Cerita Silat Pendekar Pelem Gondho episode 1 Turun Gunung

 


Campusnesia.co.id - Pria sangar berkumis tebal itu matanya merah, sebuah dunak berisi singkong dia tendang hingga melayang. Warga weron yang sedari tadi berkerumun di prapatan menunduk ketakutan.

"Uasem!, sudah dibilangin berkali-kali bayar upeti setiap tanggal 10 kenapa kalian abaikan, pengin mati, ha?!." Bentaknya sambil berkacak pinggang.

Kemeja tak berkancingnya terbuka, hinggaterlihat dada atletis perut kotak-kotak dan kalung hitam beriai suwukan.

Pria berpakaiam serba hitam hitam ini bermama Mat Dogleng, jawara antek Demang Rojo Nyowo yang bertugas menarik upeti dari rakyat kecil di karisidenan Trangkil dan sekitarnya.

Bersama lima sekawan kroconya ia berkeliling setiap bulan, mengintimidasi setiap rakyat yang tak mau bayar upeti.

Bukan tak mau, lebih tepatmya tak mampu, kemarau panjang di dusun Tehalharjo membuat tanaman singkong lama tak kunjung panen, palawijo tak bisa ditanam, mereka mengandalkan simpanan jagung musim lalu untuk makan.

Saat Mat Dogleng dan kroconya mulai menggila, mereka menyeret pak Rasidi, petani tua yang tak mampu bayar upeti.

"Ampun ndoro Mat, ampuni bojo saya..." pinta mbom Esmanah istri pak Rasidi. 

Pasangan ini punya dua anak, berat menghidupi apalagi bulan lalu wedhusnya baru saja mati, malang sekali.

"Kalau mau hidup, bayar Upeti, yen ora gelem, tak gorok sak iki Rasidi!" gertak Mad Dogleng sembari menghubus senjata paranya yang disebut ki Parang Aji.

Leher ki Rasidi sudah memerah, semua warga histeris, di depan mereka sang tetangga yang sudah tua mungkim hidupnya tinggal hari ini saja.

Para kroco Mat Dogleng tertawa, mata mereka berbinar sealan tak sabar melihat nyawa manusia bakal melayang, atau bisa saja nyama mereka yang bakal melayang...

Hingga tiba-tiba..

Wuss...brak!...gedebuk!

Mat Dogleng yang siap menggorok leher ki Rasidi jatuh tersungkur ke belakang, ki Rasidi jongkok ketakutan, warga kaget, para kroco keheranan.

Di samping mat Dogleng yang kesakitan menggelinding buah Mangga atau biasanya disebut Pelem muda berukuran kecil dengan bekas gigitan.

"Piye rasane? Enak? Kapokmu kapan ha ha..." ucap seorang permuda berbaju abu-abu, berikut selendang hitam batik dan bercelana hitam sambil tertawa melihat jawara tersungkur.

Pemuda itu mendekati ki Rasidi, membantunya bangun dan membawanya ke barisan warga lainnya.

"Bocah edan! Sopo kowe? Golek Mati opo piye?!" Teriak Mat Dogleng marah.

"Aku Gondho, iyo pengin mati, ha ha" aku pemuda tadi yang ternyata bernama Gondho.

Warga berbisik karena tak pernah melihat pemuda ini, kulitmya sawo matang, kira-kira umum 18 tahunan, tinggi, tegap dan gagah, melihat perawakannya bukan dari kalangan keluarga ningkrat tapi juga anak petani, hmm bikin penasaran.

"Yo yen ngono karepmu, bocah-bocah maju!.." Mat Dogleng memerintahkan anal buahnya menghabisi nyama pemuda yang menantangnya.

"Maju!.." serempak kelima kroco menyambut perintah Mat Dogleng dan sekejap parang-parang terhunus siap melukai bocah Gondho.

Dengan sigap, gondho menghindar ke kanan agar kelewat dari sabetan pedang, lalu lompat semata kaki ke belakang menjauh dari tusukan parang kroco yang lain.

Dari belakang ternyata dua kromo menghempas bersama parang mereka, Gondho membungkung dan bergunling ke tanah saat hantaman parang lain dari kroco terakhir.

Para kroco heran, anak kuda ingusan ini berhasil menghindari serangan paramng mereka dan bersiap menyerang lagi.

Gondho merasa sudah waktunya membalas dan memberi pelajaran pada para Bandit ini.

Saat tusukan parang dari arah depan menyasar wajahnya, Gondho kali memiringkan badanya, parang itu lewat dan sekejap dengan sikutnya ia hantam tengkum kroco pertama hingga terjerambab di tanah.

Kroco kedua mencoba meyerah perut Gondho, dengan gerakan berputar ia berhasil menghindar, karena dorongan kroco kedua tak mengenai sasaran, dia lolos kebelakang, Gondho memanfaatkan tenaga lawan dengan menarik tanganya lurus ke depan dan menjegal satu kaki kroco tersebut, gubrak! dua kroco tumbang.

Geram melihat kedua temanya kalah, kroco toga dan empat menyerang bersama, satu menyasar kaki dan satu lagi mwnyasar perut. Gondho sekecap melompat dengan jurus Aramg-arang Kambang atau meringankan tubuhu, dan setelah berada cukup tinggo di atas kepala para kroco ditendangkan dua kepala itu sampai terjungking nyungsep ke tanah.

Warna dan Mat Dogleng terpana tak sadar bergumam wahh...melihat kelihaian anak ingusan ini.

Tersisa saru lagi, sambil berteriak kroco ini maju, belu sempat mengayunkan parangnya, Gondho lebih dulu menahan ayunan parang itu, mengunci tangam kroco ke atas, menyikut perut hingga mengaduh dan membanting ke tanah, ouch!  pasti ngilu.

"Kurang asem! bocah wingi sore wani mirangke Mat Dogleng, modaro kowe!.." Mat Dogleng kini maju sendiri menhunus parangnya dan berlari menghampir Gondho.

Gondho yang baru saja membabat habis kelima kroconya tersenyum sengit dan berlari juga menyambut serangan Mat Dogleng.

Keduanya berlari kencang, hingva jarak merela beberapa hasta kedua melompak dan berteriak, "hiyaaaa!!!"


Bersambung...



Serial Cerita Silat "Pendekar Pelem Gondho" karya Naluhtenek eksklusif bisa kamu baca di Campusnesia.co.id nantikan kisah selanjutnya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon