BERKAT SINGKONG, YURIKE MELANCONG KE PERANCIS




ITS memang tak pernah absen dari prestasi mahasiswanya. Kali ini, Yurike Ika Cahyo, mahasiswa Jurusan Kimia yang diundang ke Perancis berkat penelitiannya mengenai kulit singkong. Ia didapuk sebagai pembicara dalam gelaran tahunan Olimpiade Karya Tulis Ilmiah (OKTI) besutan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Perancis.

Dalam penelitiannya, ia mengangkat topik penelitian berjudul Adsorbtion Activity of Cassava Peel as Chromium Metal Bioabsorbent in Electroplating Waste. Topik tersebut diangkat Ike lantaran banyaknya penggunaan alat yang dilapisi logam kromium untuk menghindari korosi seperi karat.

Kulit singkong dipilih Ike karena berguna untuk menyerap logam berat kromium di limbah otomasi industri pelapisan logam atau elektroplating. "Limbah yang dihasilkan dari electroplating tentu semakin meningkat. Karena itu diperlukan metode untuk menyerap limbah logam tersebut." Terangnya.

Salah satu cara, lanjut Ike, menggunakan metode bioabsorben. Menurutnya, bagian kulit singkong berwarna putih yamg mengandung selulosa tinggi sangat sesuai diaplikasikan sebagai absorben. Di mana kandungan selulosa berfungsi mengikat logam berat yang ada di electroplanting. 

"Kulit singkong juga belum dioptimalkan penggunaanya apalagi bisa ditemukan di seluruh tempat dan berlimpah," ujar Ike sembari tersenyum.

Ike menjelaskan penelitiannya terbagi menjadi analisa kadar logam berat kromium, pembuatan bioabsorben kulit singkong. Kemudian, dilanjutkan dengan menganalisa kadar kromium di imbah electroplating setelah proses adsorpsi menggunakan bioabsorben.

Makan Siang Gratis Dari Orang Indonesia
Berbicara mengenai pengalaman unik, Ike menceritakan selama di Paris kebanyakan masyarakat menggunakan bahasa Prancis untuk aktivitas harian. Karena tidak mempunyai latar belakang sama sekali bahasa tempat menara Eiffel itu, Ike kerap meminta mahasiswa Indonesia yang tinggal di sana untuk menerjemahkan maksudnya. 

"Jadi komunikasinya cenderung lama karena menerjemahkan dari bahasa saya ke bahasa Prancis, lalu dari bahasa Prancis ke bahasa Indonesia," ungkap mahasiswa asal Probolinggo tersebut.

Selain itu, saat di Amsterdam ia secara kebetulan bertemu dengan orang Indonesia yang tinggal di sana.  Karena merasa seperti bertemu saudara sendiri dari tanah air, Ike dijamu dengan makan siang gratis. "Lumayan buat makan siang yang harganya 10 euro per porsi atau kurang lebih 180 ribu rupiah," ujarnya tertawa.

Keluar Negeri Gratis Sebelum Bergelar Sarjana
Keluar negeri gratis memang menjadi salah satu target Ike di tahun 2015. Ia tidak menyangka jika target itu benar tercapai di penghujung akhir tahun. "Negara Prancis tidak sedikit pun terlintas sebelumnya namun saya bersyukur ternyata rencana Allah sangat indah dan diluar ekspektasi saya," ungkapnya haru.

Kesibukan sebagai mahasiswa tingkat akhir tak membuat Ike memupuskan harapannya untuk melancong ke benua Eropa. Setelah satu bulan dari waktu pengumpulan dan dinyatakan lolos, Ike sempat kebingungan karena waktu pengumuman berjarak hanya selisih satu bulan dari waktu keberangkatan.

Lanjut Ike, ia sendiri merasa bingung mulai dari bagaimana mendapatkan uang akomodasi pulang pergi Surabaya-Paris yang paling murah, pengurusan visa dan saat presentasi. "Tapi, Alhamdulillah atas izin Allah saya bisa berangkat," ujarnya sembari mengatupkan kedua tangan. (van/pus)

sumber: https://www.its.ac.id

Artikel Terkait

Previous
Next Post »