Mengenal Homeless Media di Era Sosial Media




Campusnesia.co.id -- Setiap zaman ada masanya, agaknya adegium tersebut memang relevan dalam banyak hal. Termasuk jika kita bicara tentang perkembangan media.

Koran menjadi pelopor sebagai media pembawa berita, hingga kemunculan Radio dan televisi.

Era digital berdampak pada media koran dan radio, mengubah pola masyarakat dalam membaca berita dari kertas ke layar desktop dan pesonal gadget (baca smartphone).

Tidak berhenti di situ, era selanjutnya semakin berkembang dengan kehadiran aneka media sosial. Sebut saja Youtube, Twitter, Facebook dan Instagram.

Adakah pengaruh terhadap dunia media? Jawabanya ada.

Homeless Media

Lahirlah apa yang dinamakan Homeless media atau media tanpa rumah.

Jika media sebelumnya bertransformasi dari Koran, Radio dan TV yang memiliki versi online atau website atau totally online hanya punya website. Tidak demikian dengan Homeless media, ia tidak lahir dari semua yang telah kita sebut.

Homeless media memanfaatkan sosial media. "Istilah homeless media merujuk kepada segelintir media yang bermukim dan mengembangkan bisnisnya di tiap platform media sosial raksasa seperti Facebook, Instagram, YouTube, atau Snapchat."(Remotivi)

Contoh Homeless Media misalnya, Nowthis, The Dodo, Thrillist, dan Seeker. Keempatnya kini tergabung dalam sindikasi konten di bawah atap perusahaan Discovery Communications. 

Bagaimana media konvensional menyikapi lahirnya trend baru ini? 

Kami kutip dari Remotivi;  AJ+, misalnya, merupakan sayap Al Jazeera yang berbasis konten video di Facebook. Begitu pula Tasty dari Buzzfeed. Vice juga sudah lebih dulu memaksimalkan monetisasi dari YouTube. Pun demikian dengan Vox. The Washington Post sejak 2015 juga telah mengumumkan akan memuat 100% konten mereka lewat ”Instant Article” di Facebook agar para pembaca dapat mudah mengaksesnya. Sementara sejak pemilihan presiden 2016, CNN membentuk biro konten politik untuk menggaet market anak muda lewat fitur discover di Snapchat. Sebagian besar konten dari media terkait di atas tak akan dapat Anda temui di situswebnya masing-masing.

Di Indonesia, ada Opini dan Pijaru yang secara serius memaksimalkan sistem kerja ala homeless media, kendati memang tidak sepenuhnya. Begitu pula dengan Popular Flix, Males Banget, Brilio dan Detik lewat 20detik-nya. Zetizen, sayap konten dari Jawa Pos, MLDSpot, dan content network yang berisikan para youtuber seperti Last Day Production atau Tim2one juga bermain di ranah ini. (Remotv)

Belakangan di tahun 2022 Homeless media semakin berkembang di Indonesia dan menjadi rujukan generasi milenial dan Gen Z dalam mendapatkan informasi terkini langsung pada inti peristiwanya.

Setelah kemunculan Lambe Turah di platform instagram yang awalnya fokus pada informasi terkini seputar artis dan publik figur kini mereka juga punya versi websitenya.

Ada Folkative yang besar di instagram bermodal foto dan tulisa judul berita dan caption berbahasa inggris, umumnya dari kutipan media besar atau trivia tentang sesuatu.

Di twitter juga bermunculan Homeless berbasis base seperti akun AREA JULID @AREAJULID dengan konten berasal dari DM followernya atau yang menggunakan sistem bot autobase.

Selain itu ada pula akun Nuice Media @nuicemedia yang mencuit seputar nerita terkini dalam bahasa inggris dengan gaya bahasa yang lebih santai dan cenderung bercanda.

Umumnya Homeless media dengan basis media sosial ini tak memiliki jurnalis atau wartawan secara khusus yang meliput peristiwa, hanya mengambil dari media lain atau peritistiwa yang sedang trending.

Untuk monetise biasanya dengan kerjasama brand baik sponsorship maupun endorsment produk.

Perkembangan yang mafif dari homeless media karena pergeseran para pembbaca berita yang lebih suka sesuatu yang on poin, disampaikan secara sederhana dan tidak bertele-tele.

Jadi hari gini sobat Campusnesia juga bisa membuat media kamu sendiri, mulai saja dari sosial media.



Penulis
Nandar



Referensi: Remotivi

Artikel Terkait

Previous
Next Post »