PENDIDIKAN TERAKHIR BUKAN PATOKAN


Perjalanan karir Brahmantya Satyamurti Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Laut Kementrian Kelautan dan Perikanan RI (DJPRL) bukan sesuatu yang instan, namun penuh keuletan dan perjuangan. Mulai dari seorang lulusan diploma, hingga mendapat tawaran menjadi DJPRL. Dalam kuliah tamu di D3 Teknik Mesin, ia berbagi rahasia kesuksesannya dalam berkarir. Kamis, (15/12).

Tiyok, panggilan akrab Brahmantya, merupakan alumni D3 Mesin ITS tahun 1993. "Saya sempat mendapat tawaran untuk melanjutkan studi di salah satu universitas di Surabaya oleh orang tua dengan program sarjana,” ungkapnya kepada ITS Online.

Namun, Tiyok menolak dan lebih memilih D3 Mesin ITS dengan prinsip syukuri apa yang telah didapat dan memaksimalkannya.

Ia mengawali karirnya dengan bekerja di perusahaan asing Switchlab Ltd, perusahaan telekomunikasi berbasis di Inggris. Dengan bermodalkan ijazah D3 Teknik Mesin ITS, Tiyok menjabat sebagai Country General Manager. 

"Ini kali pertama saya bekerja di negara asing. Sempat berdiskusi alot dengan istri, akhirnya kami pindah ke Inggris dengan modal secukupnya," ungkap Tiyok. 

Tak hanya Switchlab Ltd. Tiyok juga pernah jejali Vodafone Group Plc sebagai perusahaan keduanya. Namun sayang, karena ada kendala pada life cost, akhirnya Tiyok harus resign dan kembali ke Indonesia. 

Bermodal pengalaman selama dua tahun di negara asing, mengantarkannya bekerja di PT Pertamina sebagai Account Marketing Executive for Aviation Fuel. "Ketika saya bekerja di Pertamina, saya diharuskan untuk menempuh pendidikan sarjana, yakni S1 Teknik Industri," lanjutnya.

Tiyok akhirnya menjalankan program sarjana di bidang Teknik Industri. Pun demikian, Tiyok kembali bekerja usai melanjutkan studinya.

Ditahun 2012 ia menjabat sebagai Overseas Bussines Manager dan sekaligus sebagai jabatan terakhir ketika di tahun 2014, dirinya mendapat tawaran langsung dari Dr (HC) Susi Pudjiastuti. 

"Ketika mendapat tawaran tersebut, saya sempat menolak karena saya merasa sudah cukup untuk mengabdikan diri di Pertamina. Namun, dengan beberapa pertimbangan dari Bu Susi saya menerima tawaran tersebut," ujarnya

Dalam kuliah tamu tersebut, Tiyok juga menjelaskan mengenai keadaan kemaritiman di Indonesia dan seputar Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP). 

KKP pada periode ini, menetapkan tiga sektor yakni kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan guna perkembangan laut masa depan bangsa. "Periode tahun ini dapat dikatakan sebagai KKP agent of change karena kami memiliki prinsip full cycle, dimana seluruhnya harus terintegrasi dengan baik," tegasnya

Ia juga menambahkan, tahun depan akan banyak penawaran program intership yang akan ditempatkan di luar pulau Jawa. Visinya untuk memberdayakan masyarakat terpencil pesisir. "Di tahun depan juga, kami membutuhkan banyak orang untuk diperjakan," tambahnya

Terlepas dari seluruh pencapaiannya saat ini, ia mengaku tidak pernah lepas dari didikan dosen selama masa perkuliahan. Meski hanya bergelar sarjana, kini ia membawahi 230 doktor. 

Prinsip menjadi pendengar yang baik dan sedikit berbicara, menjadi pedomannya selama ini. "Saya selalu bangga menjadi lulusan D3 Teknik Mesin meskipun saya melanjutkan sarjana, karena ilmu yang saya aplikasikan saat ini berasal dari sekolah diploma saya," pungkasnya. Menurutnya, keberhasilan memiliki tenggat waktu, sehingga harus dikejar.

"Jangan jadikan pengetahuanmu sebagai batasan, dan pendidikan terakhirmu sebagai patokan. Selama kamu bisa dan memiliki keinginan yang tinggi, lakukan. Jangan malu," tutupnya. (Ifa/oti)

sumber: https://www.its.ac.id/berita/101248/en

Artikel Terkait

Previous
Next Post »