Review Film Jepang Survival Family: Apa Jadinya jika Listrik Padam Ratusan Hari?




Campusnesia.co.id --- Minggu, 4 Agustus 2019, kita dihebohkan dengan berita padamnya listrik di sebagian besar wilayah jawa barat dan jakarta. Banyak berita yang beredar dan sosial mediapun ramai. Dari yang santai, bercanda hingga bicara kerugian dan kegeraman. Beberapa video dan foto beredar di lokasi-lokasi vital seperti kereta api listrik yang penumpangnya di evakuasi, salah satu komoditi yang laris lilin dan genset keperluan rumah dan kantor kecil. 

Beruntung menjelang malam secara berangsur listrik mulai menyala, dan kita perlu bersyukur akan kejadian yang menghebohkan di hari minggu kemarin. 

Bicara mati listrik, kami punya rekomendasi sebuah film Jepang yang rilis tahun 2016 berjudul "Survival Family" bercerita tentang apa yang terjadi jika listrik dan alat elektronik mati dalam hitungan ratusan hari, iya, ratusan hari. yuk simak reviewnya.

1. Jalan Cerita
Keluarga Suzuki menghadapi krisis! Saat terbangun di pagi hari, seluruh peralatan listrik tidak berfungsi. Tak hanya peralatan listrik, tetapi juga kereta, mobil, gas, dan sistem air. Tak ada telepon yang bisa digunakan dan tak ada kereta untuk berangkat kerja. Mereka pikir mereka bisa menghadapinya selama satu hari, hingga hari demi hari pun berganti. Akhirnya sang ayah, membuat keputusan seumur hidup: “Kita akan melarikan diri dari Tokyo!” Adakah masa depan untuk keluarga itu di dunia tanpa listrik?! Dapatkah seorang ayah yang dianggap gagal melindungi keluarganya?!

Hari pertama mereka masih optimis bahwa listrik akan segera menyala, sang ibu sebagai pengatur kebutuha keluarga segera berbelanja stok kebutuhan dasar, dan yang ia dapati semua supermarket kehabisan stok makanan dan minuman.

Hari kedua, uang mulai tak berharga, karena makanan dan air jauh lebih dibutuhkan. Keluarga ini mulai berfikir pindah ke pedesaan tempat kakek dan nenek anak-anak mereka.


Perjalanan panjang berartus-ratus hari dengan segala drama, khas film jepang jangan berharap banyak lagu dan musik selama film, yang ada suara asli alam, kadang hening. Mereka belajar bertahan hidup, dari keluarga cengeng dan kurang harmonis, keadaan memaksa untuk bekerja sama satu sama lain.

Pada akhirnya mmereka memang berhasil menuju desa yang di tuju, setelah perjalanan panjang yang nyaris gagal di tengah, twist tentu ada, misal scene yang paling tidak penonton harapkan sang ayah "mati" saat menyebrang sungai dan sang ibu yang kakinya patah akibat jatuh ke jurang, atau saat kritis hendak dimangsa anjing hutan.


Beberapa pelajaran yang bisa dambil dari film ini;
1. Begitu bergantungnya manusia dengan listrik dan teknologi, hingga nyaris bisa bertahan hidup tanpa keduanya di era modern.

2. Mitigasi dan kemampuan bertahan hidup dalam kondisi darurat itu penting.

3. Jelas pesan moral tentang kekeluargaan, saling memahami, saling membantu agar tercipta keluarga harmonis, tanpa perlu (amit-amit) masa sulit bersama.

4. Pantang menyerah jelas jadi sorotan, kentara sekali dalam film ini.

5. Tak ada jeleknya kembali mempelajari teknologi dan cara hidup kuno ala orang desa, sebagai bagian dari persiapan jika peristiwa BlackOut terjadi beneran.

Sebagai penutup, sebagai soerang muslim saya percaya tentang datangnya hari akhir, dalam berbagai riwayat disebutkan manusia akan kembali hidup dengan cara kuno, terbersit bagaimana hal itu bisa terjadi di jaman yang serba canggih? film ini sedikit banyak memberi gambaran, hal seperti bukanlah hal yang mustahil, wallahu'alam.

penulis: Nandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »