Tech Winter, Bubble Startup dan Berakhirnya Era Easy Money

 



Campusnesia.co.id - Sejak akhir tahun 2022 kemarin santer dikabarkan sedang terjadi Tech Winter, Tech winter adalah kondisi di mana perusahaan startup berbasis teknologi tumbang dan gugur di tengah jalan. Bisa dikatakan bahwa tech winter adalah sebuah mimpi buruk bagi suatu perusahaan startup. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi perusahaan rintisan yang satu per satu tumbang. 

Jika suatu startup company mencapai titik tersebut dan tidak mampu bertahan, maka tidak lama lagi perusahaan tersebut kemungkinan akan gulung tikar. Inilah yang dinamakan fenomena tech winter.

Tech winter juga menggambarkan suatu kondisi di mana penurunan minat investasi para investor di sektor teknologi. Menurunnya minat investasi di sektor teknologi ini akan berdampak pada kendala pendanaan operasional perusahaan startup, sehingga pada akhirnya akan membuat perusahaan startup tidak sanggup bertahan.

Faktor utama penyebab tech winter adalah kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS). Kedua sentimen ini membuat para pemodal urung untuk berinvestasi dan lebih memilih menyimpan uangnya. Oleh karena itu, pendanaan startup teknologi di berbagai negara termasuk Indonesia ikut terdampak dan berada dalam masa genting.


Dampak Tech Winter di Indonesia

Dampak tech winter mulai terasa bagi para start up di indonesia sejak akhir tahun 2022. Selain sulitnya mendapatkan pendanaan baru dari para VC, beberapa start up harus melakukan lay off atau PHK dan ada juga yang sampai bangkrut dan menutup layanan.


Bubble Startup

Bubble Startup atau bubble burst adalah siklus dalam ekonomi di mana harga, baik itu produk atau aset, meningkat drastis dalam waktu cepat yang kemudian diikuti oleh penurunan harga dengan cepat.

Fenomena Startup Bubble Burst diawali dengan kondisi Pandemi tahun 2020-2021 yang membuat peredaran uang secara global menurun. Federal Reserve (FED) mengatasi hal ini dengan membeli obligasi sebesar $13 Triliun dari bank komersial, agar bank memiliki simpanan cash atau uang yang bersifat liquid lebih banyak.

Kalau ngomongin sejarah, fenomena startup bubble burst bukan yang pertama yang terjadi di dunia, dahulu saat kemunculan internet pertama di tahun 2000an pernah terjadi yang namanya internet bubble atau dikenal juga dengan istilah dot com bubble.

Gelembung dot-com (bahasa Inggris: dot-com bubble) atau kadang-kadang disebut gelembung teknologi informasi adalah gelembung spekulasi yang terjadi antara tahun 1998–2000 (berpuncak pada 10 Maret 2000 ketika NASDAQ mencapai 5132,52 poin) ketika bursa saham di negara-negara industri mengalami kenaikan nilai ekuitas secara tajam berkat pertumbuhan industri sektor Internet dan bidang-bidang yang terkait. 

Pesatnya pertumbuhan Internet dimulai pada tahun 1993 dan berlangsung hingga tahun 1990-an yang ditandai dengan teknologi world wide web yang semakin maju setelah dirilisnya versi pertama penjelajah web Mosaic.

Periode gelembung dot-com ditandai oleh didirikannya (dan berakhir dengan kegagalan usaha) perusahaan-perusahaan baru di bidang situs-situs Internet yang disebut perusahaan dot-com. Pemilik perusahaan mengalami kenaikan tajam pada harga saham dengan hanya menambah awalan e- atau akhiran .com pada nama perusahaan mereka. Praktik ini disebut salah seorang penulis sebagai investasi prefiks.

Kombinasi dari meningkatnya harga saham secara cepat dan kepercayaan pasar bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan untung pada masa depan, spekulasi saham oleh individu, dan modal ventura yang dapat diperoleh secara mudah membuat investor melupakan indikator tradisional seperti Rasio P/E, dan lebih percaya terhadap kemajuan teknologi.


Sekarang Venture Capital dan para investor sudah mulai realistis lebih mempertimbangkan startup-startup yang profitable dengan model bisnis yang menguntungkan tidak hanya mengejar valuasi dan pertumbuhan belaka namun laporan keuangan selalu minus.

Hal ini juga disebut sebagai berakhirnya era easy money, dimana banyak investor, perbankan dan venture capital yang mulai hati-hati dalam mendanai sebuah startup dan tak lagi gratis atau dengan bungan rendah.


Demikian tadi sobat Campusnesia, postingan kita kali ini tentang Tech Winter, Bubble Start Up dan Berakhirnya Era Easy Money. Semoga bermanfaat sampai jumpa.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon