Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri info herbal. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri info herbal. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Info Herbal: Mengenal Tanaman Kencur



Campusnesia.co.id -- Kencur (Kaempferia galangal L) sudah sejak lama dikenal dan ditanam di Indonesia. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah Asia Tropika.Sebagian kalangan menduga bahwa asal usul kencur adalah kawasan Indo-Malaysia. Tetapi sumber literatur lainnya memastikan bahwa asal tanaman kencur adalah dari India. Daerah penyebaran kencur meluas ke kawasan Asia Tenggara dan Cina.Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa keluarga Zingiberaceae ini meliputi 47 genera dan 1.400 spesies yang tersebar luas.



di daerah tropik dan subtropik. Diantara sejumlah genera dan spesies tersebut, terdapat 13-17 jenis temu-temuan yang dipakai dalam obat tradisional. Kencur termasuk salah satu tanaman temu-temuan yang banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional. Pusat pertanaman kencur masih terkonsenterasi di pulau Jawa, terutaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu daerah sentra kencur terbesar saat ini adalah Kabupaten Boyolali ( Jawa Tengah), yang pada tahun 1992 terdapat areal pertanaman kencur seluas 703 hektar dengan produksi 1.301 ton gelondong basah (Rukmana, 1994).

Di Indonesia, kencur dikenal dengan beberapa nama daerah diantaranya adalah:Cikur (Sunda); Kencur (Jawa); Kencor (Madura); Cekuk (Bali);Cakue (Minang Kabau); Cekur (Lampung); Kaciwer (Karo); Ceuko (Aceh) dan Bataka (Ternate,Tidore) (Rukmana, 1994).
Kencur termasuk ke dalam terna kecil yang siklus hidupnya semusim atau beberapa musim. Susunan tubuh tanaman kencur terdiri atas:

a. Akar dan Rimpang
Merupakan akar tunggal yang bercabang halus dan menempel pada umbi akar yang disebut “rimpang”. Rimpang kencur sebagian lagi terletak di atas tanah. Bentuk rimpang umumnya bulat, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya coklat kekuningan dan berbau harum. Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan (Muhlisah,1999).



b. Batang dan Daun
Tanaman kencur memiliki batang semu yang sangat pendek, terbentuk dari pelepah-pelepah daun yang saling menutupi. Daun-daun kencur tumbuh tunggal, melebar dan mendatar hampir rata dengan permukaan tanah. Jumlah daun bervariasi antara 8-10 helai dan tumbuh secara berlawanan satu sama lain. Bentuk daun elip melebar sampai bundar, ukuran panjang daun 7-12cm dan lebarnya 3-6cm, serta berdaging agak lebar (Muhlisah,1999).

c. Bunga dan Buah
Bunga kencur keluar dalam bentuk buliran setengah duduk dari ujung tanaman di sela-sela daun. Warna bunganya putih, ungu hingga lembayung dan tiap tangkai bunga berjumlah 4-12 kuntum bunga. Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat tumbuh lebih dari satiu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentuk corong pendek. Buah kencur termasuk buah kotak beruang 3 dengan bakal buah yang letaknya tenggelam, tetapi sulit sekali menghasilkan biji (Muhlisah,1999).

Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat kimia yang telah banyak diteliti adalah pada rimpangnya, yakni mengandung minyak atsiri 2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, etil ester dan pentadekan (Muhlisah,1999).

Kencur banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman,rempah, serta bahan campuran saus rokok pada industri rokok kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut. minyak atsiri didalam rimpang kencur mengandung etil sinnamat dan metil p-metoksi sinamat yang banyak digunakan didalamindustri kosmetika dan dimanfaatkan sebagai obat asma dan anti jamur. 



Jamu merupakan produk tradisional Indonesia yang cukup digemari. Khasiatnya adalah sebagai penghilang rasa nyeri. Nyeri dibadan, peredaran darah terasa lancar2 dantenaga bertambah2 menghilangkan kembang perut. Kencur digunakan untuk obat berbagai penyakit, selain sakit gigi juga memar, nyeri dada, sakit kepala dan sembelit. Kabarnya kencur juga bisa untuk mengobati tetanus, radang lambung, muntah-muntah. panas dalam, serta keracunan (Mursito,2003). Rimpang kencur memiliki kandungan antara lain saponin, flavonoid, fenol serta minyak atsiri sehingga manfaat utama kencur sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut (Syamsuhidayat dan Johnny 1991). 

penulis: Sri Ayuni

editor: Nandar

Daftar Pustaka
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu – Temuan dan Empon –Empon. Kanisius :  Yogyakarta.
Rukmana, Rahmat. 1994. Kencur. Kanisius : Yogyakarta.
Syamsuhidayat, SS dan Johny, R.H. 1991. Inventaris Tanaman Obat. Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 616 p.
Mursito, bambang.2003: Ramuan Tradisional untuk pelangsing tubuh. Jakarta : Penyebar Swadaya.



Info Herbal: Mengenal Kandungan dan Manfaat Tanaman Seledri

0

 



Campusnesia.co.id - Seledri merupakan herba tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik

yang khas, batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, petualangan menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih mekar secara bertahap. Buahnya kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, dan berwarna hijau kekuningan (Dalimartha, 2003). 

Menurut Rusdiana (2018) seledri merupakan tumbuhan serbaguna jenis herba Apium graveolens Linn memiliki batang yang lembek dan garing serta memiliki daun berwarna hijau segar dengan aroma dan cita rasa yang khas dimana termasuk keluarga Apiaceae yang tumbuh pada daerah beriklim subtropis dan tropis di benua Eropa. 

Menurut Arisandi dan Sukohar (2016) seluruh bagian seledri terdapat senyawa fenol seperti flavonoid, apiin, apigenin, isokuersitrin serta senyawa lain yakni tanin, seleri, bergapten, apiumosida, apiumetin, apigravrin, ostenol, isopimpinellin, isoimperatorin, selereosida, dan 8-hidroksi metoksipsoralen juga minyak atsiri dan beberapa vitamin. 

Tabel Kandungan gizi seledri dalam 100 gram bahan menurut Pamplona dan George (2016):

Kandungan

Jumlah

Energi

Protein (gram)

karbohidrat (gram)

Serat (gram)

Niasin (mg)

Folat (µg)

Zat Besi (mg)

Vitamin E (mg α-TE)

Kalsium (mg)

Magnesium (mg)

Fosfor (mg)

Potassium (mg)

Zinc/Seng (mg)

Vitamin A
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B2 (mg)
Vitamin B6 (mg)
Vitamin C (mg)
Total Lemak (gram)
Lemak Jenuh (gram)
Sodium (mg)

16 kkal = 67 kj

0.75

1.95

1.7

0.049

28

0.4

0.36

40

11

25

287

0.13

13 µg RE
0.046
0.045
0.087
7
0.14
0.037
87


Tanaman seledri mengandung flavonoid yang berkhasiat sebagai anti  oksidan, apigenin yang berkhasiat sebagai hipotensif, lipase untuk mencerna lemak, dan kandungan mineralnya yang cukup tinggi seperti kalsium, magnesium dan fosfor dapat memperkuat masa tulang. Selain itu seledri juga mengandung saponin, tannin 1%, minyak atsiri 0.033%, vitamin (A, B, dan C), kolin, dan zat pahit. 

Akarnya mengandung asparagin, zat pati, minyak astiri dan tirosin. Sedangkan pada buah seledri mengandung apiin, atsiri, apigenin, dan alkohol. Secara tradisional tanaman seledri digunakan sebagai pemacu enzim pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan, peluruhan air kencing, dan penurunan hipertensi (Dalimartha, 2000).

Beberapa kandungan senyawa fitokimia utama yang ada pada seledri seperti fenol, alkaloid, karbohidrat dan steroid serta vitamin C, flavonoid, dan vitamin A yang menjadikan seledri sebagai pengobatan secara alami berfungsi untuk memelihara kesehatan tubuh (Rusdiana, 2018). 

Mengkonsumsi seledri juga memiliki manfaat bagi kesehatan seperti mengobati encok, keasaman metabolis, hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol berlebih, diabetes, psoriasis erupsi kemerahan dan kerak pada kulit), antipasmodik, anti-asma, anti-rematik, dan anti-bronkitis, menstruasi yang tidak teratur, dan diuretik (Pamplona dan George, 2016). 

Sedangkan menurut Abdou dkk (2012), manfaat dari tanaman seledri adalah, daun yang dimanfaatkan sebagai penambah aroma masakan, akar seledri berkhasiat memacu enzim pencernaan dan peluruh kencing (diuretik) sedangkan buah dan bijinya sebagai pereda kejang (antispasmodik), menurunkan kadar asam urat darah, anti rematik, penenang (sedatif), dan anti hipertensi.

Penulis: Ika Shintya

Daftar Pustaka:

1. Abdou, H.S., Salah,S.H., Hoda, B.F., Abdel, R.E.A., 2012. Antioksidan Effect of Calery Against Carbontetracloride Induced Hepatic Damage in Rats. African Journal of Microbiology Research. 6(27). 5657-5667.

2. Arisandi, R. dan Sukohar A. 2016. Seledri (Apium graveolens L.) sebagai Agen Kemopreventif bagi Kanker. Majority. Vol.5 No.2.

3. Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Trubus Agriwidya. Jakarta.

4. ___________ 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid III. Puspa Swara. Jakarta.

5. Pamplona. R dan George D., M.D. 2016. Makanan Menyehatkan. Seri Pola Hidup Baru. Hal 232-233. Indonesia Publishing House. Bandung.

6. Rusdiana, T. 2018. Telaah Tanaman Seledri (Apium Graviolens L.) sebagai Sumber Bahan Alami Berpotensi Tinggi dalam Upaya Promotif Kesehatan. Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal. Vol. 3, No. 1.



Info Herbal: Mengenal Tanaman Serai




Campusnesia.co.id -- Sereh( Cymbopogon citratus) adalah tanaman rempah yang keberadaannya sangat melimpah di Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian 200 – 800 dpl. Sereh memiliki nama familiar yang berbeda-beda di setiap daerahnya seperti sereue mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-sangge (Batak), serai (Batawi) (Minangkabau), sarae (Lampung), sere (Melayu), sereh (Sunda), sere (Jawa Tengah), sere (Madura), dan masih banyak nama lain untuk menyebutkan serah di daerah lain (Agusta, 2000). Serai merupakan tumbuhan yang masuk ke dalam family rumput rumputan. Tanaman ini dikenal dengan istilah Lemongrass karena memiliki bau yang kuat seperti lemon, sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara tropis (Wijayakusumah, 2005). 

Tanaman serai merupakan tanaman dengan habitus terna perenial yang tergolong suku rumput-rumputan (Tora, 2013). Tanaman serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m. Panjang daunnya mencapai 70-80 cm dan lebarnya 2-5 cm, berwarna hijau muda, kasar dan memiliki aroma yang kuat (Wijayakusuma, 2005). Serai memiliki akar yang besar dan merupakan jenis akar serabut yang berimpang pendek (Arzani dan Riyanto, 1992). Batang serai bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya merupakan pelepah umbi pada pucuk dan berwarna putih kekuningan. Namun ada juga yang berwarna putih keunguan atau kemerahan (Arifin, 2014). Daun tanaman serai berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, runcing dan memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman serai tersusun sejajar dan letaknya tersebar pada batang. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm sedangkan lebarnya kira kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian bawah daunnya berbulu halus (Arzani dan Riyanto, 1992). Tanaman serai jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Jika ada, bunganya tidak memiliki mahkota dan merupakan bunga berbentuk bulir majemuk, bertangkai atau duduk, berdaun pelindung nyata dan biasanya berwarna putih. Buah dan bijinya juga jarang sekali atau bahkan tidak memiliki buah maupun biji (Arzani dan Riyanto, 1992; Sudarsono dkk., 2002).

Tanaman serai mengandung minyak esensial atau minyak atsiri. Minyak atsiri dari daun serai rata-rata 0,7% (sekitar 0,5% pada musim hujan dan dapat mencapai 1,2% pada musim kemarau). Minyak sulingan serai wangi berwarna kuning pucat. Bahan aktif utama yang dihasilkan adalah senyawa aldehid (sitronelol-C10H6O) sebesar 30-45%, senyawa alkohol (sitronelol-C10H20O dan geraniol-C10H18O) sebesar 55-65% dan senyawa-senyawa lain seperti geraniol, sitral, nerol, metal, heptonon dan dipentena (Khoirotunnisa, 2008).

Pada akar tanaman serai mengandung kira-kira 0,52% alkaloid dari 300 g bahan tanaman. Daun dan akar tanaman serai mengandung flavonoid yaitu luteolin, luteolin 7-O-glucoside (cynaroside), isoscoparin dan 2''-O-rhamnosyl isoorientin. Senyawa flavonoid lain yang diisolasi dari bagian aerial tanaman serai yaitu quercetin, kaempferol dan apigenin (Opeyemi Avoseh, 2015). 

Selama ini akar tanaman sereh dimanfaatkan untuk obat tradisonal dan batang tanaman sereh paling banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan aroma pada minuman hangat seperti serbat, bajigur, dan bandrek, sedangkan daun tanaman sereh dimanfaatkan menjadi minyak atsiri. Minyak atsiri daun sereh mengandung sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen (Sastrohamidjojo, 2004). Jika minyak atsiri daun sereh disatukan dengan minyak kelapa, minyak atsiri daun sereh dapat dipakai sebagai obat gosok untuk melawan sengatan lintah, gatal, penghalus kulit, pencegah jerawat dan pengharum alami sekaligus sebagai aroma yang sangat efektif mengusir nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit demam berdarah (Kartasapoetra, 1996).

Berdasarkan pada beberapa penelitian mengenai tanaman serai, ekstrak daunnya mengandung senyawa senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, fenol dan steroid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan melalui penghambatannya terhadap radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan nilai IC50 terbaik pada ekstrak etanol 70% sebesar 79,444 mg/L (Rahmah, 2014). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Agbafor dan Akubugwo (2008), ekstrak serai dengan dosis 100 mg/KgBB dan 200 mg/KgBB yang diberikan selama 7 hari memiliki efek sebagai hipokolesterolemia. Aktivitas kolesterol ditunjukkan dengan adanya senyawa flavonoid yang dapat memperbaiki profil lipid secara bermakna, hal ini terjadi karena flavonoid berperan sebagai antioksidan dan dapat menekan terbentuknya interleukin proinflamasi. Flavonoid mampu memperbaiki endotel pembuluh darah, dapat mengurangi kepekaan LDL terhadap pengaruh radikal bebas (Wayan dan Made, 2012).

penulis: Sri Ayuni

editor: Nandar

Daftar Pustaka
Agusta, A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung
Arifin, M. N. 2014. Pengaruh ekstrak n-heksan serai wangi Cymbopogon nardus (L.) Randle pada berbagai konsentrasi terhadap periode menghisap darah dari nyamuk Aedes aegypti.[Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Agbafor, KN., Akubugwo, EI. 2008. Hypocholesterolaemic Effect Of Ethanolic Extract Of Fresh Leaves Of Cymbopogon Citratus (Lemongrass). African Journal Of Biotechnology, Vol. 6 (5), Pp. 596-598.
Khoirotunnisa, M. 2008. Aktivitas minyak atsiri daun sereh (Cymbopogon winterianus, jowitt) terhadap pertumbuhan Malassezia furfur secara in vitro dan identifikasinya. [Disertasi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Arzani, M. N dan Riyanto, R. 1992. Aktifitas antimikrobia minyak atsiri daun beluntas, daun sirih, biji pala, buah lada, rimpang bangle, rimpang serei, rimpang laos, bawang merah dan bawang putih secara in vitro. Laporan Penelitian. Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Wijayakusuma, H. M. H. 2000. Tumbuhan berkhasiat obat Indonesia: rempah, rimpang, dan umbi. Milenia popular. Jakarta.
Rahmah, DA., 2014. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Serai (Cymbopogon citratus) Dan Potensinya Sebagai Pencegah Oksidasi Lipid. IPB, Bogor
Avoseh O., Oyedeji O., Rungqu P., Chungag B.N. and Oyedeji A. 2015. Cymbopogon Species; Ethnopharmacology, Phytochemistry and the Pharmacological Importance. South Africa. Journal Molecules 20: 7438-745

. Wayan, S., Made, J., 2012. Ekstrak Daun Ubi jalar Ungu Memperbaiki Profil Lipid Dan Meningkatkan Kadar Sod Darah Tikus Yang Diberi Makanan Tinggi Kolesterol. Medicina Volume 43 Nomer 2 Mei 2012.






Info Herbal: Mengenal Tanaman Lengkuas




Campusnesia.co.id -- Lengkuas ditemukan menyebar diseluruh dunia. Penyebarannya termasuk diseluruh indonesia, Asia tenggara, dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga laut cina dan India barat daya diantara Chats dan Lautan Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, umumnya ditanam ditempat yang terbuka sampai ditempat yang kenaungan. Tumbuh pada ketinggian tempat hingga ketiggian 1.200 meter diatas permukaan laut (Depkes RI, 1978). Lengkuas atau laos adalah jenis tanaman terna, tanaman ini tumbuh tegak dan memiliki tinggi sekitar 1-2 m. Biasanya hidup di dataran rendah dan dataran tinggi, diketinggian 1200 m diatas permukaan laut (Ernawati, 2011:2). Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih. Lengkuas putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon lengkuas putih umumnya lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah hanya sampai 1-1,5 meter (Sinaga, 2009).

Lengkuas memiliki nama yang berbeda sesuai negara,  Puar (Malaysia), Langkauas, Palia (Filipina), Padagoji (Burma), Kom deng, Pras (Kamboja), Kha (Laos, Thailand), Hong dou ku (Cina), Galangal, Greater galangal, Java galangal, Siamese ginger (Inggeris), Grote galanga, Galanga de I'Inde (Belanda), Galanga (Perancis), Grosser galgant (Jerman) (Sinaga, 2009).  Adapun Lengkuas di Indonesia memiliki nama yang berbeda beda pula seperti Lengkueus (Gayo), Langkueueh (Aceh), Halawas (Simalungun), Halas (Batak Toba), Lakuwe (Nias), Lengkuas (Melayu), lengkueh (Minang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Madura) (Sinaga, 2009).

Lengkuas merupakan terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun disebelah atas dan bawah biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15 cm. Pelepah daun lebih kurang 15-30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak diujung batang (Sinaga, 2009).

Buahnya berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda berwarna hijau-kekuningan, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdimeter lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecilkecil, berbentuk lonjong, berwarna hitam (Sinaga, 2009).

Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar agak coklat berwarna kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih dan kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila udah dikeringkan rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapat rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya (Sinaga, 2009).

Kandungan kimia dari lengkuas  yaitu 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, galangin, flavanoid, saponin, tanin dan lain-lain. Penelitian yang lebih intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat bersifat sebagai antitumor atau antikanker, diantaranya Asetoksi Chavikol Asetat yang mampu menghambat enzim xhantin oksidase (Anonimb , 2008). Lengkuas adalah salah satu sumber alamiah terbaik dari kuersetin, suatu bioflavanoid yang secara khusus baik untuk melawan radikal bebas. Di samping kemampuan antioksidannya, kuersetin juga memiliki sifat mencegah kanker, anti jamur, antibakteri, dan anti peradangan (Klohs, 2012). Sebagai antioksidan yang mampu mencegah kerusakan oksidatif dan kematian sel, kuersetin memiliki beberapa mekanisme kerja, antara lain menangkap radikal oksigen. Sifat antioksidan yang dimiliki ini membuat kuersetin mempunyai aktivitas sitoprotektif terhadap tukak lambung yang diinduksi oleh berbagai senyawa seperti etanol, asam asetat, dan obat-obat antiinflamasi non steroid (Coskun, dkk., 2004).

Khasiat Tumbuhan Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi gangguan lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan angin dari perut (stomachikum), menambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan, menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang air kecil(diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan mengobati penyakit herpes. Juga digunakan untuk mengobati diare, disentri, demam, kejang karena demam, sakit tenggorokan, sariawan, batuk berdahak, radang paru-paru, pembesaran limpa. Dan untuk menghilangkan bau mulut. Disamping itu rimpang lengkuas juga dianggap memiliki khasiat sebagai antitumor atau sebagai antikanker terutama dibagian mulut dan lambung (Sinaga, 2009). Antioksidan pada lengkuas merah dapat menekan efek karsinogenik dari senyawa radikal bebas penyebab kanker. Minyak atsiri yang terkandung dalam lengkuas merah dapat digunakan sebagai obat luar, untuk mengobati pegal linu, mematangkan bisul, mengatasi rambut rontok, mengobati pilek/flu, mengusir nyamuk, bakterisida dan fungisida kulit (Kurniawati, 2010).

Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Penelitian Sundari dan Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen, yaitu: Tricophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum. Namun penelitian dan penggunaan ekstrak rimpang lengkuas untuk menghambat pertumbuhan jamur filamentus agaknya belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak rimpang lengkuasterhadap jamur filamentus Fusarium moniliforme dan Aspergillus spp. yang mampu memproduksi mikotoksin.

penulis: Sri Ayuni

editor: Nandar

Daftar Pustaka
Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 
Sinaga,E. (2009). Alpinia galanga (L.) Willd. http://free.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas.pdf
Ernawati. (2011). Pengaruh Ekstrak Rimpang Lengkuas (Languas galanga) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan JAMUR Candida albicans. Makasar: Skripsi Program Studi Biologi Universitas Islam Negeri Alauddin makasar.
Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikrobia Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurnal Nature Indonesia, 4 (2): 178-183.
Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2000. Informasi tumbuhan obat sebagai anti jamur. Jakarta: Puslitbang-Balitbangkes Depkes RI.
Klohs, W.D., Fry, D.W., dan Kraker, A.J. (2012). Inhibitors of Tyrosine Kinase. Curr Opin Oncol. 9:562-568. 
Kurniawati, N. (2010). Sehat dan cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur. Kanita, Bandung. Halaman 116-119.

Info Herbal: Mengenal Tanaman Lada



Campusnesia.co.id -- Lada (Piper nigrum L) termasuk tanaman dari family Piperaceae. Famili tersebut terdiri dari 10-12 genus dan 1.400 spesies yang bentuknya beragam seperti herba, semak, tanaman menjalar, hingga pohon-pohonan. Lada dari genus Piper merupakan spesies tanaman yang berasal dari Ghats, Malabar India (Rismunandar, 2007). Adapun taksonomi tanaman lada diklasifikasikan sebagai berikut : kingdom : Plantae, divisi : Spermatophyta, klas : Angiospermae, subklas : Dicotyledoneae, ordo : Piperales, family : Piperaceae, genus : Piper, spesies : Piper nigrum L. (Suwarto, 2013). 

Lada disebut juga merica atau sahang, yang mempunyai nama Latin Piper Albi Linn adalah sebuah tanaman yang kaya akan kandungan kimia, seperti minyak lada, minyak lemak, juga pati (Permadi, 2008). Lada bersifat sedikit pahit, pedas, hangat, dan antipiretik (Permadi, 2008). Tanaman ini sudah mulai ditemukan dan dikenal sejak puluhan abad yang lalu (Sarpian, 2003). Pada umumnya orang-orang hanya mengenal lada putih dan lada hitam yang sering dimanfaatkan sebagai bumbu dapur (Sarpian, 2003). Lada merupakan produk pertama yang diperdagangkan antara Barat dan Timur. Pada abad pertengahan tahun 1.100 – 1.500 M, perdagangan lada memiliki kedudukan yang sangat penting. Pada waktu itu lada digunakan sebagai alat tukar dan mas kawin, selain untuk keperluan rempah-rempah (Syakir, 2008).

Tanaman lada dikenal sebagai tanaman tahunan yang memanjat. Batangnya berbuku dengan tinggi mencapai 10 meter, namun dalam budidayanya dibatasi hingga ketinggian 3-4 meter dan melekat pada tiang panjat (tajar) agar memudahkan dalam pemeliharaan. Tanaman lada terdiri atas batang, akar, daun, cabang, dahan, bunga dan buah (Rismunandar, 2007). Menurut Nurhakim (2014), batang lada tumbuh merambat pada tiang panjat dan kadang-kadang menjalar di atas permukaan tanah. Tiap tanaman lada hanya tumbuh satu batang, apabila batang dipotong saat berumur satu tahun, akan tumbuh tunas-tunas dengan jumlah 2-5 cabang baru. Panjang tiap ruas tanaman lada tidak selalu sama yaitu sekitar 4-7 cm, dengan diameter batang antara 6-25 mm.

Tanaman lada termasuk tanaman kelompok dikotil yang memiliki akar tunggang. Akar utama terletak pada dasar batang dengan panjang 3-4 m, sedangkan akar-akar dari buku diatas permukaan tanah panjangnya hanya 3-5 cm yang berfungsi untuk menempel pada tiang panjat dan juga penyerap unsur hara yang sering disebut akar panjat atau akar lekat. Akar lekat hanya tumbuh pada buku-buku batang utama dan cabang ortotrop, sedangkan di cabang produksi (plagiotrop) tidak terdapat akar lekat (Rismunandar, 2007). 

Tanaman lada memiliki daun berbentuk bulat telur sampai memanjang dengan ujung meruncing. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras, memiliki kulit buah yang lunak, dan melekat pada malai. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang sudah tua berwarna kuning, dan buah yang sudah masak berwarna merah berlendir dengan rasa manis pada kulit buahnya. Besar buah lada 4-6 mm, sedangkan biji lada besarnya 3-4 mm dengan berat 100 biji kurang lebih 38 gram. Kulit buah atay pericarp terdiri dari 3 bagian, yaitu epicarp (kulit luar), mesocarp (kulit tengah), dan endocarp (kulit dalam) (Rismunandar, 2007). 

Cabang lada terdiri dari dua jenis, yaitu cabang orthotrop dan plagiotrop. Cabang orthotrop merupakan cabang yang muncul pada ketiak daun tiap buku-buku batang yang tumbuh diatas permukaan tanah disebut sulur gantung, sedangkan cabang yang kemunculannya dari dalam tanah disebut sulur cacing (lanak tanah). Ciri cabang orthotrop yakni tiap buku hanya terdapat satu daun, cabang tidak memiliki dahan atau ranting, terlihat akar lekat dan tidak muncul bunga. Sedangkan cabang plagiotrop muncul pada buku dahan yang muncul setelah tanaman lada berbuah untuk kedua kalinya. Saat pertama kali berbuah, bunga dan buah hanya muncul pada tiap ruas buku dahan. Pada musim berbuah selanjutnya, sebelum kemunculan malaibunga akan didahului kemunculan cabang plagiotrop. Jumlah cabang yang muncul hanya satu pada tiap kali musim berbunga dan akan muncul pada musim berikutnya (Nurhakim, 2014).

Bunga lada masuk kategori hermafrodit, tiap tanaman terdapat satu bunga jantan dan bunga betina. Kedua bagian bunga saling berdekatan dalam satu malai bunga. Letak bunga lada disebut bunga duduk karena tidak terlihat secara tegas tangkainya. Tiap tangkai bunga terdaat sekitar 30-50 bakal bunga. Susunan bunga lada terdiri dari tajuk, mahkota, benang sari dan putik dalam satu kesatuan. Terjadinya penyerbukan ditandai dengan adanya perubahan warna putik menjadi kecoklatan. Selanjutnya putik akan membesar, membentuk kulit luar, kulit dalam, daging atau biji dan berbentuk bakal buah (Nurhakim, 2014).

Buah lada hitam mengandung bahan aktif seperti amida fenolat, asam fenolat, dan flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat. Selain mengandung bahan-bahan antioksidan, lada hitam juga mengandung piperin yang diketahui berkhasiat sebagai obat analgesik, antipiretik, anti inflamasi, serta memperlancar proses pencernaan (Meghwal dan Goswami, 2012). Kandungan lada hitam sangat beranekaragam dan piperin merupakan kandungan utama serta kavisin yang merupakan isomer dari piperin. Piperin adalah senyawa alkaloid (Evan, 1997)  yang paling banyak terkandung dalam lada hitam dan semua tanaman yang termasuk dalam famili Piperaceae. Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas, larut dalam etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform (Amaliana, 2008). Piperin memiliki manfaat sebagai anti-inflamasi, antiarthritik (Bang et al., 2009; Sudjarwo, 2005), analgesik (Sudjarwo, 2005), depresan sistem safaf pusat dan anticonvulsan (Deepthi et al., 2012). 

Piperin memiliki banyak efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor, antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel. Piperin mampu melindungi sel dari kanker dengan mengikat protein di mitokondria sehingga memicu apoptosis tanpa merusak sel-sel yang normal melalui peningkatan aktivitas enzim antioksidan seperti superoxide dismutase, catalase dan glutathione peroxidase (Selvendiran et al., 2003). Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare, dan insektisida (Namara, 2005). Lada hitam juga mengandung alkaloid, flavonoid, dan komposisi aromatik, dan senyawa amida (Agbor et al., 2006).

Kandungan kimia lain dalam lada hitam adalah saponin, minyak atsiri, kavisin, resin, zat putih telur, amilum, piperilin, piperolein, poperanin, piperonal, dihdrokarveol, kanyofillene oksida, kariptone, trans piocarrol, dan minyak lada. Lada hitam banyak dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan obat. Lada juga memiliki manfaat untuk kesehatan, antara lain melancarkan pencernaan dengan meningkatkan sekresi asam lambung (Zeladmin, 2012), melonggarkan saluran pernapasan,dan melancarkan aliran darah di sekitar kepala. Lada hitam termasuk bahan alami yang berpotensi sebagai afrodisiak. Hal ini disebabkan kandungan piperin yang meningkatkan gairah seks (Yunita, 2010).

penulis: Sri Ayuni

editor: Nandar

Daftar Pustaka
Agbor, G.A., J.A. Vinson, J.E. Oben, J.Y. Ngogang. 2006. Comparative Analysis of the in Vitro Antioxidant Activity of White and Black Pepper. Nutrition Research 26: 659-663.
Amaliana, L. N. 2008. Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol 70 % Buah Merica Hitam (Piper nigrum L.) terhadap Sel Hela. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Bang, J., D.H. Oh, Choi H.M. 2009. Anti-Inflammatory and Antiarthritic Effects of Piperine in Human Interleukin 1β- Stimulated Fibroblast Like Synoviocytes and in Rat Arthritis Models. Arthritis Research andTherapy 2009. 11:49.
Deepthi, S.P., V. Junis, P. Shibin, S. Senthiil, R.S. Rajesh. 2012. Isolation, Identification and Antimycobacterial Evaluation of Piperine from Piper longum. Dermatology Pharmacia Letter 2012: 863-868.
Meghwal, M. dan T. K. Goswami, 2012. Nutritional Constituent of Black Pepper as Medicinal Molecules: A Review. 1: 129 doi:10.4172/scientificreports.12.
Namara, F. M. 2005. Effects of Piperine, the Pungent Component of Black Pepper, at the Human Vanilloid Receptor (TRPV1), British Journal of Pharmacology 144, 781–790.
Rismunandar. 2007. Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya. Jakarta. hlm. 2-88.

Peduli Sanitasi Peternak Sapi Perah, Mahasiswa Undip Ciptakan Handsanitizer Herbal




Campusnesia.co.id -- Sobat Campusnesia, satu lagi kabar gembira dari sahabat kita yang mengikuti PKM, idenya sederhana tentang kebersihan tangan saat memerah susu sapi. Seperti yang kita ketahui bahwa susu yang kita nikmati sehari-hari dihasilkan dari proses memerah puting sapi, kegiatan ini ternyata riskan terpapar bakteri yang akan mencermari susu dan menyebabkan penyakit mastitis pada sapi.

Selama ini yang dilakukan oleh peternak adalah mencuci tangan sebelum memerah susu, padahal cara ini belum menjamin bakteri sepenuhnya mati.  Dan puting sapi dicelup dengan antiseptik sintetis yang kadang meninggalkan residu kimia pada susu yang berbahaya bagi kesehatan.



Sebagai info, terserangnya mastitis pada sapi perah, tentu sangat merugikan peternak karena susu yang dihasilkan bisa ditolak oleh Industri Pengolah Susu (IPS). Menurut Sudarwanto dan Sudarnika (2008) bahwa penolakan susu mencapai 30 sampai 40%.

Dari latarbelakang diatas, meninspirasi tiga mahasiswa dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Susan Sitha Irma Yuhanita (Peternakan 2017), Prasetyo Ardiansyah (Peternakan 2017) dan Tituk Suselowati (Peternakan 2015) untuk menciptakan I-Care : Antiseptik 2in1 (Handsanitizer dan Gel Puting) dari ekstrak daun jati merah (Tectona grandis Linn F.) yang juga sedang mengikuti ajang Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2019. Tim ini dibimbing oleh drh. Dian Wahyu Harjanti, Ph.D. dari Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah.


I-Care dibuat dari bahan baku daun jati merah (Tectona grandis Linn. F.). Daun jati merah memiliki senyawa aktif saponin, flavonoid dan antioksidan yang berfungsi sebagai antibakteri dimana mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu daun jati merah juga memiliki kandungan senyawa aktif antosianin. Antosianin adalah bagian dri senyawa fenol yang tergolong flavonoid yang menyebabkan warna kemerahan pada ujung daun. Fungsi senyawa antosianin yaitu sebagai antioksidan yang mampu menghambat oksidasi toksik. Adanya senyawa antibakteri ini diharapkan dapat mencegah pertumbuhan bakteri pada tangan serta mencegah masuknya bakteri ke dalam puting setelah dilakukannya proses pemerahan, sehingga dapat mencegah penyakit mastitis.

Bentuk produknya Gel, dikemas dalam botol dan berfungsi sebagai Hand Sanitizer lebih praktis bagi peternak karena bisa gunakan kapanpun dimanapun tanpa dan sebagai pembersih puting sapi sebelum diperah.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa antiseptik I-Care berbahan dasar ekstrak daun jati merah dengan konsentrasi 0,02% saja sudah terbukti efektif dalam menurunkan jumlah bakteri pada telapak tangan dan cemaran bakteri dalam susu. Bakteri pada tangan dapat menurun setelah 30 detik pemakaian, sedangkan penurunan jumlah bakteri susu terjadi setelah 5 hari pemakaian dan semakin menurun selama 10 hari pemakaian. Jika dibandingkan dengan antiseptik komersial povidone iodine 10%, efektifitasnya adalah sama, sebagai antibakteri untuk teat dipping. Hal ini menunjukkan bahwa selain mampu menjaga kesehatan kebersihan tangan, I-Care  juga mampu menjaga kesehatan kelenjar mammary pada sapi perah.



Wah kreatif dan jenius ya, semoga dengan inovasi I-Care ini, masyarakat khususnya kalangan peternak lebih peduli akan sanitasi pada tangan mereka dan ternaknya. Untuk pihak-pihak atau perusahaan yang butuh produk sejenis I-Care, antiseptik 2in1 berbahan herbal bisa banget nih kerjasama agar I-Care dikenal lebih luas dan populer.

sumber: Tim I-Care
foto: Tim I-Care
editor: nandar

Info Seputar Pulau Jeju Latar Drama Korea Our Blues, Destinasi Wisata dan Kuliner Khasnya

0


Campusnesia.co.id - Sabtu 9 April 2022 malam ini jadi hari pertama untuk penanyangan drama terbaru dari tvN berjudul Our Blues setelah sebelumnya slot sabtu dan minggu di isi oleh drama Twenty Five Twenty One.

Tak main-main, drama Our Blues dibintangi aktor papan atas seperti Shin Min A yang sukses lewat drama Hometown Chachacha, Lee Byung Hyun yang populer lewat drama mr Sunshin dan Kim Woo Bin yang akhirnya comeback berperan dalam drama lagi.

Our Blues berlatar kehidupan masyarakat di Pulau Jeju, salah satu pulau populer di korea selatan yang punya 16 destinasi wisata terkenal dan kuliner yang khas.

Lewat postingan kali ini, yuk kita bahas tentang Pulau Jeju yang jadi latar Drama Our Blues.

Korea Selatan memiliki sekitar 3.000 pulau, sebagian besar adalah pulau kecil dan tidak berpenghuni.

Selain pulau Jeju ada pula pulau lainnya misalnya, Pulau Anmyeon, Pulau Bogil, Pulau Ganghwa, Pulau Heuksan, Jindo, Karang Liancourt, Modo, Jindo, Pulau Namhae, Udo, Ulleungdo, Pulau Yeonpyeong.


Sekilas Info tentang Pulau Jeju Latar Drama Our Blues
Pulau Jeju (Jeju-do) adalah pulau terbesar di Korea dan terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea. Pulau Jeju adalah satu-satunya provinsi berotonomi khusus Korea Selatan

Terletak di Selat Korea, sebelah barat daya Provinsi Jeolla Selatan, yang dahulunya merupakan satu provinsi sebelum terbagi pada tahun 1946. Ibu kota Jeju adalah Kota Jeju (Jeju-si).

Topografi Pulau Jeju terbentuk sekitar 2 juta tahun lalu oleh aktivitas vulkanis. Di tengah-tengah pulau muncul Hallasan (Gunung Halla), gunung tertinggi di seluruh Korea (1.950 m). Pulau ini bercuaca hangat sepanjang tahun dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah subtropis bisa bertahan hidup.

Pulau Jeju dijuluki Samdado, "Pulau yang Berlimpah dengan Tiga Hal" yaitu, bebatuan, wanita dan angin. Karena memiliki keindahan alam dan kebudayaan yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Korea. Dalam catatan sejarah, Jeju disebut dalam berbagai nama, mulai dari Doi, Dongyeongju, Juho, Tammora, Seomna, Tangna atau Tamra.

Kota pelabuhan terdekat Jeju dengan daratan utama Korea adalah Mokpo, provinsi Jeolla Selatan. Panjang garis pantai 253 km, luas keseluruhan 1.825 km². Suhu di Jeju dapat bervariasi, mulai dari tropis sampai subtropis. 

Suhu rata-rata per tahunnya adalah 14,6 °C dan 4,7° di musim dingin. Keanekaragaman flora yang tumbuh di Jeju sangat berbeda dengan yang ada di Semenanjung Korea. Karena iklimnya yang baik, pulau ini ditumbuhi lebih dari 1.700 jenis tanaman, sehingga Jeju dijuluki sebagai "Pulau Botani" karena kekayaan floranya.

Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai yukgoyeok (enam jenis pekerja keras) yang merujuk kepada warga yang mengerjakan berbagai pekerjaan sulit dan berat untuk hidup, seperti mencari abalon dan kerang dengan cara menyelam ke dasar laut, membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal dan bertani. 

Seringkali mereka diperas demi membayar upeti kepada penguasa di ibu kota. Bencana alam seperti kekeringan dan angin topan juga sering mengakibatkan gagal panen dan kelaparan yang memakan banyak korban jiwa.

Peristiwa paling kelam dalam sejarah rakyat Jeju adalah insiden berdarah pada periode pembentukan Republik Korea pada tahun 1948 sampai periode Perang Korea (1950-1953) di mana banyak warganya dibantai karena dianggap sebagai sarang pemberontak atau pengikut komunis. 

Karena mengalami kehidupan yang keras oleh tekanan penguasa, warga Jeju dikenal sebagai orang-orang yang tabah dan mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Rakyat Jeju menyatakan tentang kehidupan mereka dengan ungkapan:

"Kebahagiaan itu kecil seperti butir pasir, sementara kesedihan itu sebesar batu karang" 

Sejarah Pulau Jeju
Menurut catatan sejarah Cina kuno, San Guo Zhi, pada abad ke-3 Masehi, Pulau Jeju adalah sebuah kerajaan independen yang bernama Tamra. Pada saat itu Tamra sudah menjalin hubungan dagang dengan Tiga Negara Han di Semenanjung Korea. 

Dari abad ke-5 sampai 9, Tamra juga menjalin hubungan dagang dengan kerajaan Goguryeo, Silla, Dinasti Tang dan Jepang. Tahun 1105, Tamra diserap dalam teritori Dinasti Goryeo pada masa pemerintahan Raja Gojong (bertahta 1215-1259) dan namanya diganti menjadi Jeju ("daerah"). 

Dengan masuknya Jeju dalam teritori Goryeo, sumber daya alam Jeju diperas demi memberi upeti kepada istana sehingga beberapa kali rakyat Jeju melakukan pemberontakan. Pada tahun 1270, Tiga Polisi Elit (Sambyeolcho) dibantu oleh rakyat Jeju memberontak pada pemerintahan setempat dan penguasa Mongol, namun berhasil dipatahkan.

Para penguasa Mongol memilih Jeju sebagai pangkalan untuk menyerbu ke Jepang. Di pulau ini mereka menternakkan kuda, membuat kapal perang dan mendirikan kuil Buddha bernama Beobhwasa. 

Pada periode Dinasti Joseon (1392-1910), kaum penguasa memandang Jeju sebagai daerah perbatasan. 

Rakyat di daratan utama umumnya menganggap Jeju sebagai tempat asing di mana narapidana dibuang atau diasingkan. Pada abad ke-17, Raja Injo bahkan membuat peraturan bahwa rakyat Jeju dilarang pergi ke daratan utama. 

Peraturan ini bertahan hampir 200 tahun sampai dihapuskannya pada abad ke-19. Akibatnya, rakyat Jeju sangat terisolasi dari dunia luar.

Pada saat penjajahan Jepang, rakyat Jeju menderita kelaparan dan kemiskinan. Banyak di antara mereka pindah ke Osaka pada tahun 1923. Selama periode penjajahan, warga Jeju berpartisipasi dalam perlawanan terhadap kolonialisme. 

Perlawanan terbesar terjadi antara tahun 1931-1932 di desa-desa nelayan di Kecamatan Gujwa dan Seongsan oleh para penyelam wanita (haenyeo). Pergerakan ini adalah perlawanan terbesar yang pernah dilakukan oleh wanita di Korea. 

Namun gerakan ini tidak menemui hasil. Setelah penjajahan berakhir, Pulau Jeju berada di bawah pengawasan militer Amerika Serikat. Pada peringatan Pergerakan 1 Maret 1919 tahun 1947, terjadi insiden berdarah yang disebabkan oleh penembakan polisi. 

Warga Jeju merespon insiden itu dengan mengadakan demonstrasi besar-besaran namun diredam oleh militer Amerika Serikat dengan penangkapan dan pembantaian.

Insiden ini memicu resistensi warga Jeju, terutama dari kaum pemuda yang mulai memberontak dan membangun pertahanan di kaki Gunung Halla. Kelompok ini menolak pembentukan Republik Korea yang dijadwalkan tanggal 10 Mei 1948. 

Pada tanggal 3 April 1948 mereka menyerang 11 pos polisi di seluruh pulau. Peristiwa ini menandai dimulainya Insiden Tiga April di Pulau Jeju. Setelah penyerangan tersebut, militer Amerika Serikat turun tangan dibantu tentara nasional dalam upaya pembersihan terhadap para pemberontak yang dianggap sebagai simpatisan komunis dengan cara membakar desa-desa di kawasan pegunungan. 

Upaya pembersihan berlanjut menjadi genosida mulai bulan Agustus 1948 sampai tahun 1949 yang membunuh ribuan orang.


16 Objek wisata Populer di Pulau Jeju

1. Seongsan Ilchulbong atau Puncak Matahari Terbit adalah kawah gunung berapi yang memiliki luas 99.000 m² dan tinggi 182 m di sebelah timur Jeju.


2. Mokseokwon ("Taman Batu dan Kayu"), terletak 4 km di selatan Kota Jeju adalah taman yang memiliki kumpulan batu-batuan berbentuk unik dan akar-akar pohon tua yang sudah mati. Karena keunikannya, taman ini dijadikan sebagai monumen regional Jeju nomor 25.


3. Halla Arboretum (Kebon Raya Halla), tempat pelestarian sebanyak 506 jenis pohon, 90 spesies herbal. Terletak di sebelah barat Puncak Namjosun, selatan Kota Jeju.

4. Manjanggul (Gua Manjang), gua yang terbentuk dari aktivitas gunung berapi. Terletak di Desa Donggimnyeong, Kecamatan Gujwa, Kabupaten Jeju Utara, 30 km timur Kota Jeju. Dikenal akan stalaktit-stalaktit sepanjang 70 cm dan batu-batu dari lahar yang sudah membeku.


5. Kebon Raya Yeomiji, kebon raya terluas di Asia (12.210 m²). Mengkoleksi berbagai jenis tanaman anggrek tropis, dilengkapi dengan observatorium, institut ekologi. Di luarnya terdapat replika taman-taman terkenal.

6. Gelanggang Pacuan Kuda Jeju, didirikan oleh Asosiasi Pacuan Kuda Korea untuk mengembangkan olahraga berkuda di Jeju. Pacuan kuda diadakan seminggu sekali tiap hari Sabtu di tempat ini.

7. Gunung Sanbang (Sanbang-san), terletak di Kabupaten Jeju Selatan

8. Institut Seni Bonsai (Bunjae Artpia), terletak di Desa Jeoji, Kec. Hangyeong, Kab. Jeju Utara. Didirikan tahun 1992, adalah tempat pemeliharaan bonsai khas Korea.

9. Air Terjun Cheonjeyeon, terletak sebelah barat kota Seogwipo, Kab. Jeju Selatan. Terdiri dari tiga tingkat. Dilengkapi jembatan dan paviliun.

10. Air Terjun Jeongbang, terletak 1,5 km di tenggara kota Seogwipo, salah satu dari 3 air terjun utama di Jeju. Air terjun Jeongbang langsung bermuara ke laut dan dianggap sebagai salah satu tempat yang pernah dikunjungi oleh Seo Bok (Xu Fu;徐福), utusan Kaisar Qin Shi Huang (berkuasa 259 SM-210 SM) dalam perjalanan mencari obat panjang umur. Di dinding dekat air terjun terdapat ukiran yang bertuliskan "徐市過此" ("Seobul gwa cha") yang menandakan kunjungan Seobul.

11. Oedolgae atau "Batu Kesepian" adalah batu karang setinggi 20 meter yang menonjol di pantai selatan kota Seogwipo.

12. Taman Hallim, di dalamnya termasuk Gua Hyeopjae dan Ssangyong. Taman Hallim dilengkapi dengan kebon raya dan fasilitas rekreasi.

13. Yongduam, bermakna "Batu Kepala Naga", dikarenakan bentuknya mirip kepala naga yang muncul dari air laut. Terletak di wilayah Kota Jeju.

14. Kawah Sangumburi, salah satu dari tiga kawah utama di Jeju. Kawasan yang menjadi tempat konservasi flora, sebanyak 420 jenis spesies tanaman iklim subtropis, sedang dan alpen.

15. Chisatgae, kumpulan bebatuan yang membentuk persegi panjang di sepanjang pantai di Desa Daepo, antara Seogwipo dan Jungmun.

16. Kampung Seongeup, kampung tradisional yang mempertahankan gaya hidup khas rakyat Jeju. Terletak sebelah barat daya Seongsan, Jeju bagian timur.

Kuliner di Pulau Jeju
Kuliner rakyat Jeju sangat berbeda dengan yang ada di daratan utama. Mereka banyak bekerja sebagai nelayan sehingga bahan makanannya kebanyakan adalah hasil dari laut. 

Orang Jeju gemar mengkonsumsi makanan segar seperti ikan mentah. Hasil utama lain adalah rumput laut, abalon dan buah-buahan. Salah satu masakan Jeju yang paling terkenal adalah Jeonbokjuk, bubur abalon.


Demikian tadi sobat Campusnesia, postingan kita kali ini tentang Info Seputar Pulau Jeju Latar Drama Korea Our Blues, Destinasi Wisata dan Kuliner Khasnya. Semoga bermanfaat.


===
Baca Juga:




Upcoming search pulau jeju angker, fakta menarik tentang pulau jeju, why jeju island is famous, pulau di korea, pantai jeju, jeju province, jeju-do, jeju earthquake.