Tembalang, Reply 2007 Kisah Kehidupan Kampus Tembalang Era Tahun 2007




Campusnesia.co.id -- Ada salah satu Drama Korea bertema kisah lampau berjudul Reply 1988, menarik karena memberi gambaran bagaimana orang-orang hidup di tahun itu.

Ngomong-ngomong tentang masa lampau saya jadi teringat pertama kali menginjakan kaki di Tembalang Semarang, persisnya tahun 2007 dan hingga 2020 ini setidaknya sudah hampir 13 tahun menyaksikan perubahan tembalang yang pesat sekali.


ads

Dengan format drama korea Reply 1988, saya akan berbagi kenangan tentang Tembalang era 2007 untuk pembaca yang baru beberapa tahun terakhir ke tembalang mungkin agak susah untuk Relate, buat yang sudah gak lagi di tembalang semoga jadi kenangan. Apa saja? Ini daftarnya

1. Makan Rp 2000 
Di daerah Timoho Bulusan Tembalang, ada warung namanya bu Tarmi, harga seporsi makanan di sini sangat terjangkau. Nasi, ikan atau telor dan es teh hanya Rp 2.000. 

Itupun bagi saya kalau pesan makanan harus bilang nasinya seperempat porsi saja, karena 1 porsi sama dengan 1.5 porsi di tempat lain. 

2. Ngantri di Warnet
Akses internet masih susah dan mahal, bagi yang punya laptop cukup nongkrong di kampus sambil wifi-nan, tempat favorit fakuktas psikologi atau perpus undip tembalang karena kecepatannya.

Bagi yang tidak punya, pilihan satu-satunya ya harus ke Warnet. Dengan tarif 3.000-4.000 per jam. Tidak jarang harus antri di jam-jam sibuk.

Biasanya kalau tidak mendesak saya lebih suka ke warnet tengah malam dan bergadang hingga menjelang subuh.

Oh ya, Friendster dan Yahoo Mesenger masih hits kala itu.

3. No Franchise Minimarket
Pilihan tempat belanja adalah warung kelontong yang tentu tidak ada yang buka hingga 24 jam. Ketika malam tiba sepinya bukan main, sangat berbeda dengan sekarang "Tembalang, City never sleep".

Satu-satunya minimarket yang ikonik di tembalang bernama TOTEM singkatan dari toko tembalang, tempatnya sangat strategis di pertigaan seberang masjid kampis undip.

Saking ikoniknya, menjadi patokan ketika hendak turun dari bis atau angkot, "turun di totem pak!".

4. Bis Bukit Kencana
Hidup tembalang era 2007an jika tidak memiliki kendaraan motor sendiri serasa jauh dari peradaban.

Ada angkot untuk bepergian jarak dekat hingga ngesrep, tapi untuk mencapai tengah kota semarang, pleburan atau hingga terminal terboyo Bis Kencana jadi andalan, bisa dipastikan setiap 30 menit sekali lewat dengan rute Terminal Terboyo - Bukit Kencana Meteseh.

5. Anak Peleburan dan Tembalang
Anak tembalang identik dengan anak eksak karena kampus tembalang banyal jurusan eksak, fakuktas teknik, mipa, psikologi, fkm, dan peternakan.

Sedangkan anak Pleburan identik dengan anak sosial. Karena jurusan-jurusan ekonomi, hukum, fisip, ilmu budaya, sastra ada di kampus pleburan.

Jurusan, dan nuansa akademis sedikit banyak berpengaruh terhadap pola pikir, pergaulan hingga tongkrongan.

Culture shock pernah terjadi pada tahun 2010 saat pertama kali fakultas da jurusan di pleburan naik ke tembalang.

6. Nelpon di Wartel
Tidak semua mahasiswa memiliki Handphone, penulis sendiri baru mampu membeli HP monoponik saat semester pertama. Nelpoon di wartel ini ngomongnya harus efektif, dan sambil memantau layar monitor tagihan biayanya, kalau bawa uangnya sedikit dan kelamaan bicara bisa repot ha ha.

HP adalah barang langka kala itu, jarkom dilakukan dengan SMS beruntun yang kadang terputus di tengah jalan Ha ha.

7. Nyarter Angkot Kuning
Angkot jadi alternatif untuk bepergian, bahkan untuk jarak yang jauh. Rental mobil masih langka dan tentu saja ride sharing yang online-online gitu belum ada. Kegiatan di Ungaran, Kendal hingga solo dengan angkot adalah hal yang biasa.

Tentu saja setiap komunitas punya sopir angkot langganan yang biasa di carter untuk kegiatan, salah satu sopir angkot langganan yang legend bernama Pak Didik, orangnya baik dan ramah sekali. Saking larisnya beliau pernah dijulidtin sesama sopir angkot.

Nyarter angkot terjauh yang pernah saya rasakan hingga Kota Tegal.

8. Jalan kaki itu normal
Bagi yang tidak punya kendaraan motor, dan jika uang saku mulai menipis jalan kaki jadi pilihan utama untuk bepergian.

Jalan kaki jadi hal biasa kala itu, buka hanya sekedar ke kampus, main ke kos teman atau belanja kebutuhan penulis dan beberapa teman terbiasa jalan kaki dari Tembalang hingga ngesrep. Capek sih..

9. Rental CD
Hiburan akhir pekan di isi dengan nobar film. Karena belum ada aplikasi videp on demand, internet yang masih mahal, HP belum smart pilihan terbaik adalah nyewa di rental CD.

Seingat saya per keping CD 2.500 dan 5.000 untuk DVD. Dapat bonus jika skalian nyewa 4-5 kalau gak salah.

Jangan lupa kembalikan tepat waktu, karena kalau telat bisa kena denda.

Masih banyak sebenarnya kenangan-kenangan masa awal-awal di Tembalang, misal kos yang masih sangat terjangkau. Sobat punya kenangan apa? Jangan lupa share di kolom komentar ya.

Penulis: Nandar


Artikel Terkait

Previous
Next Post »