Saliva Sebagai Biomarker Kesehatan Rongga Mulut

 


Campusnesia.co.id - Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes, PhD., dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Pada pidato pengukuhan yang berlangsung Selasa (2/11) di Balai Senat UGM, Juni menyampaikan pidato berjudul Perkembangan Terkini Saliva Sebagai Biomarker Kesehatan Rongga Mulut.

Juni menjelaskan saliva sebagai salah satu bagian rongga mulut yang memiliki peran sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan pertahanan tubuh. Saliva atau air ludah diketahui sebagai bagian cermin yang menggambarkan kondisi kesehatan rongga mulut dan kesehatan sistemik. Penelitian terkini tentang saliva terus dikembangkan yang mengarahkan saliva sebagai salah satu biomarker adanya kelainan atau gangguan dalam rongga mulut maupun keterkaitannya dengan gangguan pada tubuh lainnya.

“Pengembangan studi saliva juga diarahkan sebagai cairan untuk diagnostik. Hal ini dilakukan karena pengambilan sampel saliva yang mudah dan sederhana mengingat tidak memerlukan tindakan invasif seperti penggunaan jarum suntik atau kondisi yang membutuhkan keadaan aseptik serta tidak membutuhkan peralatan khusus,” paparnya.

Juni mengatakan studi tentang penggunaan saliva sebagai cairan diagnostik menunjukkan peningkatan yang pesat. Saliva digunakan sebagai skrining pada karies. Kerentanan terjadinya karies dapat diketahui melalui kadar flour, kalsium, maupun fosfat yang terkandung dalam saliva. Saliva juga tengah dikembangkan sebagai biomarker pada penyakit jaringan gusi dan jaringan periodontal. Marker perubahan saliva terkait penyakit periodontal antara lain melalui pengukuran kandungan immunoglobulin, enzim, protein, growth factors, epithelial keratins, hormon, sel inflamasi, maupun Emerging markers.

Juni menyebutkan pengembangan studi saliva juga diarahkan sebagai cairan untuk diagnostik. Hal ini dilakukan karena pengambilan sampel saliva yang mudah dan sederhana mengingat tidak memerlukan tindakan invasif seperti penggunaan jarum suntik atau kondisi yang membutuhkan keadaan aseptik serta tidak membutuhkan peralatan khusus. 

Penggunaan saliva telah banyak digunakan di berbagai bidang seperti untuk pemantauan penggunaan obat, keberadaan dan tingkat hormon, antibodi, mikroorganisme. Sampel saliva juga dipakai dalam pengujian terhadap penyalahgunaan narkoba dan pengujian kadar testosteron pada pria maupun progesteron pada wanita.

Pada masa pandemi Covid-19 saliva juga telah dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk menegakkan diagnosis Covid-19. Beberapa negara telah menggunakan sampel saliva untuk deteksi Covid-19 antara lain Singapura, Taiwan, Hongkong, Amerika Serikat.

“Kontribusi saliva bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia secara keseluruhan sedang dieksplorasi dari pendekatan holistik sistem biologi dengan menekankan interaksi antara konstituen. Hal tersebut membuka aspek baru tentang pentingnya cairan tubuh ini bagi kondisi kesehatan manusia,” urainya.

Dikatakan Juni pengembangan saliva sebagai biomarker kesehatan rongga mulut akan terus dilakukan dengan menggunakan teknologi terbaru. Penggunaan teknologi salivary proteome dan salivary transcriptome dikembangkan untuk deteksi awal, perkembangan penyakit, dan monitoring terapi penyakit periodontal. Penggunaan teknologi emerging menggunakan protein saliva dan asam ribonukleat (RNA) dikembangkan untuk mendeteksi kanker rongga mulut dan Sjogren’s syndrome.


Penulis: Ika
Foto: Firsto
Sumber: https://ugm.ac.id/id/berita/21897-saliva-sebagai-biomarker-kesehatan-rongga-mulut


Definisi Saliva
Saliva adalah cairan mulut kompleks yang terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor di dalam rongga mulut. Sekitar 90 % kebanyakan saliva dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.

Saliva berfungsi melumasi dan membersihkan rongga mulut, mempunyai aktivitas antibakteri, berperan pada pengecapan dengan melarutkan bahan makanan, memulai pencernaan lewat kerja ptialin (amilase saliva) dan lipase saliva, membantu proses menelan dengan cara melembabkan makanan yang memungkinkan pembentukan lobus dan berperan dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena saliva mengandung faktor pembekuan dan epidermal growth factor.

Glikoprotein pada saliva dapat melumasi lidah, mukosa oral, dan gigi. Bikarbonat pada saliva berfungsi sebagai anti bakteri dan laktoferin merupakan protein dalam saliva dapat menghambat pertumbuhan bakteri. 

Saliva juga dapat melindungi mukosa mulut dengan cara membersihkan rongga mulut dari berbagai material dan membantu penyembuhan luka.12 Kalsium, ion, fosfor, dan fluorida terdapat dalam saliva dapat melindungi gigi dengan membantu demineralisasi pada gigi, dan mineral dalam saliva berfungsi untuk membantu pematangan posterupsi gigi.

Saliva dihasilkan oleh beberapa glandula salivarius seperti glandula parotis, submandibula, sublingual, labial, bukal, dan palatal. Sekresi glandula saliva dikontrol oleh saraf simpatis dan parasimpatis. 

Submandibula, kelenjar parotis dan sublingualis di inervasi oleh saraf simpatis sedangkan ketiga kelenjar diatas dan kelenjar saliva minor dalam palatum juga diinervasi oleh saraf parasimpatis yang bertanggung jawab terhadap jumlah volume sekresi saliva yang dihasilkan oleh sel sekretor.14 Kelenjar saliva mayor mengahasilkan 700 sampai 1.100 mL saliva per hari, sedangkan kelenjar minor yang terletak dalam mukosa dan submukosa rongga mulut menghasilkan 35 sampai 55 mL saliva per harinya.

Komposisi saliva didominasi 99% air, sisanya mengandung beberapa elektrolit seperti (sodium, potasium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat). Juga mengandung protein, enzim, immunoglobulin serta faktor mikroba lainnya. 

Glikoprotein mukosa, albumin sedikit serta beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting bagi kesehatan mulut. Hasil glukosa dan nitrogen juga terkandung dalam saliva seperti urea dan ammonia.13 Dalam saliva terdapat laktoferin yang berfungsi pengikat zat besi merupakan elemen esensial bagi metabolisme bakteri, lisozim yang berfungsi menghancurkan kapsul bakteri ion tiosianat yang merupakan bakterisida dalam bakteri.

Sumber: http://eprints.undip.ac.id/75581/3/kak_dhafin_BAB_II.pdf

Enzim dari air ludah seperti amylase, maltose akan merubah polisakarida menjadi glukosa dan maltose. Glukosa akan menguraikan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh microorganism terutama lactobacillus dan streptococcus akan menghasilkan asam susu dan asam laktat, maka pH rendah dari asam susu (pH 5,5) akan merusak bahanbahan organik dari email sehingga terbentuk lubang gigi atau karies (Wilis dan Andriani, 2017).

Saliva sangat berpengaruh dalam mencegah karies. Hal ini berhubungan dengam fungsi saliva sebagai cairan pembersih mulut.

Kekurangan saliva akan menimbulkan tingginya plak dalam mulut. Tingkat keasaman (pH) saliva berpengaruh timbulnya lubang gigi. Upaya untuk menghindari terjadinya masalah gigi dan mulut maka dilakukan pembersihan rutin secara mandiri diantaranya dengan sikat gigi dan berkumur dengan teratur dan benar. 

Berkumur dapat menggunkan larutan air mineral atau obat kumur. Obat kumur merupakan salah satu produk yang digunakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur bermanfaat untuk membunuh kuman sebagai timbulnya plak, radang gusi dan bau mulut. 

Obat kumur juga dapat menjadi penyegar mulut atau mengurangi bau mulut sesudah makan. Banyak bahan kimia yang terkandung dalam obat kumur, antara lain mentol, timol, metalsalisilat, eukaliptol, air dan alkohol. Kandungan alkohol dalam obat kumur dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti, oral pain, perubahan warna gigi, burning sensation sampai risiko terkena kanker mulut. 

Sebagai upaya untuk menanggulangi masalah tersebut maka perlu mengganti obat kumur beralkohol dengan yang lebih aman, misalnya obat kumur herbal atau obat kumur tanpa aklohol. Berbagai merk obat kumur sudah mempunyai produk yang bebas alkohol.

Sumber: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3123/4/Chapter%202.pdf










Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon