Mengulik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Olahan Pisang dan Singkong di Desa Tanjung Kulon, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan

Foto bersama Tim 1 KKN-T 2023 Universitas Diponegoro 
dengan ibu-ibu pemilik UMKM di Desa Tanjung Kulon.
(Sumber: dokumen pribadi)


Campusnesia.co.idPekalongan - Tim 1 Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) 2023 Universitas Diponegoro telah melakukan wawancara dengan sejumlah pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) olahan singkong dan pisang di Desa Tanjung Kulon, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan dari tanggal 14-15 November 2023. Tujuan dilaksanakannya wawancara ini adalah untuk menggali lebih lanjut mengenai informasi UMKM olahan pisang dan singkong, dan mengumpulkan data terkait proses pembuatan, kendala dan hambatan yang seringkali dihadapi, serta proses pembukuan dan perizinan usaha. Data yang didapatkan bukan hanya diolah menjadi tulisan, melainkan juga berupa peta persebaran UMKM.

Mayoritas warga Desa Tanjung Kulon memiliki tanaman pisang dan singkong yang kemudian diolah menjadi makanan ringan. Selama kurang lebih dua hari, Tim KKN-T berhasil melakukan wawancara dengan delapan pemilik UMKM olahan jamur, ketan, pisang, dan singkong. Untuk olahan pisang dan singkong, terdapat lima UMKM yang berhasil diwawancarai yakni UMKM Keripik dan Sale Pisang Bu Wastiah, UMKM Keripik Singkong Bu Daimu, UMKM Opak Singkong Bu Sayuti, UMKM Rengginang Singkong Bu Warpuah, dan UMKM Sale Pisang Bu Surtihati.

Proses wawancara dimulai pada Selasa (14/11) bulan lalu di rumah Bu Warpuah dan Bu Daimu. Sebagai pengolah makanan ringan yang sama-sama berasal dari singkong, Bu Warpuah dan Bu Daimu membeli singkong dari para pemasok sebelum kemudian diolah menjadi rengginang dan keripik. Bu Warpuah memulai produksi rengginang singkong di tahun 1990-an dan terinspirasi oleh kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Untuk hasil produksi, Bu Warpuah mematok harga sebesar Rp 3.000 per bungkus isi 20 biji. Sedangkan Bu Daimu mulai memproduksi keripik singkong sejak 10 tahun yang lalu. Harga yang dipatok tergantung dengan ukuran kemasan yakni 250 gram, 500 gram, dan 1 kg. 

Di hari berikutnya yakni Rabu (15/11), wawancara dilanjutkan di rumah Bu Sayuti, Bu Surtihati, dan Bu Wastiah. Bu Sayuti selaku pemilik UMKM opak dan rengginang singkong telah berkecimpung sejak tahun 1970-an. Proses produksi untuk dua produk biasanya dilakukan dalam sehari dengan opak yang dibuat di pagi hingga sore hari dan rengginang dibuat pada sore hingga malam hari. 

Untuk olahan pisang, Bu Surtihati dan Bu Wastiah sama-sama membuat sale pisang. Bu Surtihati memulai usaha sale pisangnya kurang lebih 10 tahun lalu atas saran anak keduanya yang kemudian berkembang menjadi UMKM. Sedangkan Bu Wastiah memutuskan untuk ikut terjun ke bisnis olahan sale pisang karena suaminya memiliki kebun pisang sendiri. Keunggulan produk sale pisang dari Bu Surtihati dan Bu Wastiah terletak pada penggunaan pisang alami tanpa pengawet yang dijual dalam plastik ukuran 250 gram dan 500 gram. 

Kendala yang dimiliki Bu Warpuah dan Bu Sayuti saat membuat produk berbasis olahan singkong adalah proses pengeringan yang membutuhkan waktu lama ketika musim hujan tiba. Rasa yang dihasilkan menjadi berbeda dengan produk yang mengalami proses pengeringan saat musim kemarau. Pun dengan olahan berbasis pisang yang dibuat oleh Bu Surtihati, untuk mengeringkan pisang perlu waktu sekitar tiga hari pada musim kemarau, sedangkan apabila saat musim hujan tiba bisa mencapai satu minggu lamanya. Masalahnya, pisang dapat berjamur jika tidak kering terutama saat di musim hujan. Keterbatasan alat juga menjadi kendala karena kurangnya alat oven untuk mengeringkan pisang. Pun sama halnya dengan memproduksi olahan singkong. Bu Daimu mengungkapkan bahwa dalam proses pemotongan singkong secara manual membutuhkan waktu yang lama. 

Selain kendala proses produksi, bantuan kepada para pemilik UMKM di Desa Tanjung Kulon rata-rata hanya pernah didapatkan sekali selama bertahun-tahun. Nihilnya bantuan dapat mempersempit ruang gerak para pemilik UMKM karena keterbatasan modal dan alat.

“Proses pemotongan singkong masih secara manual sehingga butuh waktu yang lama. Saya berharap pemerintah dapat memberikan bantuan modal dan alat pemotong singkong untuk meningkatkan produksi dan memperluas pasar,” ungkap Bu Daimu, Rabu (14/11). 

Selain Bu Daimu, Bu Wastiah juga berharap agar pemerintah lebih memperhatikan UMKM supaya dapat memberikan harapan yang lebih baik bagi masyarakat.

Pemanfaatan produksi tanaman pisang dan singkong menjadi UMKM makanan ringan di Desa Tanjung Kulon telah memiliki diversifikasi olahan yang beragam. Pun produknya memiliki ciri khas yang mampu menarik pembeli hingga dari luar kota. Potensi tersebut dapat menjadi salah satu kunci untuk memajukan perekonomian Desa Tanjung Kulon dengan memperhatikan kembali hal-hal yang perlu dikembangkan seperti pengadaan bantuan bagi para pemilik UMKM dan sosialisasi terkait perizinan dan pembukuan UMKM.




Penulis
Vika Adistya Putri

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon