Evolusi Hoax dari Masa ke Masa dan Cara Menghindarinya



Campusnesia.co.id - Saya masih ingat waktu itu kelas 4 SD, di suatu pagi teman saya menghampiri membawa secarik kertas fotocopyan berisi tulisan yang kalau tidak salah ingat "mengaku sebagai seorang imam dari timur tengah" intinya memberikan peringatan akan perkembangan dunia dan mengajak untuk memperbaiki diri dan bertobat kurang lebih.

Sampai di situ masih saya anggap baik dan aman, hingga di bagian akhir tulisan secarik kertas itu menyebutkan, "siapapun yang sudah membaca pesan ini, wajib mengkopinya sebanyak 10 lembar dan membagikanya, kalau tidak akan terjadi hal yang buruk".

Kami berdua kaget dan saling memandang, ada rasa menyesal "tahu gini gak usah baca aja ya" jujur waktu kecil saya orangnya paranoid dan sering mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin anak kecil lain tidak terfikirkan.

Mungkin ada pembaca yang berfikir, ah elah cuma 10 lembar fotocopy, tapi bayangin hal itu terjadi di pelosok desa pada tahun 1997 dan mesin fotocopy hanya ada di kecamatan.

Akhirnya saya dan teman, saking takutnya menulis ulang dengan tangan di buku pelajaran sebanyak 10 kali dan menyebarkannya ha ha.

Loncat ke tahun 2007, ini era punya HP nokia 3310 sudah tajir melintir, saya gak punya sih he he, menjelang Ujian Nasional ada SMS beredar yang intinya mengajak belajar, positif-lah pokonya, sayangnya di akhir sms ada lagi pesan harus diforward ke sepuluh kontak di HP, kalau enggak kamu tidak lulus. Tebak apa yang saya lalukan? Ya forward juga, mana 1 SMS Rp 350 perak lagi haha dan pakai HP orang.

Sekarang kita kembali ke masa sekarang, ibarat film tadi kita flashback masa lalu dan saatnya kembali ke present day, atau 13 tahun kemudian.

Tentang Hoax? Masih sama banyak yang beredar. Apalagi pas tahun politik kemarin 2012, 2014, 2017, da 2019. Ada yang jadi korban? Hayo ngaku? 

Gak usah jauh-jauh, bahkan saat pandemi corona saja, selama sebulan ini saya sudah menemukan beberapa Hoax.

Pertanyaanya, mengapa hoax banyak sekali? 

dan kalau teman-teman perhatikan ia seakan berevolusi dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

1. Orang Iseng
Berdasar analisis saya, ha ha banyak gaya, penyebab pertama hoax bisa jadi karena orang iseng. Banyak waktu luang bercanda lalu kemudian membuat info yang tidak benar. Terlanjur menyebar jadi merugikan orang lain.

2. Ada Produsen
Teori selanjutnya, memang ada produsen hoax yang selalu memanfaatkan situasi yang terjadi. Ibarat pepatah "selalu ada hikmah dari setiap peristiwa" mungkin bagi para produsen hoax ini pepatahnya "selalu bisa dibuat hoax apapun peristiwanya".

Lantas apa motifnya? Bisa beragam, bisa individu dengan motif random. Atau sekelompok orang tertentu dengan motif ekonomi, politik bahkan keamanan (bikin rusuh).

3. Ingin Selalu Jadi yang Pertama
Sering mendapati hoax cepat banget beredar di group Whatsapp? Orang cenderung ingin menjadi yang pertama mengabarkan sesuatu sehingga lupa mem-verifikasi info yang didapat. Sudah nyebar eh ternyata hoax.

Lalu bagaimana kita bisa menangkal banjir informasi yang berlebihan yang sebagian diantaranya berisi hoax, bukan info up to date, dan tidak sesuai konteks? Berikut tips dari saya dari pengalaman.

1. Tahan Jempol
Ketika mendapati informasi apapun, dari manapun coba tahan jempol. Baca setidaknya 3 kali info yang kamu dapat dan cermati.

Jangan buru-buru share di sosial media, bahkan group WA. Dan tidak perlu juga bertanya di sosial media, bukannya mendapat konfirmasi, berita yang kamu tanyakan bisa jadi sumber missinformasi baru.

2. Verifikasi ke sumber atau pengirim.
Jika mendapat berita yang meragukan, coba tanyakan kepada si pengirim apakah valid atau tidak? Dari mana sumbernya. 

Atau jika punya kenalan terkait berita, bisa bantu verifikasi, misal bulan lalu ada screenshoot yang beredar anak undip positif covid-19, saya hubungi kolega di rektorat dan dosen undip, hasilnya kabar itu dipastikan Hoax.

3. Perbanyak Literasi
Walau tidak jaminan di jaman sekarang pendidikan seseorang tidak menjamin seseorang bebas dari hoax, lihat saja saat kontestasi politik kemarin, fanatisme berlebihan bisa mematikan nalar.

Jadi, mari berusaha untuk tidak kagetan, gumunan dan reaktif setiap menerima kabar atau berita yang belum tentu kebenarannya. 

Tidak hanya untuk kabar buruk ya, berlaku juga untuk kabar "baik" misal tiba-tiba anda ditelpon "gojek" dapat gopay 5 juta, atau hadiah mobil dan uang 100 juta dari "telkomsel" ha ha.

Sebagai penutup, saya punya 2 rekomendasi film bagus tentang hoax dan pentingnya menjaga data pribadi. Film Brexit dan film dokumenter The Great Hack. Dua film dengan sudut pandang yang berbeda tentang satu peristiwa yaitu Campign Keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan sedikit menyinggung pemilu amerika.

Semoga bermanfaat sampai jumpa. Jangan lupa jaga kesehatan, makan makanan bergizi, olahraga, rajin cuci tangan, kenakan masker kain saat keluar rumah dan #dirumahaja.

penulis: Nandar
Editor: Mumun

Baca Juga:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »