Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya peradaban. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri griya peradaban. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Kupas Tuntas Leadership bersama Atin dan Ibnu dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0

 
 
Campusnesia.co.id - Griya Peradaban kembali menyelenggarakan sesi kedua Kuliah Alternatif II pada Sabtu (17/7/2021) yang tak kalah meriah dari sesi pertama. Meskipun acara ini dilaksanakan secara daring, hal tersebut tidak menyurutkan semangat peserta kuliah alternatif dalam mengikuti diskusi.

Acara yang dipandu oleh Khaerunnisa selaku Aktivis Griya Peradaban ini dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh Bendahara Aktivis Griya Peradaban yaitu Putri Rizkiyatul Windiyarti. Ia mengatakan bahwa dengan diadakannya Kuliah Alternatif II ini diharapkan mampu menjadi ajang bagi peserta kuliah alternatif untuk tetap produktif.

“Saya harap, adanya pandemi dan hari weekend, bukanlah suatu alasan bagi kita untuk tidak produktif” tutur Putri.

Diskusi yang bertemakan ‘Leadership’ ini kemudian berlanjut pada materi pertama yang disampaikan oleh Atin Anggraeeni Surono yang juga berperan sebagai mentor di Griya Peradaban. Wanita yang pernah menjadi Duta GenRe Kota Semarang 2019 ini mengawali diskusinya dengan membahas tentang konsep leadership yang ideal di masa krisis.

Ia menyampaikan bahwa leadership adalah suatu Seni dan Proses. Seni disini diartikan sebagai suatu keindahan yang subjektif. Artinya, seni memimpin antara satu orang dengan orang yang lain pasti memiliki perbedaan dan perbedaan tersebut merupakan suatu keindahan.

“Tidak bisa kita samakan antara baik buruknya kepemimpinan yang dimiliki satu orang dengan orang lain, karena itu adalah suatu seni” ujar Atin.

Sedangkan proses menurutnya adalah suatu tindakan dimana seorang leader mampu mempengaruhi, mengatur, dan mengkoordinir anggotanya dengan baik.

Wanita yang juga kaya akan sejuta pengalaman ini kemudian melanjutkan diskusinya tentang  pendekatan apa yang digunakan dalam memimpin. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam memimpin, diantaranya adalah Heart Leadership (memimpin dengan hati), Mind Lidership (memimpin dengan logika), dan Hand Leadership (memimpin dengan tangan).

“Disaat krisis seperti saat ini, pendekatan dalam memimpin perlu disempurnakan dengan menyeimbangkan tiga pendekatan tersebut” ujar Atin. 

Tak kalah luar biasa, Ibnu Fikri Ghozali selaku pemateri kedua juga menyampaikan materi yang tak kalah menarik dari pemateri pertama. Pria yang pernah nyantri di Gontor Jawa Timur ini lebih membahas tentang teori-teori tentang kepemimpinan.  

Ia menyampaikan bahwa setidaknya terdapat empat teori yang membahas tentang kepemimpinan. Pertama, Great Man Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa jiwa kepemimpinan seseorang terbentuk atas dasar keturunan, bukan proses. 
 
Kedua, Big-Bang Theories yaitu suatu teori kepemimpinan yang mengatakan bahwa peristiwa besar mampu membentuk diri seseorang menjadi pemimpin. 
 
Ketiga, Trait Theories yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa keefektifan seorang pemimpin dilihat dari perangai yang ia miliki. 
 
Keempat, Teori Kepemimpinan Situasional yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
 
Pria kelahiran Pemalang ini juga menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi, memimpin, dan mengajak anggotanya.

Pada akhir sesi, Atin Anggraeni selaku pemateri pertama menyampaikan bahwa dalam kepemimpinan, antara pikiran dan hati harus seimbang.

“Yang benar menurut kita, belum tentu baik menurut hati” kata Atin.
 
 
Penulis: Feby Alfiana
 

Belajar Pentingnya Literasi bersama Annas Rolli M (Duta Santri Nasional 2016) dan Wildani Hefni (Santri Produktif Kemenag tahun 2012) di Perkuliahan Alternatif Griya Peradaban

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang – Dalam rangka menumbuhkan semangat literasi, perkumpulan griya peradaban mengadakan perkuliahan alternatif sesi ke tujuh pada Sabtu (27/02). Sesi ini menghadirkan dua santri penulis, yaitu Annas Rolli M (Duta Santri Nasional 2016) dan Wildani Hefni (Santri Produktif Kemenag tahun 2012).

Pada kesempatan ini, Annas Rolli M mengutarakan pentingnya literasi bagi pemuda. “Pada tahun 2045, kita akan mengalami bonus demografi, dimana usia produktif yang memiliki peran, oleh karena itu, literasi dan menulis adalah salah satu yang bisa dilakukan”, tegasnya.

Kemudian ia juga menerangkan tentang struktur dan ciri-ciri karya tulis ilmiah. “Ciri karya tulis ilmiah yaitu orisinal, plagiasi akan menjadi musuh kita, sehingga harus dihindari. " Sambung Santri muda tersebut.


Annas menjelaskan, dalam penulisan KTI, terdapat lima langkah yang harus dilakukan. Pertama mencari rumusan masalah, yang dapat diperoleh dengan memperbanyak membaca dan diskusi. Kedua, memposisikan karya yang dibuat, dengan mencari jurnal atau referensi kemudian dicari titik perbedaannya. Ketiga, mengumpulkan referensi. Keempat, menuliskannya serta kelima, melakukan konsultasi.

Ia mendorong para peserta agar membiasakan tradisi menulis dengan mengutip sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. “Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tak menulis, ia kan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah."

Tak kurang menarik, pemateri kedua, Wildani Hefni, mengemukakan tentang literasi dan keadaban publik. Ia menjelaskan bahwa literasi diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan kecakapan hidup. “Kemampuan membaca tidak cukup sebagai modal kehidupan, tetapi dibutuhkan literasi kecerdasan." Ujarnya.

Kemudian, ia menyampaikan upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai literasi kecerdasan, yaitu adanya perangkat ethical literacy (keadaaban literasi), yang dilakukan melalu lisan yang ramah dan toleran, pencerahan intelektual yang kritis dan pencapaian kecerdasan kemanusian.

Perkuliahan yang dipandu oleh Khaerunnisa (Aktivis Griya Peradaban), berjalan dengan lancar. Peserta antusias mengikuti perkuliahan sampai akhir. Ma’as Shobirin (Founder Griya Peradaban) yang mendampingi jalannya perkuliahan. (Mega)

Baca Juga:

Sesi Terakhir Kuliah Alternatif V Griya Peradaban Angkat Tema Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban selenggarakan Kuliah Alternatif Angkatan V sesi kelima pada Sabtu (4/2/2022). Kegiatan tersebut diikuti oleh 45 peserta kuliah alternatif dan alumni. 

Layaknya kuliah alternatif sebelumnya, kuliah alternatif kali ini juga memiliki antusiasme yang tinggi dari para peserta. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya peserta yang menghidupkan kamera saat jalannya diskusi serta saat waktu perkuliahan dimulai dan aktif bertanya saat sesi perkuliahan akan ditutup

Pegiat Griya Peradaban, Naila Rahmatika menyambut sesi perkuliahan ini dengan penuh semangat. Beliau menyambut para peserta perkuliahan dengan salam lintas agama, kemudian beliau juga menyampaikan Terimakasih banyak terhadap narasumber dan peserta kuliah alternatif. "Baik Assalamualaikum wr. wb. Shalom Om Swatyastu Namo Budaya Salam Kebajikan Salam Sejahtera untuk kita semua” Ucapnya.

Sesi 5 Kuliah Alternatif V mengangkat tema Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis. Tema tersebut tentu saja berangkat dari permasalahan perlunya ruang aktualisasi untuk menguatkan jiwa jiwa entepreneurship di kalangan anak muda.

Acara yang digelar melalui platform Zoom Meetings ini menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa, diantaranya adalah Nurul Khasanah (Mentor Griya Peradaban, Sarjana Hubungan Internasional Unwahas) dan Galih Wicaksono (Owner Bhanda Kopi, Sarjana FEB Unika Soegijapranata). 

Owner Bhanda Kopi, Galih Wicaksono menyampaikan tentang bagaimana cara memanajemen bisnis agar bisa berkelanjutan dihadapan waktu yang kian berjalan. Beliau menyimpulkan bahwa metode untuk bertahan dengan alokasi waktu yang berkelanjutan adalah dengan metode POLC atau dengan kepanjangan Planning Organizing Leading dan Controlling. 

"Dalam etikanya kita berbisnis itu sudah ada planning, maka bisa ditata dari segi manapun baik human resources, finansial maupun alokasi tempat yang akan menjadi pusat bisnis yang kemudian berlanjut ditahap organizing leading dan controlling secara bertahap dan berkelanjutan" ucapnya.

Tidak kalah menarik dengan narasumber pertama, Mentor Griya Peradaban, Nurul Khasanah selaku narasumber kedua menyampaikan terkait Ruang Aktualisasi dalam berwirausaha. Beliau ini menyatakan bahwa wirausaha itu berbeda dengan entepreneurship. menurutnya Pengusaha adalah Orang yang memiliki bisnis dalam skala besar maupun kecil tetapi tidak semua pengusaha memiliki jiwa entepreneurship. 

Sedangkan Entepreneur adalah seseorang yang pasti mempunyai jiwa pengusahandimana dapat memanfaatkan peluang yang ada. Menurutnya dalam membangun jiwa mandiri berwirausaha itu harus memiliki syarat penting diantaranya niat keyakinan, tanggap, belajar, modal, focus, dan kemampuan promosi.

Pada akhir sesi, Nurul Khasanah juga memberikan sebuah motto bahwasannya dalam menghadapi tantangannya ke depannya kita harus bersikap mandiri dan jangan lupa untuk berdoa .

"Salah satu cara menumbuhkan motivasi adalah wirausaha dengan selalu belajar mandiri dan ikhtiar disertai doa di setiap Langkah yang diambilnya." ucapnya dalam bahasa Indonesia.



Penulis
Muhammad Ridho

Awali Kuliah Alternatif Griya Peradaban Ke-VII Tahun 2024 Angkat Tema Future Leadership

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VII sesi 1. Acara ini digelar pada hari Sabtu (6/1/24).

Kuliah alternatif pada sesi 1 ini dilakukan melalui Google meet berbeda dari kuliah alternatif sebelumnya yang menggunakan zoom meeting. Hal ini di karenakan ada trouble menjelang pelaksanaan. 

Pada sesi ke-1 ini, pegiat Griya Peradaban menyantumkan tema Future Leadership bagi peserta Kuliah Alternatif agar lebih mengenal kepemimpinan di masa depan. Dengan sapaan dan senyuman hangat dari host Maulaya Zulfa, maka kuliah alternatif dimulai pada pukul 09.30. Kemudian disampaikan langsung oleh Ricza Irhami sebagai pemateri pertama. 

“Kepemimpinan Adaptif, pemimpin yang baik adalah yang dapat menjaga loyalitasnya dan loyalitas anak buahnya. Tantangan mendasar yang menjadikan perlu adanya penyiapan kepemimpinan baru diantaranya adanya dampak kepemimpinan toxic, konsekuensi turnover, dan budaya negatif dalam sebuah organisasi. Penyebab pentingnya neuroleadership dalam membangun keterampilan kepemimpinan pada Gen Z” jelas pemateri, Ricza Irhami. 

Penjelasan terkait pentingnya Generasi Z dalam kepemimpinan, "Generasi Z harus memperhatikan keahlian dalam bidang  kepemimpinan dikarenakan sebagai agen perubahan masa depan. Future leadership menawarkan kesempatan untuk para pemuda agar dapat mengolah dirinya dalam bidang kepemimpinan dan menumbuhkan pemimpin yang berkualitas. Disini membuktikan pentingnya dukungan dan kebijakan pemimpin agar dapat mempertahankan keberlangsungan sebuah organisasi atau sebuah perusahaan.”

Kemudian dilanjutkan oleh pemateri kedua oleh Luqyana mengenai bagaimana sustainable leadership dapat mengurangi dampak krisis lingkungan. Mengutip sedikit apa yang disampaikan pemateri agar dapat mencegah krisis lingkungan kita harus memperhatikan kepemimpinan berkelanjutan, yang memiliki tiga prinsip yaitu mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi organisasi, mengembangkan visi dan nilai nilai keberlanjutan, serta mendorong inovasi dan adaptasi berkelanjutan. 

Di akhir acara, usai pemaparan materi tak lupa ada sambutan dari Bapak Ma'as Sobirin selaku founder Griya Peradaban. Kemudian ditutup dengan tanya jawab dan juga foto bersama dengan 68 peserta. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. 
“ Orang yang dapat memimpin dirinya sendiri maka ia dapat memimpin orang lain.”
(Kamal/Griya Peradaban)

Belajar Membaca Peluang Usaha Anak Muda di Era Digital dan Pandemi dalam Kuliah Alternatif Griya Peradaban

0
 

 
 
Campusnesia.co.id - Dunia memang selalu memaksa kita untuk terus bergerak maju dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini menandakan bahwa kita dituntut untuk mampu bertahan, tanpa melihat seberapa jauh kemampuan kita dalam menghadapi dunia tersebut.   

Era digital dan Pandemi Covid-19 menjadi tantangan nyata yang kita hadapi saat ini, hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari adanya perubahan yang signifikan pada beberapa sektor kehidupan seperti pendidikan, budaya, politik, atau bahkan ekonomi.

Dalam menyikapi problematika tersebut, Griya Peradaban mencoba memberikan ruang kepada anak muda untuk mampu adaptif dalam menghadapi era tersebut melaui diskusi kewirausahaan yang membahas tentang peluang usaha anak muda di era digital dan pandemi.

Diskusi yang dilaksanakan pada Sabtu (14/8/2021) ini mendatangkan dua pemateri yang sangat luar biasa, yaitu Nurul Khasanah (Duta Santripreneurship) dan Vania Indi Dhea (Mentor Griya Peradaban).

Diskusi yang dimoderatori oleh salah satu Alumni Kuliah Alternatif, Syaichu Zakaria ini dimulai dengan mengangkat topik yang berkaitan dengan cara bagaimana anak muda mampu membaca peluang usaha di era digital dan pandemi. 

Diskusi pertama pada sesi keenam ini dibawakan oleh Nurul Khasanah selaku Duta Santripreneurship sekaligus mentor Griya Peradaban. Pada awal diskusi, ia menyampaikan tekait perlunya perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausahaan.

“Kewirausahaan bukan sebuah pekerjaan, melainkan sebuag usaha atau cara seseorang untuk terus berpikir mandiri dan terus menerus” kata Nurul.

Ia juga menambahkan bahwa perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausaan mampu memberikan dampak yang signifikan bagi semangat manusia itu sendiri dalam berwirausaha. 

Perempuan yang juga merupakan Crew Dedikasi Fotografi ini kemudian menyampaikan terkait persentase seseorang dalam menjadi entrepreneur. Ia mengatakan bahwa 15% seseorang menjadi entrepreneur disebabkan garis keturunan, 25% karena keterpaksaaan, dan 60% karena adanya keyakinan dan kemauan yang dimiliki orang tersebut.

Kemudian, perempuan dengan segudang prestasi ini menjelaskan terkait alternatif bisnis yang bisa dilakukan di era pandemi dan digital. Alternatif bisnis yang bisa dilakukan, diantaranya adalah kuliner unik, jasa pengiriman barang, e-payment, dan e-Commerce. Sedangkan untuk alternatif bisnis di era digital diantaranya adalah bisnis dropship, penyewaan perlengkapan multimedia, dan pembuatan website. 

Pada akhir sesi, perempuan yang juga pernah menjadi Duta Pelajar Putri Kendal ini menyampaikan terkait kiat-kiat dalam memulai bisnis ala anak muda. Dua diantara kiat-kiat tersebut adalah percaya pada kemampuan diri sendiri dan berani untuk mengambil tawaran serta risiko.

“Kita harus menanamkan dalam benak kita bahwa kita bisa, kita juga harus buktikan bahwa tawaran dan risiko yang kita hadapi adalah bentuk awal kita dalam melangkah” kata Nurul.

Diskusi berlanjut pada materi kedua yang dibawakan oleh Vania Indy Dhea. Matei kedua ini sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua ini lebih menekankan pada Enterpreneural Thinking atau hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha.

Perempuan yang pernah menjadi Juara Duta Wisata Kabupaten Kendal ini memulai diskusinya dengan mengenalkan konsep entepreneurship dan bagaimana seorang entrepreneur dapat memiliki jiwa kewirausaan dalam dirinya. Menurutnya, mental usaha dapat terbentuk melalui empat hal, yaitu belajar, berlatih, bertindak, dan sukses berkelanjutan.
 
Pada akhir sesi, perempuan yang juga merupakan Mentor Griya Peradaban ini menyampaikan bahwa mimpi saja tidak cukup untuk menjadi seorang pengusaha, tapi juga dibutuhkan tindakan nyata dalam mewujudkan hal tersebut. “Pengusaha sejati adalah pelaku, bukan pemimpi” ujar Vania.
 
 
Penulis: Alfiana F
Memaksimalkan Creative Literacy sebagai Gerakan dalam Menggali Ide Kreatif

Memaksimalkan Creative Literacy sebagai Gerakan dalam Menggali Ide Kreatif

0
 


Campusnesia.co.id Literasi biasanya selalu disangkut pautkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Padahal, apabila dipahami lebih dalam, literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. 

Permasalahannya saat ini adalah Indonesia memiliki indeks literasi yang relatif rendah. Menurut Program for International Student Assessment (PISA), pada 2019 Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara yang disurvei oleh PISA. Dengan kata lain, Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam 10 negara dengan indeks literasi terendah.
Sebagai salah satu bentuk meningkatkan indeks prestasi di Indonesia. Griya Peradaban kembali melanjutkan serial diskusinya dalam Kuliah Alternatif 3. Dalam Seri keempat tersebut, Griya Peradaban mengangkat topik tentang Creative Literacy. 

Griya Peradaban pun menghadirkan dua narasumber yang concern dalam topik tersebut. Kedua narasumber tersebut adalah Nadea Lathifah (Duta Internasional Griya Peradaban) dan Amrizarois Ismail (Direktur Griya Riset Indonesia). 

Diskusi yang diselenggarakan pada Sabtu (29/1/2022) dihadiri oleh 50 peserta kuliah alternatif. 

Nadea Lathifah selaku pembicara pertama menyampaikan bahwa literasi seharusnya tidak dimaknasi dengan kemampuan membaca dan menulis saja, melainkan juga dengan kemampuan dalam menganalisis sesuatu.

"Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan tentang kompetensi nalar dalam memacahkan memahami suatu fenomena dan kemudian diadopsi menjadi bentuk pemecahan masalah," ujar Nadea.


Sedikit berbeda dengan pembicara pertama, Amrizaroiz selaku pembicara kedua lebih menekankan bagaimana cara menulis berbagai maca karya tulis dan bagaimana cara mempublikasikannya. 

Pada akhir sesi, pria kelahiran Demak ini mengatakan tentang pentingnya tulisan dalam mengubah dunia."Salah satu jalan mengubah peradaban adalah dengan tulisan," ujarnya.



Penulis:
Feby Alfiana 

Belajar Pentingnya Develop Personality dalam Kuliah Alternatif 2 Griya Peradaban

0
 

 
Campusnesia.co.id - Sukses dengan angkatan pertama, Perkumpulan Generasi Muda Griya Peradaban gelar Kuliah Alternatif 2 yang diselenggarakan pada hari Sabtu (10/7/2021). 
 
Sesi pertama ini diikuti oleh 72 peserta dan menjadi acara yang luar biasa, narasumber yang hadir yaitu Marini Sayuti yang berprofesi sebagai wartawan dan Nur Widiyanto CEO dan Founder Griya Riset Indonesia.

Acara yang dimoderatori oleh Khabib Mustofa ini diawali dengan pembukaan yang dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan langsung oleh Founder Griya Peradaban, Ma’as Shobirin. 

“Saya harap, teman-teman peserta Kuliah Alternatif 2 ini mampu menjadi pintu awal dan berkolaborasi di masa depan” ujar Ma’as.

Beliau juga berharap bahwa ilmu yang didapat dari Kuliah Alternatif 2 ini mampu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Pemateri pertama, Marini Sayuti yang membahas tentang Etika Penampilan dan Profesi. Ia menjelaskan tentang bagaimana penampilan dan gestur tubuh dapat mempengaruhi lawan bicara saat berdialog. 
 


“Dalam berdialog, kita harus mampu menempatkan diri kita dalam situasi dan kondisi apapun serta mampu merespon lawan bicara kita,” kata Marini. 
 
Ia juga menjelaskan tentang Improve Physical Appearance yaitu suatu kondisi dimana apa yang kita lihat pertama kali terhadap sesuatu, mampu memberikan stigma pada sesuatu tersebut. 

Wanita yang pernah menjadi reporter Trans 7 tersebut kemudian menjelaskan terkait Facial Expression dan Make Up and Style. Menurutnya, make up yang sesuai dibarengi rona wajah yang gembira mampu meningkatkan rasa percaya diri kita dalam berdialog.

Tak kalah menarik, pemateri kedua, Nur Widiyanto, menjelaskan materi yang arahnya masih sama dengan pemateri pertama, yaitu tentang Developt Personality. Ia lebih menekankan pada rencana pengembangan diri dan bagaimana manusia mampu menentukan prioritas dari tujuan yang dimilikinya.
 


Setidaknya terdapat empat submateri yang ia sampaikan, yaitu tentang menyusun target, prioritas, rencana pengembangan diri, dan best week. Keempat submateri tersebut secara tidak langsung mengarah pada bagaimana manusia mampu menentukan tujuan yang jelas dalam hidupnya.

“Tujuan yang jelas, mampu membawa kita untuk terus melangkah dan melangkah” ujar Widiyanto. Ia juga menambahkan bahwa  dalam membuat tujuan, jangan menggunakan prinsip being (menjadi) tetapi menggunakan doing (membuat).

Pada akhir sesi, pria yang saat ini berprofesi sebagai dosen di Universitas Wahid Hasyim ini memberikan pekerjaan rumah kepada peserta Kuliah Alternatif 2 untuk menulis prioritas dan tujuan apa saja yang ada dalam hidup mereka. Ia berharap, dengan menuliskan tujuan dan prioritas yang kita miliki, mampu mewujudkan tujuan tersebut dengan terstruktur dan sistematis.
 
 
Penulis:
Feby Alfiana
 
Baca artikel dan liputan menarik lainnya seputar Perkumpulan Generasi Muda Griya Peradaban di sini.

Griya Peradaban Undang Seorang Pendidik Oxford Bahas Tema Pentingnya Nilai Religi untuk Hadapi Era Disrupsi

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban mengadakan ngobrol sore menjelang buka puasa di Bulan Ramadhan pada Sabtu (15/04). Kegiatan ini merupakan kedua kalinya Griya Peradaban mengadakan ngobrol sore di Bulan Suci Ramadhan. 

Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini dilakukan secara live instagram @griyaperadaban.id. Tema yang dipilih dalam acara sore ini yaitu "Hidupkan Nilai Religi, Siap Hadapi Era Disrupsi". Disrupsi sendiri dapat dikatakan sebagai suatu fenomena ketika terjadi perubahan besar yang mengubah suatu tatanan.  

Ditemani oleh host dari pegiat griya peradaban yakni Irma Noviana, acara ngobrol sore ini mengundang narasumber yang hari ini sedang berada di Oxford. Beliau adalah Irfan L. Sarhindi. Beliau merupakan Probationer Research Student (PRS) di Departemen Pendidikan, Universitas Oxford

Sesuai dengan bidang penelitiannya yaitu persilangan antara pedidikan islam, pendidikan digital, dan identitas, narasumber kali ini menjelaskan mengenai bagaimana keberagaman di era disrupsi sekarang ini. 

Salah satunya yaitu maraknya tren religi yang mencover dirinya terlihat religius. Sehingga sulit dibedakan antara yang benar benar mengamalkan nilai nilai religius yang sesungguhnya dan yang tidak mengamalkannya. 

Di era disrupsi ini, narasumber menjelaskan beberapa cara menegakkan sifat religius sebagai seorang pemuda. Pertama, dengan menginternalisasi nilai agama dalam keberagaman itu sendiri. Kedua, pentingnya etika belajar, ilmu, dan orang yang berilmu. Selain itu, dijelaskan juga bahwa jangan sampai terjebak dengan ilmu ilmu yang sumbernya belum terkredibel. 

Acara yang berlangsung selama 45 menit ini diakhiri dengan closing statement dari narasumber "Disrupsi itu sesuatu hal yang yang tidak bisa dipungkiri atau ditolak untuk terjadi. Kita tidak tau juga seberapa besar pengaruhnya. Nilai keberagaman dapat dijadikan sebagai pegangan kita untuk bisa survive", jelas Irfan L. Sarhindi selaku narasumber ngobrol sore ini. 




Penulis:
Zahro


===
Baca juga:

Pegiat Griya Peradaban, Khoirul Adib Cicipi Kuliah 6 Bulan Di Amerika Serikat

0
 


Campusnesia.co.id - Khoirul Adib, Saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa semester 5 pada Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dan aktif sebagai koordinator tim program pada Perkumpulan Griya Peradaban. Adib ini kuliah di jurusan Teknologi Informasi yang lolos seleksi MOSMA Kemenag dan dapat beasiswa kuliah di Amerika.

MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri selama 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.

Khoirul Adib, anak muda asal Tuban yang dipenuhi prestasi gemilang. Puluhan gelar ia dapatkan bersama timnya, baik di level nasional maupun internasional. Tiap harinya, Adib sebagai marbot masjid di wilayah kampusnya serta mengajari anak-anak mengaji usai jama’ah shalat maghrib. 

Setiap kebaikan yang ditanam, tentu akan bertumbuh kebaikan lainnya. Takdir baik pun menghampiri, melalui program MOSMA. MOSMA menjadi bagian dari implementasi program Beasiswa Indonesia Bangkit. Adib merasa ini menjadi peluang baginya untuk merengkuh asa. Semua proses dilengkapi untuk memastikan dia bisa mendaftar.

"Saya tertarik untuk mempelajari dan mendaftar. Lika-liku perjalanannya saya lalui untuk bisa ikut mendaftar program tersebut," kata Adib.

"Ini bukan semata tentang mimpi saya, tapi juga harapan orang tua," sambungnya.

Pendaftaran MOSMA dibuka dari 15 Juni - 5 Juli 2023. Total ada 451 pendaftar, memacu Khoirul untuk bersiap menyongsong persaingan. Dari hasil seleksi administrasi, terpilih 192 peserta yang masuk tahap seleksi. Dan, nama Khoirul Adib tercantum dalam pengumumannya. Adib tergabung dalam kelompok S1 beserta 106 peserta lainnya. Ada 78 peserta untuk jenjang S2, dan 7 mahasiswa untuk jenjang S3. 

Jelasnya, ini merupakan hadiah yang akan dipersembahkan untuk ibunda tercinta yang  beberap waktu lalu telah menghadap keharibaan Allah Swt. Adib terpaksa tidak bisa menyaksikan pemakaman ibunda tercinta karena posisinya masih mengikuti lomba dan meraih juara dua di korea Selatan. 

"Namun saya tetap kuat dan harus meneruskan perjuangan ibu, agar bisa menjadi orang bermanfaat untuk semua orang," tekadnya.

Adib mengenang, bahwa dia sebenarnya juga mendapat tawaran untuk diterima kuliah satu semester di Columbia University, salah satu Ivy League Universities di Amerika Serikat (salah satu universitas top di AS). Tapi tidak sempat menindaklanjuti pendaftaran, karena sampai penutupan, dia harus merawat ibunya yang sakit keras kala itu.

"Batal masuk Columbia University, saya alhamdulillah diterima di Rochester Institute of Technology, salah satu universitas bergengsi juga di AS," ucapnya penuh syukur.

Pendiri perkumpulan griya peradaban, Ma’as Shobirin sangat bahagia mendengar kabar salah satu pegiatnya memperoleh beasiswa di Amerika. 

"Rasa bahagia tentu saya rasakan. Adib saya amanahi sebagai koordinator tim program di perkumpulan griya peradaban beberapa bulan lalu. Semoga Adib akan terus memperoleh kebaikan berikutnya melalui program ini,” tegasnya.




Penulis
Alfiana

Pekan Kedua Kuliah Alternatif IV, Griya Peradaban Usung Tema Spiritual and Emotional Intelligence

0
 


Campusnesia.co.idSabtu (9/7/2022) Griya Peradaban kembali menggelar diskusi Kuliah Alternatif IV melalui platform Zoom Meeting dengan mengusung tema “Spiritual and Emotional Intelligence”. Tema yang sangat menarik ini bukan tanpa alasan untuk diusung karena keterkaitan antara kedua komponen tersebut sangat penting untuk diketahui bagi setiap individu. 

Di awal forum, Feby Alfiana selaku salah satu  Pegiat Griya Peradaban menyampaikan bahwa Kuliah Alternatif merupakan Langkah awal atau wadah untuk kita mempersiapkan diri berkiprah untuk masyarakat. . 

“Perlu kita ketahui bahwa adanya Kuliah Alternatif itu merupakan suatu bentuk wadah bagi generasi muda Indonesia untuk mengaktualisasikan dirinya dalam berkontribusi untuk masyarakat,” ungkapnya.

Diskusi sesi kedua tersebut menghadirkan dua narasumber yang sangat luar biasa yaitu Millatun Miskiyyah dan Alivia Nadatul ‘Aisyi selaku mentor Griya Peradaban.

Narasumber I pada forum tersebut, menyampaikan tentang seberapa penting spiritual intelligence. Ia juga menjelaskan tentang indikator, perjalanan dalam membangun spiritual intelligence, dan bagaimana cara meningkatkan spiritual intelligence. 

“Dengan bekal kecerdasan spiritual yang tinggi, itu akan mampu membuat kita menjadi pribadi yang ikhlas dalam menerima dan menjalani apa yang terjadi dalam hidup kita,” Millatun Miskiyyah. 

Selain itu, Alivia Nadatul ‘Aisyi sebagai narasumber II menyampaikan terkait dengan Emotional Intellegence terkhusus dalam ranah sosial. Menurutnya, dengan memiliki kecerdasan emosional, manusia akan mampu mengelola, membangun dan mengontrol emosinya sendiri.

Selain itu, ia juga megajarkan cara melatih mengelola emosi dengan metode stop untuk  diimplementasikan dalam diri kita masing-masing. Sebagai penutup, ia menjelaskan bahwa emosional yang tinggi harus diimbangi dengan kecerdasan spiritual yang tinggi pula. 


Penulis: Ice Ulya Sari
Editor: Alfiana F

Masuk Sesi 2 Kuliah Alternatif Ke-VII, Griya Peradaban Angkat Tema Literasi Digital

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VII sesi 2. Acara ini digelar pada hari Sabtu (13/1/24).

Sesi ke 2 Kuliah Alternatif ini melalui zoom meeting. Adapun tema yang diambil yaitu mengenai literasi digital dengan diawali sambutan oleh Dian Kurnia Sari selaku perwakilan pegiat Griya Peradaban.

Kegiatan yang dimulai pada pukul 09.30 ini disampaikan langsung oleh Khoirul Anwar sebagai pemateri pertama. Tak lupa kegiatan ini juga dipimpin oleh Dina Lorenza selaku Host.

“Apa sih cyberbullying?  Yaitu penindasan atau perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi dimedia sosial, platform pengiriman pesan, platform game, maupun telepon seluler. Tindakan seperti ini dilakukan berulang kali yang bertujuan untuk menakut-nakuti, membuat marah, atau mempermalukan orang yang menjadi korban." Jelas pemateri, Khoirul Anwar. 

"GenZ sekarang ini, sedang terjangkit krisis moral yang mengakibatkan maraknya cyberbullying. Hal ini disebabkan karena minimnya pemahaman akan dampak negatif yang ditimbulkan dari aktifitas itu dimana seharusnya media sosial menjadi ajang silaturahmi dan menjaling hubungan baik dengan orang lain, malah menjadi sarana mengolok-olok dan menjatuhkan martabat orang lain. Bahkan saking tinggi nya kasus cyberbullying di Indonesia, sampai menobatkan Indonesia sebagai negara dengan kesopanan dunia maya terendah di Asia Tenggara. Maka dari itu harus menjadi perhatian bagi kita semua kalangan GenZ untuk bisa mejaga etika dan sopan santun dalam bersosial media."

Adapun pemateri kedua membahas terkait bagaimana berkreativitas dan berinovasi di sosial media yang dipimpin langsung oleh Muhammad Syafi'i. Mengutip sedikit dari apa yang disampaikan pemateri bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah pengguna aktif media sosial, seperti halnya YouTube, Tiktok, Facebook, WhatsApp, dan Instagram. 

Maka dari itu kita para GenZ harus dapat memanfaatkan media sosial sebaik mungkin untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dengan membuat konten kreatif, inovatif yang menarik, serta mengedukasi penonton nya. Nah bagaimana sih konten yang menghibur sekaligus informatif?, yaitu konten yang menyampaikan informasi akan tetapi disampaikan kan dengan cara dan gaya yang menarik target konten tersebut.

Di akhir acara, kegiatan yang diikuti oleh 44 peserta zoom ditutup dengan tanya jawab dan juga foto bersama. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. 
“ Kita harus menanamkan toleransi, etika, empati dan memanusiakan manusia didalam bersosial media .”

(Kamal/Griya Peradaban)

Griya Peradaban Gelar Kuliah Alternatif Peluang dan Tantangan Enterpreunership di Era Society 5.0 bersama Nurul Khasanah Duta Santripreuner Jateng

0

 



Campusnesia.co.id - Semarang  - Enterpreunership menjadi bahasan Kuliah Alternatif Griya Peradaban pada Sabtu (20/02). Pada sesi ke VI ini, diskusi dipandu oleh Ulfatun Qalimah (Aktivis Griya Peradaban) dan diisi oleh dua srikandi milenial, yaitu Nurul Khasanah (Duta Santripreuner JATENG) dan Vannia Indy D.S. (Mentor Griya Peradaban).

Menjadi nara sumber pertama, Nurul Khasanah memaparkan tentang Peluang dan Tantangan Enterpreunership di Era Society 5.0. “Kewirausahaan bukan suatu pekerjaan, tetapi kewirausahaan adalah pola berpikir mandiri yang bertumbuh terus-menerus.” Tegasnya di tengah-tengah penjelasan.

Menurutnya, pada era Society 5.0 setidaknya ada empat peluang wirausaha yang bisa dijadikan lahan untuk menjadi enterpreuner yang sukses. Di antaranya adalah peluang bisnis dari hobi, peluang dalam sektor digital, makanan siap saji, serta ide solutif yang dapat memecahkan masalah di ruang sosial.

Tak hanya peluang, ia juga menjelaskan mengenai tantangan-tantangan yang akan ditemui, seperti sikap abai terhadap masalah sosial karena terlena dengan canggihnya Revolusi Industri 4.0. lalu seseorang juga akan terhambat oleh dirinya sendiri karena gagap mengenai konsep pentahelix (kolaborasi), serta rawan terjebak hoax disebabkan oleh akumulasi data yang melimpah.


Saat sesi tanya jawab, Nurul menanggapi pertanyaan mengenai bagaimana baiknya melakukan wirausaha di sela-sela kesibukan kuliah atau bekerja. “Untuk berwirausaha di sela-sela kesibukan, pastikan hal itu tidak mengganggu kestabilan kegiatan yang lain. Seorang yang terjun dalam dunia wirausaha, harus mengerti skala prioritas agar salah satu kesibukannya tidak terbengkalai.” Jawabnya.

Menyambung materi pertama, Vannia Indy menyampaikan tentang sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang enterpreuner. Yaitu pertama, seorang harus memiliki ambisi dan cita-cita yang kuat. Kedua, kemauan untuk meningkatkan kemampuan (mau belajar), serta ketiga, usaha dan kerja keras untuk meraih tujuan (goals).

Di akhir sesi, Vannia menyampaikan bahwa menjadi wirausaha berarti menjadi problem solver yang berguna untuk orang lain. Artinya, seorang enterpreuner dalam mengerjakan wirausahanya harus memerhatikan nilai guna sekaligus masalah yang akan diselesaikan.

Pertemuan sesi ke VI ini berjalan lancar dan hidmat, peserta Kuliah Alternatif angkatan pertama akan bertemu kembali pada sesi ke VII Sabtu depan. Peserta diharap mempertahankan antusiasme dan konsistensi hingga semua sesi selesai. (Khozin).


Downlad Ebook Entrepreneurship Gratis:

Sesi 3 Kuliah Alternatif Ke-VI Griya Peradaban Angkat Tema Adaptability

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VI sesi 3. Acara ini digelar pada hari Sabtu (22/7/23).

Kuliah alternatif pada sesi 3 ini dilakukan melalui zoom meeting seperti halnya kuliah sebelumnya. 

Tema pada sesi ketiga ini yaitu mengenai adaptability yang diawali dengan sambutan dari Dina Lorenza selaku perwakilan pegiat Griya Peradaban. 

Kegiatan yang dimulai pada pukul 09.30 ini disampaikan langsung oleh Dito Alif Pratama yang merupakan founder Santri Mengglobal. Tak lupa kegiatan ini juga dipimpin oleh Irma Noviana selaku Host. 

"Adaptability adalah kemampuan sesuatu untuk beradaptasi terhadap suasana ataupun situasi yang baru. Jika kita merasa bisa melatih diri terhadap kondisi baru, fleksibel dengan dunia baru. Why not? Karena kenapa? Pendidikan itu bisa didapat dari mana saja." Jelas pemateri. 

Selain itu, mengutip sedikit apa yang disampaikan oleh pemateri bahwa santri yang baik itu bukan santri yang hanya menunjukkan akhlak yang baik di pesantren saja, tetapi dil uar Pesantren juga. Hal ini karena tantangannya akan berubah dan ini tentu akan berkaitan dengan adaptability. 

Di akhir acara, kegiatan yang diikuti oleh 49 peserta zoom ditutup dengan tanya jawab antara peserta dan pemateri dan juga foto bersama. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. 
"It is neither the strongest nor the most intelijen of the species taat survei es. It is the one that adapts to change the best. Be adaptive!". (Zahro/ Griya Peradaban)

Ngobrolin Cara Membangun Strategi dan Kolaborasi Bagi Kaula Muda bersama Griya Peradaban

0

 



Campusnesia.co.idKuliah Altenatif Angkatan Kedua Griya Peradaban telah sampai pada diskusi akhir perkuliahan yaitu sesi Sembilan. 

Sesi yang menjadi pamungkas dari beberapa sesi sebelumnya diharapkan mampu memberi dorongan kepada peserta kuliah alternatif agar mampu mengimplementasikan ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti kuliah alternatif.

Diskusi yang dilaksanakan pada Sabtu (4/9/2021) ini dimoderatori oleh salah satu aktivis Griya Peradaban, Khoirunnisa. 

Perempuan yang biasa dikenal dengan nama Ica ini mampu membawa acara dengan sangat baik, sehingga acara berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.

Diskusi  terakhir ini tentu membawa tema yang berbeda dengan tema diskusi pada sesi sebelumnya. Diskusi pada sesi ini bertemakan tentang strategi mengembangkan ide dan kolaborasi anak muda. 

Dengan menghadirkan pemateri yang sangat luar biasa, diharapkan pada diskusi ini mampu memberikan angin segar kepada anak muda dalam bergerak dan berkontribusi untuk perkembangan bansga dan negara. 

Diskusi pertama disampaikan oleh salah satu alumni Kader Bangsa Fellowship, Wisnu Hadi Prayitno. Pada diskusi pertama ini, Ia mengangkat tentang pentingnya strategi pengembangan anak muda. 

Berbeda dengan diskusi-diskusi sebelumnya, metode yang dibawakan oleh Wisnu ini bisa dikatakan unik karena tidak ada sesi penyampaian materi, melainkan langsung pada sesi tanya jawab.

Laki-laki asal Ponorogo ini banyak menyampaikan tentang hal-hal apa saja yang harus dlakukan anak muda dalam mengembangkan sesuatu yang ada di desanya. Ia mengatakan bahwa gagasan besar terkadang berawal dari pertemuan-pertemuan kecil anak muda di warung kopi. 

Selain itu, orang yang banyak bergerak dalam bidang kesenian ini juga membahas tentang pentingnya penggunaan Bahasa yang dapat dipahami dalam kehidupan bermasyarakat.

“Intelektual yang baik adalah mereka yang mampu menerjemahkan Bahasa intelektual menjadi bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat” kata Wisnu.

Senada dengan diskusi pertama, diskusi kedua dibawakan oleh salah satu Mentor Griya Peradaban, Millatul Miskiyyah. Diskusi kedua ini lebih banyak membicarakan tentang bentuk kolaborasi seperti apa yang harus dibangun oleh anak muda. 

Perempuan peraih sarjana terbaik d IAIN Salatiga ini juga menyampaikan bahwa kolaborasi antar anak muda tidak hanya menjadikan pekerjaan lebih ringan, tetapi juga membuat hubungan lebih erat dan relasi lebih luas. Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa untuk mengenali anak muda, berarti kita harus mengenali sesuatu yang ada pada anak muda tersebut.

“Hari esok adalah hari kolaborasi, bukan saatnya lagi tuk berkompetisi. Karena bersatu dalam perbedaan adalah kunci kesuksesan di masa depan” ujar Milla.


Penulis: Feby Alfiana


Buka Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga Tahun 2022, Griya Peradaban Angkat Topik Personality Development and Leadership

0



Campusnesia.co.idSetelah sukses dan menuai banyak pujian pada Kuliah Alternatif Angkatan Pertama dan Kedua, kini Griya Peradaban kembali menyelenggarakan Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga sebagai salah satu bentuk dalam meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia. 

Pengembangan diri dan kepemimpinan selalu menjadi topik pembahasan yang selalu asyik diperbincangkan dalam beberapa forum diskusi. Hal tersebut mengingat karena pengembangan diri dan kepemimpinan tidak akan pernah terlepas dari jati diri manusia.

Personality Development and Leadership menjadi topik pembahasan pertama dalam Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga. Bukan hanya substansi materinya saja yang menarik, namun pembicara yang luar biasa dalam materi tersebut pun turut menjadi daya tarik tersendiri dalam Kuliah Alternatif tersebut. Pembicara tersebut yaitu Atin Anggraini (Duta Genre Kota Semarang 2019) dan Choirul Awaludin (Direktur Semarang Zoo). 

Diskusi dikomandoi oleh salah satu aktivis Griya Peradaban, Nailu Rokhmatika. Dengan dihadiri oleh sekitar 60 partisipan, perempuan asal Brebes Jawa Tengah tersebut dapat memimpin jalannya diskusi dengan lancar. 

Materi pertama disampaikan oleh Duta Genre Kota Sematang 2019, Atin Anggraini. Perempuan yang saat ini menjadi mentor di Griya Peradaban, lebih membahas materi yang berkaitan dengan Planning, Development, and Self Analysis. 

Pada awal pembahasan, ia menjelaskan tentang Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Dalam teori tersebut, dijelaskan bagaimana manusia mampu mengembangkan kualitas yang ada dalam dirinya. Setidaknya terdapat enam hal yang menjadi pokok pembahasan dalam teori tersebut, yaitu aktualisasi diri, penghargaan, sosial, rasa aman, dan fisiologis. 

Selain membahas tentang Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, perempuan yang sekarang sedang menempuh pendidikan S2 Manajemen di Unissula ini juga menyampaikan terkait visi hidup. Menurutnya, setiap orang harus mempunyai visi hidup sebagai orientasi dalam mencapai tujuan kehidupan kedepan. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa dengan memiliki visi hidup, manusia akan lebih merasa bertanggung jawab dalam mengemban amanah. 

"Visi hidup akan membawa kehidupan manusia lebih terarah dan mampu menjadikan manusia lebih bertanggung jawab," kata Atin. 

Tidak kalah dengan pemateri pertama, pemateri kedua dalam sesi pertama Kuliah Alternatif Angkatan Ketiga pun tidak kalah seru. Choirul Awaludin selaku pemateri kedua menyampaikan materi yang berkaitan dengan pentingnya memiliki cita-cita atau mimpi dalam diri seseorang. Menurutnya, setiap orang harus punya cita-cita atau mimpi sebagai orientasi dalam menentukan kehidupan kedepan. 

"Setiap orang punya cita-cita atau mimpi, tapi banyak pula orang yang takut untuk bercita-cita. Cita-cita atau mimpi itu penting, karena dari kedua hal tersebut kita akan tau kita akan bagaimana dan mau jadi apa," ujar Choirul. 

Selain menyampaikan tentang pentingnya cita-cita atau mimpi, pria yang sekarang menjabat sebagai Direktur Semarang Zoo ini juga menyampaikan tentang analisis diri. Menurutnya, analisis diri merupakan sesuatu yang penting sebagai bahan dalam menjadi manusia yang reflektif. 

"Analisis diri itu penting bagi setiap orang dalam mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki orang tersebut," kata Choirul. 

Ia juga menjelaskan bahwa analisis diri tidak hanya dapat dicapai melalui pengalaman pribadi saja, melainkan juga pengalaman dari orang lain.



Penulis : 
Feby Alfiana 

Sesi 3 Kuliah Alternatif Ke-VII Griya Peradaban Angkat Tema Mental and Spiritual Healthy

0
 


Campusnesia.co.idGriya Peradaban telah melaksanakan Kuliah Alternatif ke-VII sesi 3. Acara ini digelar pada hari Sabtu (20/1/24).

Sesi ke 3 Kuliah Alternatif ini diselenggarakaan melalui google meet. Adapun tema yang diambil yaitu mengenai mental and spiritual healthy dengan diawali sambutan oleh Muhammad Miftahul Kamal selaku perwakilan pegiat Griya Peradaban.

Kegiatan yang dimulai pada pukul 09.30 ini disampaikan langsung oleh Nadea Lathifah sebagai pemateri pertama. Tak lupa kegiatan ini juga dipimpin oleh Astuti Rahayu selaku Host.

“Kemampuan seseorang dalam mengelola emosi dalam diri dengan cara yang positif dan dapat secara efektif menghadapi berbagai perubahan dalam hidup." Jelas pemateri, Nadea Lathifah. 

"Di sini pemateri membahas tentang macam-macam kecerdasan yang terbagi menjadi tiga yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spritual. Generasi muda sekarang adalah tonggak harapan bangsa, bahkan sejarah Indonesia adalah sejarah yang dibentuk oleh para pemuda. Maka mereka di harapkan dapat memenuhi dari tiga bentuk kecerdasan tersebut. Akan tetapi sangat di sayangkan kenyataannya mereka bermasalah dalam hal kesehatan mental, banyak dari mereka yang minder, mental ilnes, burnout, dan sensian. Nah bagaimana cara mengatasinya? Ada beberapa cara yang bisa di lakukan yaitu dengan meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual. Bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosional? Dengan memvalidasi perasaan kita, berdamai dengan diri sendiri, live in the present, asking (why you live and for whom?), live with the pain, confident to step ahead, lalu sertakan tuhan dan pasrahkan." 

Adapun pemateri kedua membahas terkait spiritual healthy yang dipimpin langsung oleh M Yunus Mustofa. Mengutip sedikit dari apa yang di sampaikan oleh pemateri bahwa penyebab dari GenZ yang sering terganggu kesehatan mentalnya dan kurang cakap dalam mengelola kecerdasan emosional nya. Hal itu dikarenakan kurang cakapnya mereka dalam mengelola kecerdasan spritualnya. Lalu sebenarnya apa yang dinamakan kesehatan spiritual? Yaitu kesehatan yang mencakup kehidupan yang memiliki tujuan, transendensi, dan aktualisasi berbagai dimensi dan kapasitas manusia. Kesehatan spiritual menciptakan sebuah keseimbangan antara aspek fisik, psikologi, dan sosial, dalam kehidupan manusia. Maka pada saat kita memiliki kecerdasan spiritual dan kesehatan spiritual yang baik maka itu akan menyeimbangkan semuanya yang ada pada fisik maupun psikologis kita.

Di akhir acara, kegiatan yang diikuti oleh 37 peserta Gmeet ditutup dengan tanya jawab dan juga foto bersama. Sebagai closing statement terdapat a quote to remember. “Indonesia butuh anak muda yang berperan bukan yang baperan.” (Kamal/Griya Peradaban)

Sambut Kuliah Alternatif VI, Pegiat Griya Peradaban Adakan QnA Bersama Alumni

0
 


Campusnesia.co.idPegiat Griya Peradaban adakan ngobrol series seputar kuliah alternatif VI pada Minggu, 18 Juni 2023. 

Kegiatan yang dimulai pada pukul 19.00 ini digelar secara live di instagram @griyaperadaban.id. Sehingga sasaran tertuju kepada masyarakat umum. 

"Apa sih yang membuat kamu masih ragu untuk mendaftar di Kuliah Alternatif VI?" merupakan tema yang diambil dalam ngobrol series kali ini. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh salah satu pegiat Griya Peradaban yaitu Emamatul Qudsiyah dan salah satu alumni kuliah alternatif batch 3. 

Adapun ketentuan pada kegiatan ini yaitu dengan mengajukan pertanyaan pada QnA story @griyaperadaban.id yang telah dibuka pada Jumat, 16 Juni 203. Setelah itu, pertanyaan akan dijawab pada ngobrol series malam ini. 

Berbagai pertanyaan seputar kuliah alternatif telah disampaikan dalam ngobrol series malam ini. Dimulai dari sistematika pendaftaran, kegiatan yang dilakukan di kuliah alternatif, hingga manfaat yang diperoleh setelah mengikuti kuliah alternatif.

Selaku salah satu alumni kuliah alternatif, host pada acara malam ini mengungkapkan pesan bahwa jangan ragu mendaftar di Kuliah Alternatif VI.  "Mendapat informasi mengenai kuliah alternatif menjadi salah satu berkat bagi saya sehingga saya dapat belajar dan tergabung dalam komunitas hebat dan berkolaborasi dengan generasi hebat. So, jangan ragu lagi. saya alumni 3, kamu?" ungkapnya. 

(Zahro/Griya Peradaban)