Narasi New Normal yang Tidak Normal




Campusnesia.co.id – Presiden Jokowi Sambangi Mal Summarecon Bekasi, Cek New Normal! Presiden Joko Widodo mulai mengecek kesiapan new normal. Ia menyambangi beberapa lokasi mulai dari sarana transportasi publik sampai pusat belanja. Jokowi telah meninjau stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia. Pada siang ini, kepala negara dijadwalkan mengunjungi Mall Summarecon Bekasi, Jawa Barat. (cnbcindonesia.com/26 Mei 2020)

Bagi sebagian orang berita di atas menjadi kabar gembira, tapi sebagian lagi menjadi kabar buruk dan menghawatirkan termasuk saya. Narasi New Normal dihembuskan di saat perkembangan kasus positif covid-19  lagi nanjak-nanjaknya. Update terakhir 28 Mei 2020 pukul 16:35 WIB kasus Terkonfirmasi 24.538 orang, Dirawat sebanyak 16,802 orang,  Meninggal 1,496 orang, dan Sembuh sebanyak 6,240 orang.

Meminjam istilah dari akun twitter Sigit Pramudita “@Atrociouscum: Ketika pengumuman kelulusan ujian nasional, sebagian besar siswa yg lulus, euforia corat-coret seragam. Ada satu siswa, ujiannya gak lulus tp ikutan euforia corat-coret seragam, padahal tahun dpn masih harus ikutan ujian yg itupun blm tentu lulus. Siswa itu bernama Indon”. 

Analogi yang sangat menarik jika kita mundur melihat bagaimana Indonesia melalui statement para tokoh dan presidenya saat corona mulai muncul di wuhan china, (1.) Terawan soal 'enjoy aja', "Dari 1,4 miliar penduduk sana, yang paling 2.000-an, 2.000 dari 1,4 miliar itu kan kayak apa karena itu pencegahannya jangan panik, jangan resah, enjoy aja, makan yang cukup." (2.) Terawan soal penelitian Harvard. "Itu namanya menghina wong peralatan kita kemarin di fixed-kan dengan duta besar Amerika Serikat kita menggunakan kit dari Amerika." (3.)  Jokowi soal minta maskapai diber intensif. (4, 5.) Mahfud MD dan Airlangga Hartarto soal kelakar Corona tak masuk Indonesia karena perizinan. Dan masih banyak lagi setidaknya ada 37 pernyataan blunder dari para petinggi negara ini, silahkan cek di sini Detik.com/Senin, 06 Apr 2020.

Respon telat, penanganan yang nanggung dan masih belum maksimal, tetapi saat negara lain sudah mulai melakukan pelonggaran indonesia seakan-akan ingin ikut-ikutan melonggarkan dan memulai hidup baru padahal resiko di depan mata masih sangat menghawatirkan.

Saya paham, mungkin salah satu penyebabnya dalah ekonomi yang terpuruk, saya pribadi ketika menulis artikel ini selama 2,5 bulan sudah mengalami penurunan omset yang sangat drastis, keinginan masyrakat untuk bisa kembali kerja menjadi salah satu alasan. Sebenarnya masalah ini bisa diatasi jika pemerintah mampu mengelola bantuan dengan baik. Masyarakat diminta tetap di rumah, Kebutuhan dasar masyarakat dipenuhi dengan baik maka rantai penularan akan semakin mudah diputus atau paling tidak dikontrol.

Who juga tegas, new normal hanya boleh mulai diterapkan jika suatu negara sudah memenuhi 6 syarat diantaranya:

1. Bukti yang menunjukkan bahwa transmisi COVID-19 dapat dikendalikan. 

2. Kapasitas sistem kesehatan dan kesehatan masyarakat termasuk rumah sakit tersedia untuk mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengkarantina. 

3. Risiko virus corona diminimalkan dalam pengaturan kerentanan tinggi , terutama di panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat ramai. 

4. Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja ditetapkan - dengan jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan kebersihan pernapasan. 

5. Risiko kasus impor dapat dikelola.

6. Masyarakat memiliki suara dan dilibatkan dalam kehidupan new normal. 

sumber tirto.id/28 Mei 2020

Pertanyaanya, dari 6 poin syarat new normal dari WHO di atas,  apakah Indonesia sudah memenuhi semuanya? Jawabanya adalah belum, jika demikian kenapa kita terburu-buru untuk kembali keluar dengan narasi “New Normal”.

Jika kita mau jujur, di masyarakat sekarang saja pencegahan yang sifatnya sederhana seperti memakai masker, menjaga jarak, rajin cuci tangan dengan sabun saja masih banyak yang tidak menaati. Banyak berita ribuan orang tetap nekat mudik ke daerah walau sudah di larang. Berapa banyak potensi  yang tertular dari orang-orang kota zona merah yang nekat mudik ini? Mulai muncul klaster-klaster baru dari pasar, swalayan bahkan pabrik, beberapa hari ini angka positif di jawa timur khususnya surabaya justru naik drastis. Rumah Sakit Unair Berhenti Terima Pasien Baru Covid-19, karena penuhnya kapasitas ruang perawatan pasien Covid-19 dan berkurangnya tenaga kesehatan yang menangani perawatan. Kompas.com - 27/05/2020.

Dan yang menghawatirkan adalah rencana mulai dibukanya sekolah, salah satu tujuan kenapa sekolah dan kampus ditutup paling awal adalah sebagai antisipasi agar penularan tidak semakin massif, kita tahu mungkin anak-anak dan remaja punya imun yang lebih kuat, tetapi yang menghawatirkan adalah ketika mereka menjadi carrier dan membuat orang-orang di rumah semakin berisiko, banyak orang tua yang tidak setuju dengan rencana pemerintah ini dan banyak yang memutuskan untuk home schooling, setidaknya hingga pandemi ini dapat dikontrol atau ditemukan vaksin.

Sebagai penutup kembali ke judul, new normal yang tidak normal, belum saatnya kita mulai memberlakukan new normal hingga penyebaran bisa dikendalikan, dan vaksin ditemukan. Narasi tentang new normal dan berdamai dengan covid juga bisa menyebabkan salah paham di masyarakat, banyak yang akan mulai menyepelekan, akhirnya banyak yang tertular dan pandemi ini akan semakin lama.

Saya juga berpesan untuk para buzzer yang ikut mendengungkan narasi new normal ini, gunakan hati nurani. Mungkin anda ngetwit dengan previlage rebahan di rumah dengan potensi tertular kecil, pikirkan mereka yang akhirnya menyepelekan dan keluar rumah dengan rasa tanggung jawab rendah berpotensi tertular dan menularkan.

Juga untuk orang-orang yang memiliki logika pendek seperti, “kalau mal dibuka, tidak ada alasan rumah ibadah ditutup” kementerian agama dan organisasi keagamaan besar di Indonesia kan sudah mengeluarkan statemen dan fatwa bagaiman sebaikanya ibdaha di masa pandemi, tolonglah jangan egois atau pekok, justru tempat ibadah ditutup untuk melindungi jamaahnya agar tidak tertular. Ingat kan berita 1 jamaah gereja di korea yang menjadi spreader ribuan kasus positif lainya, atau klaster tarawih jadi mari kita lindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat dengan saling menghargai satu-sama lain tidak egois.

Demikian pendapat saya tentang narasi new normal yang tidak normal untuk sekarang, jangan lupa rajin cuci tangan, olahraga dan makan-makanan cukup gizi, kenakan masker saat keluar rumah. Sampai jumpa.

Opini ini ditulis oleh
Achmad Munandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »