Review Gundala 2019, Film Super Hero Indonesia yang Solid



Campusnesia.co.id – Tanggal 29 Agustus yang lalu, film Gundala garapan sutradara Joko Anwar mulai tayang di seluruh bioskop tanah air. Hype sejak setahun yang lalu terjawab sudah dengan durasi hampir 2 jam. Minggu ini saya menyempatkan diri untuk menonton ke bioskop, dan berikut reviewnya.

Update: Film Gundala sudah bisa ditonton secara streaming di aplikasi Vidio dengan berlangganan, dan untuk tanggal 23-30 Maret 2020 GRSTIS! 

((SPOILER AKUT))

Iya, review saya akan mengandung spoiler akut, jadi bagi sobat campusnesia yang belum menonton dan tidak ingin kena spoiler, saya sarankan jangan lanjut membaca.

1. Jalan Cerita
Kisah dimulai dari Sancaka kecil, anak buruh pabrik dan aktivis serikat pekerja yang menentang kebijakan pabrik yang sewenang-wenang. Berkat sebuah konspirasi akhirnya terjadi bentrok antara buruh pabrik dan aparat keamanan saat demo tentang kebijakan itu. Chaos ini ternyata by design dan dalam bentrokan ayah sancaka yang diperankan ario bayu ditusuk oleh orang asing hingga meninggal. Sancaka kecil yang datang untuk memberitahu ayahnya mendapati sudah tak bernyawa, jederr..dalam kesedihan dan kemarahan sancaka kecil tersambar petir.

Setahun berlalu, sang ibu kini harus pergi meninggalkan sancaka untuk bekerja di luar kota, yang kemudian menjadi awal kisah sedih lainnya dari sosok sancaka, ibunya tak jua kembali. Ia memutuskan pergi dari rumah dan hidup di jalanan menjadi pengamen. 

Gara-gara menolong teman cewek yang pengamen, ia dikejar dan dihajar sesama pengamen kecil jalanan lainya. Muncullah Awang kecil menolong sancaka kemudian dua anak jalanan ini berteman, awang mengajari sancaka bela diri agar ia bisa menjaga diri, dua sahabat terpisah pada suatu malam.

Sancaka kecil berlari dan kemudian sudah dewasa saja yang diperankan oleh Abimana, ia berprofesi sebagai sekuriti pabrik percetakan koran The Djakarta Time. Berbeda dengan versi komik yang mana sancaka adalah ilmuan.

Sepanjang film kita akan disuguhi cerita tentang konspirasi, penjahat bernama pengkor dengan masa lalu yang kelam menyuap para anggota DPR untuk kepentingannya. Puncaknya adalah usahanya meloloskan sebuah proyek vaksin anti virus yang ternyata penyebar virusnya juga ia dan komplotanya sendiri, jadi dejavu dengan film Aruna dan lidahnya ya.

Pengkor punya ribuan anak buah di berbagi tempat, bidang dan profesi yang siap kapan saja jika dibutuhkan, inilah yang akan mengisi pertarungan-pertarungan antara Gundala dan Pengkor cs.

2. Super hero yang membumi
Dari awal hal yang membuat saya khawatir adalah, bagaimana joko anwar akan mengisahkan Gundala dengan kekuatan petirnya, serta seperti apa kostum yang akan dikenakan. Kalau sobat melihat Film Gundala Putra Petir versi 1981 yang sama dengan kisah di komik pasti akan khawatir juga. Salah satunya adalah tentang penggunaan CGI yang jujur saja, kalau mau dibandingkan dengan DC atau Marvel kalah jauh dari sisi anggaran.

Untunglah joko anwar menggunakan pendekatan ala Cristopher Nolan dengan Trilogi Batman-nya, bagi sobat yang sudah menonton Batman Begin versi Nolan akan paham betapa Batman dibuat sangat manusiawi dari asal usul, kekuatan dan yang krusial adalah kostum.

Di Film Gundala joko anwar berhasil menggunakan formula itu, sepanjang film saya jadi “memaklumi” dan bisa memahami Gundala dan kebingungannya terhadap kekuatan yang dimiliki, learning by doing, akhirnya ia bisa tahu dari mana asal kekuatannya, masuk dari dan keluar dari mana dan pendekatan teknis yang masuk akal kenapa kostumnya seperti dalam poster. Oh ya walau berprofesi sebagai sekuriti Sancaka juga mahir memperbaiki barang elektronik yang juga akan menjadi clue kostume yang ia kenakan jadi masuk akal.

3. Easter egg dan product placement
Banyak sekali easter egg atau clue untuk film selanjutnya, sebagaimana kita ketahui bahwa Gundala adalah film pembuka dari Jagat Sinema Bumi Langit seperti halnya Iron Man yang menjadi pembuka Marvel Cinematic Universe. Akan saya bahas di artikel selanjutnya apa saja easter egg itu, dan yang membuat saya tersenyum adalah cara Joko Anwar membuka kemungkinan Si Buta dari Gua Hantu yang notabene beda zaman dengan Gundala akan bisa bersama.

Produk placementnya banyak banget, kita tahu produk placement adalah salah satu cara memasukan iklan dalam film, apa saja? Akan saya bahas di artikel selanjutnya. Patut di acungi jempol rapi penempatanya.

4. Mid Credit
Setahu saya ada satu, jadi jangan beranjak dulu dari tempat duduk, mid credit ini akan memberi gambaran seperti apa film selanjutnya. Jadi sabar sebentar.

Demikian review untuk film Gundala 2019 karya joko anwar, seperti judul bagi saya filmya solid dan berhasil menjadi pondasi untuk film berikutnya. Dan justru menurut saya seperti itu saja, tak perlu terlalu hollywood sentris, karena lebih indonesia banget. Skor 8/10.



Penulis 
Nandar



Baca Juga: 



Artikel Terkait

Previous
Next Post »