Mahasiswa UGM Kembangkan Robot Terapi Terintegrasi Bagi Pasien Pasca Stroke



Pasca serangan stroke pasien membutuhkan rehabilitasi untuk pemulihan kondisi. Terapi rehabilitasi pasca stroke secara pasif biasanya dilakukan dengan menggerakkan tungkai dengan otot tetap pasif dengan bantuan mesin pendukung yakni  Contnuous Passive Motion (CPM). Sayangnya, alat ini memiliki dimensi besar, tidak portabel, serta penggunaannya rumit dan mahal karena diimpor dari luar negeri. Selain itu kebanyakan alat dipasaran tidak sesuai dengan ukuran tubuh orang Indonesia. 

Namun, kini rehabilitasi pasca stroke bisa dijalankan dengan mudah dan terjangkau dengan alat yang dikembangkan oleh lima mahasiswa UGM. Alat yang diberinama Indonesia Rehabilitation Robot for Foot atau dikenal dengan I-REBOT ini lahir dari kreativitas Yulisyah Putri Daulay (Teknik Industri), Ragil Sulistiyo (Teknik Mesin), Muhammad Nabil Satria Faradis (Teknik Mesin), Hamzah Muhammad Hafiq (Kedokteran Umum), dan Rizka Islami Ratnasari (Teknik Industri) dibawah bimbingan dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri FT UGM, Herianto, S.T.,M.Eng.



“Pengembangan I-REBOT ini untuk membantu terapi rehabilitasi pasien pasca stroke. Selain itu juga untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap alat kesehatan impor,” jelas Yulisyah Putri, ketua tim pengembang I-REBOT, Kamis (4/6) di Kampus UGM.

Menurutnya, dengan pengembangan dan penggunaan komponen dari dalam negeri dapat menekan biaya produksi alat sehingga harga bisa lebih terjangkau. I-REBOT juga dilengkapi dengan aplikasi medical reminder terintegrasi dengan smart phone yang terdiri dari rekam medis dan reminder sehingga memudahkan pengaturan jadwal terapi. “Dengan aplikasi ini dokter bisa dengan mudah memantau perkembangan dan keaktifan pasien dari jarak jauh serta fitur reminder bisa membantu mengatur dan mengingatkan jadwal terapi dengan bantuan alarm,” paparnya.

Sementara ditambahkan Nabil, I-REBOT juga memiliki keunggulan lain seperti  lebih ringan, praktis, dan ergonomis. Disamping itu juga dapat dibawa ke mana saja karena bersifat portabel. “Alat ini juga dibuat sesuai dengan ukuran orang Indonesia,” tuturnya.



Lebih lanjut disampaikan Nabil, saat ini pihaknya baru mengembangkan satu jenis robot untuk melakukan fisioterapi bagian engkel kaki. Robot membantu fisioterapi dengan menggerakkan engkel kaki ke arah kanan-kiri, atas-bawah, dan miring. “Saat ini I-REBOT tengah kami ajukan untuk mendapat paten dari HKI.Kedepan kami akan kembangkan juga robot untuk terapi bagian tubuh lainnya," jelasnya.(Humas UGM/Ika)


Artikel Terkait

Previous
Next Post »