Perjuangan Siti Maqhfiroh Menggapai Mimpi Kuliah di UGM



Siti Maqhfiroh (17) siswi asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berhasil kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia berhasil lolos seleksi menerima beasiswa program Bidikmisi yaitu program beasiswa yang diperuntukkan bagi calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu.

Siti merupakan anak sulung dari dua bersaudara yang tinggal di Dusun Bulu II, Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi. Puteri pasangan Paimin (46) dan Sumarni (38) ini diterima di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM.

"Tidak terbayang akhirnya bisa kuliah, apalagi di UGM tanpa dipungut biaya sehingga tidak membebani orang tua untuk membayar biaya pendidikan," kata Siti, saat ditemui di rumahnya belum lama ini.

Siti terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga yang sehari-hari bekerja secara serabutan. Jika musim tanam dan panen tiba menjadi buruh tani panggilan. Disela musim itu menjadi buruh bangunan dan mengurus ternak milik tetangga. Dari pekerjaan itu penghasilan yang didapat tidak pernah menentu dan tidak lebih dari Rp. 800 ribu setiap bulannya.

Penghasilan orang tua tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Apalagi untuk membiayai pendidikan di perguruan tinggi.

"Bapak tidak tentu kerjanya, bahkan pernah sebulan lebih menganggur tidak dapat kerjaan," ungkap gadis berjilbab ini.



Alumnus SMA 2 Ngawi ini sempat merasa ragu mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah. Saat,  kebanyakan teman sekolahnya ramai membicarakan universitas pilihan mereka untuk melanjutkan pendidikan tinggi, Siti tidak banyak berkata-kata. Dia tidak berani menyampaikan keinginan untuk kuliah bahkan ke orang tuanya karena ia sadar akan kondisi keluarga yang serba kekurangan.

"Waktu itu saya ditegur guru BK karena tidak berencana kuliah. Lalu oleh beliau disarankan untuk mencoba peruntungan lewat jalur SNMPTN dan mengajukan beasiswa Bidikmisi," ujar Siti yang hingga kini belum mendapatkan asrama untuk tinggal nantinya karena tidak sanggup membayar biaya yang mahal.
Kondisi keluarga dengan berbagai keterbatasan tidak pernah menyurutkan semangat Siti dalam belajar. Terbukti di bangku sekolah dasar selalu meraih juara kelas. Begitu pula di tingkat sekolah menengah, juara kelas tidak pernah lepas dari genggamannya. Bahkan dia menjadi lulusan terbaik ke-4 se-Kabupaten Ngawi. Sementara di SMA selalu masuk 5 besar terbaik di kelasnya.

Dengan keberhasilannya diterima kuliah di FTP ia bercita-cita bisa berperan dalam memajukan dunia pertanian Indonesia. Selepas lulus ingin mengabdikan diri di kampung halaman untuk memajukan pertanian di desanya yang tergolong kurang maju.
Paimin tak henti mengucap syukur atas keberhasilan puterinya bisa masuk kuliah di UGM, terlebih bebas biaya pendidikan hingga selesai. Dia tidak pernah berani membayangkan apalagi menjanjikan ke anak-anaknya untuk menyekolahkan hingga jenjang perguruan tinggi. Bahkan, dulu untuk menyekolahkan Siti di bangku SMA saja hampir tidak tergapai karena  tidak sanggup membayar biaya masuk sekolah yang besar.

"Untuk bayar SPP Rp. 190 ribu tiap bulan saya tidak sanggup, apalagi ditambah biaya masuk lainnya yang cukup besar," terangnya.

Melihat kenyataan itu ia pun menyarankan puterinya untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan. Namun saat melihat Siti hanya duduk terdiam menitikan air mata, Paimin merasa tidak tega memaksakan keinginannya itu.

"Akhirnya saya daftarkan ke SMA, alhamdulillah karena anaknya berprestasi bisa masuk tanpa tes dan memperoleh beasiswa hingga selesai SMA," urainya.

Paimin dan keluarga sangat bahagia tatkala mendengar kabar Siti diterima kuliah gratis di UGM. Tidak banyak yang bisa mereka perbuat untuk puterinya itu, kecuali terus mendukung dan mendoakan kesuksesannya kelak.

"Semoga dengan beasiswa ini kebutuhan saat kuliah bisa terpenuhi. Nantinya bisa lancar kuliahnya dan menjadi orang yang sukses dan membanggakan orang tua," harapnya.(Humas UGM/Ika)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »