Kisah Joey Alexander, pianis Indonesia yang masuk nominasi Grammy

Joey Alexander dinominasikan pada penghargaan Grammy
untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album.
Dalam hitungan jam, pianis asal Indonesia, Joey Alexander, akan tampil di panggung utama acara penghargaan Grammy di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat. Bersama puluhan musisi sohor lainnya, bocah berusia 12 tahun itu dijadwalkan unjuk kebolehan dalam acara yang digelar pada 16 Februari 2016, mulai pukul 08.00 WIB.

Sebelum tampil, dia sudah terlebih dahulu menorehkan rekor. Melalui tembang berjudul Giant Steps dan album bertajuk My Favorite Things, Joey menjadi musisi termuda yang masuk nominasi penghargaan Grammy untuk kategori Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album.

Kepada BBC, dia menuturkan asal muasal minatnya terhadap jazz.

“Semuanya datang dari orang tua saya. Sebenarnya ayah saya bisa sedikit bermain piano dan gitar. Saya mencintai suara piano dan itu yang membuat saya berminat. Seperti layaknya orkestra, ada 80 kunci dan ada suara bass-nya. Ini adalah alat musik yang lengkap dan itu menarik minat saya,” kata Joey.

Joey Alexander akan berbagi panggung utama acara penghargaan Grammy
dengan sejumlah musisi dan penyanyi dunia, termasuk Adele.

Dia mengaku mendapat kehormatan besar bisa menjadi nomine untuk dua penghargaan Grammy dan juga diminta bermain pada panggung utama.

“Saya ingin berterima kasih kepada Tuhan dan kepada Grammy karena telah mengakui saya dan juga tentu penggemar, orang tua saya, dan mereka yang terlibat dalam album saya. Label rekaman, produser, dan khususnya para musisi yang ikut bermain dengan saya. Saya merasa diberkati dengan berita bagus ini,” kata Joey.

Joey, yang kini tinggal di New York, Amerika Serikat, merilis album debutnya berjudul My Favorite Things pada Mei 2015 lalu.

Berdasarkan informasi pada situs resminya, bocah itu memainkan tembang-tembang klasik garapan John Coltrane serta Richard Rodgers dan Oscar Hammerstein “dengan sentuhan gesit, semangat berkelana dan antusiasme dalam mengimprovisasi”.

Selama beberapa tahun terakhir, Joey telah menampilkan bakatnya pada berbagai pagelaran jazz, seperti Rochester Jazz Festival, Newport Jazz Festival, dan Jazz at Lincoln Center.

Menurut Joey, hal yang membuatnya jatuh hati pada jazz adalah ‘kebebasan’ dalam bermusik.


“Kebebasan untuk mengekspresikan diri..Hal yang saya sangat sukai ialah swing dan improvisasi, bisa sedih atau senang. Jazz untuk semua kalangan, terutama anak-anak. Jazz bebas dan menyenangkan dan itu adalah jati diri seorang anak, bersenang-senang dan bebas. Ketika saya tampil, saya selalu mencoba menikmati bermain dengan rekan-rekan satu band dan dengan para penonton. Pada momen itu, saya merasakan yang saya rasakan,” kata Joey.
Untuk bisa tampil optimal, Joey mengaku berlatih selama dua hingga jam sehari. Namun, dia memastikan bahwa dirinya masih anak-anak.

“Saya masih suka bermain dengan mainan saya, saya bermain tenis dan berenang. Saya masih berusia 12 tahun dan saya masih Joey. Saya selalu ingin bermain musik ini, yaitu jazz. Saya ingin bermain bersama banyak musisi, saya ingin mengomposisi musik lebih banyak lagi, mengaransemen musik, dan pergi tur keliling dunia dengan musik saya,” ujarnya.

Apa Joey punya saran untuk musisi muda yang ingin mengikuti jejaknya?
“Kamu harus punya harapan dan lakukan apa yang harus kamu lakukan dan jangan pernah menyerah!”

Musisi jazz sohor asal Amerika Serikat, Herbie Hancock (kiri),
memuji penampilan Joey Alexander di New York, pada 2014 lalu.

sumber: http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/02/160214_majalah_joey_alexander_grammy

Artikel Terkait

Previous
Next Post »