat bertransformasi menjadi sebuah tongkat narsis (tongsis), maupun tripod (penyangga kamera).

"Cara kerjanya apabila ingin menjadikannya tongsis, cukup dengan menarik besi yang menjadi tangkai payung. Di atas tongsis sudah kami pasangi kenop untuk memasang kamera atau ‎holder untuk telepon genggam," jelas Oze.

Sedangkan untuk penyangga kamera, alih-alih bermodel tripod pada umumnya yang berkaki tiga, payung ini malah bisa bersalin rupa menjadi kaki empat, yang mereka istilahkan 'fourpod'. 

‎"Kalo pengen jadiin payungnya sebagai fourpod, kain payungnya tinggal dibuka, terus tangkai payungnya dijadikan kaki untuk fourpod," sambungnya.

Seperti halnya peserta lain, penemuan ini mereka buat hanya sebagai tugas sekolah pembuatan proyek ilmiah. Namun karena penemuan tersebut menarik, para guru mengikutkan mereka ke ajang NYIA hingga akhirnya lolos sebagai finalis.

"Dari sekolah kami, cuma kami satu-satunya yang masuk sebagai finalis. Mudah-mudahan penilaian dari juri bagus, jadi tahun depan kami bisa ikut IEYI," ‎lanjut Nurmila.

Dalam pembuatan Fousis Umbrella, kedua remaja ini mengaku mengalami sedikit kesulitan. Terutama dalam mencari material untuk pembuatan tongkat.

"Kami sampai keliling-keliling kota untuk mencari orang yang bisa memasangkan kenop untuk tongsisnya. Karena nggak ada yang bisa, akhirnya kami tanya guru pembimbing dan dibantu pihak sekolah," kata Nurmila.

Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan Fousis Umbrella tersebut, menurut mereka sekitar Rp 150 ribu-an. Namun apabila ingin dikomersialkan, nama materialnya dapat diganti sesuai selera pasar, serta untuk menekan biaya produksi.

"Kami juga pengen sih bikin payungnya bisa dilipat, tapi kan butuh waktu, sementara waktu lomba udah dekat. Jadi untuk saat ini begini dulu, nanti kami sempurnakan lagi," tutupnya.

sumber: news.detik.com

Artikel Terkait

Previous
Next Post »