Briket Bonggol Jagung, Solusi Mengurangi Limbah Pertanian Menjadi Bahan Bakar Ramah Lingkungan

 


Campusnesia.co.idBoyolali 06/01/2023. Tanaman jagung merupakan komoditas pertanian terbesar yang dihasilkan oleh para petani di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali. Dengan melimpahnya hasil panen jagung, tentu limbah pertanian berupa bonggol jagung yang dihasilkan juga semakin banyak. 

Di Desa Wonoharjo, bonggol jagung hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar perapian untuk memasak atau bahkan hanya dibiarkan berserakan di pinggir jalan. Limbah ini sebenarnya masih dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, yaitu menjadi bahan baku pembuatan briket.
 
Briket merupakan sejenis arang yang berguna sebagai sumber energi alternatif pengganti bahan bakar minyak untuk memasak. Briket dihasilkan melalui pembakaran biomassa pada tempat yang minim oksigen. 


Dibandingkan dengan arang kayu, briket lebih cepat menyala dan lebih tahan lama, serta abu hasil pembakaran yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Briket dapat dipasarkan dengan harga yang bersaing, berkisar antara 5.000-25.000/kg tergantung pada kualitasnya. Oleh karena itu, jika diolah dengan baik maka limbah bonggol jagung bermanfaat untuk membantu perekonomian warga desa.

Mona Priyanti (21) – seorang mahasiswa KKN dari Universitas Diponegoro – melaksanakan inisiatif untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai pembuatan briket dari limbah bonggol jagung. Program ini bertujuan untuk mengurangi limbah pertanian berupa bonggol jagung untuk dibuat menjadi briket yang lebih bermanfaat serta memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. 

Program kerja ini dilaksanakan melalui presentasi mengenai pengenalan briket, cara pembuatannya, beserta manfaatnya. Sebelum pelaksanaan presentasi, dilakukan proses pembuatan briket sehingga produk hasilnya dapat diperagakan langsung kepada masyarakat. 


Program pengenalan pembuatan briket dari bonggol jagung dilaksanakan dengan lancer di Balai Desa Wonoharjo. Berbagai lapisan masyarakat – seperti perangkat desa, perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapotan), perwakilan pelaku UMKM, perwakilan karang taruna, dan perwakilan petani ikan mengikuti acara dengan antusias. Program ini mendapat sambutan yang cukup baik dari masyarakat.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon